Sejak kehamilan Rara, Dika semakin over protektif terhadap istrinya. Sebenarnya dari awal Dika melarang istrinya untuk mengajar, namun Rara selalu meyakinkan Dika jika dia baik-baik saja, dan wanita yang sedang hamil itu bukannya sedang sakit tapi karena menjalankan kodratnya sebagai seorang wanita. Namun Dika tak melepas istrinya begitu saja, hampir setiap jam dia selalu menelepon dan menanyakan keadaan Rara. Sampai-sampai untuk pulang Dika sering meluangkan waktunya untuk menjemput langsung Rara disekolah. Apalagi sekarang rumah mereka telah pindah di daerah yang lebih dekat dengan sekolah anak-anaknya dan juga kantor Dika, jadi Dika lebih mudah untuk mengawasi keluarganya. Rara memaklumi kekhawatiran suaminya dan tidak protes dengan perlakuan Dika padanya, harus mengandung 2 janin sekaligus adalah suatu anugerah yang diberikan Alloh padanya, namun Rara sering merasa kelelahan dan sering merasa lapar. Apalagi disaat kandungannya sudah masuk bulan ke 5, tapi jika dilihat dia seperti sedang hamil 7 bulan, karena ada 2 bayi didalam perutnya.
Aku sudah diluar
Pesan singkat WhatsApp Dika.
Iya mas, tunggu
Rara segera membalas pesan dari suaminya, takut Dika akan menerobos masuk seperti beberapa hari yang lalu. Membuat para walimurid dan para bunda heboh, karena ada seorang laki-laki tampan masuk ke dalam sekolah dan sempat ibu-ibu juga bergosip tentang Dika suami bunda Rara.
Dika segera keluar dari mobilnya begitu melihat Rara dan Maura keluar dari gerbang. Dengan berlari dia hampiri Rara yang kerepotan membawa tas Maura dan tas nya sendiri.
"Sudah selesai Ra?" Tanya Dika begitu sampai di depan mereka, diambilnya tas yang menggelantung dipundak Rara dan ditangannya.
"Iya mas " diciumnya tangan Dika, hal itu diikuti Maura juga.
"Assalamualaikum papi"
"Waalaikumussalam anak papi" sambil membawa tas Dika juga menggendong Maura, sedang tangan satunya menggandeng Rara. "Sayang, tiap hari tasnya harus dibawa sendiri ya, jangan bunda yang bawain. Kasihan adek bayinya nanti keberatan kalau bunda masih membawa tasnya Maura juga, jadi Kaka harus menjaga adiknya" kata Dika sambil berjalan menuju parkiran.
"Iya papi, nanti ade Olla catit ya" Maura tampak menggelayut di pundak Dika.
"Iya sayang, bunda juga kasihan kan. Masih bawa tas Maura, juga masih bawa adek 2 diperut bunda" jelas Dika lagi, Maura tampak menggangguk paham.
"Wong cuma bawa tas aja mas" Rara membela Maura.
"Sudah diem, aku hanya mengajari Maura supaya mandiri, dan kamu biar nggak capek Ra" jawab Dika cepat
"Iya ..iya" Rara memilih meng iyakan saja, berdebat dengan suaminya memang tidak akan ada habisnya.
" Mampir kantor dulu ya Ra, aku harus ambil berkas yang harus aku tanda tangani, kamu sambil rebahan biar perutnya enak" kata Dika begitu mobil telah melaju dan Rara mengikuti perintah suaminya dengan menarik jok agar sedikit lurus.
"Papi Olla lapel" Maura sudah cemberut dikursi tengah.
"Iya sayang, bentar lagi kita mampir ke restoran makan dulu, lalu ke kantor papi, adek juga pasti lapar tu" kata Dika sambil mengelus perut buncit Rara. Sejak Rara hamil, Maura sudah tidak duduk pangku di depan lagi. Anak itu memilih duduk sendiri di jok tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
muridku anakku
General Fictiongadis bernama Rara yang berusaha untuk menjadi seorang guru dan seorang ibu, mampukah Rara mencapai harapannya?