20 - towards the atlantic : II

176 23 0
                                    

“sebenarnya, saat itu aku menguping pembicaraan kalian berdua... Aslan bilang akan pergi naik kapal titanic jadi... begitulah!” jelas Adisca dengan senyuman kikuk yang sangat terlihat jelas diwajahnya.

Lion hanya menatapnya datar tanpa ekspresi, sudah ia duga, karena jika ia bertemu dengan Adisca secara tidak sengaja pasti ada dua alasan. yang pertama, karena kebetulan dan yang kedua, pasti tunangan nya itu menguping dan membuntutinya kemanapun ia pergi, lalu akan berakting seolah semuanya hanyalah kebetulan belaka.

Aslan yang menjadi penengah, langsung menepuk bahu keduanya dan melirik mereka secara bergantian disertai senyuman simpul.

“intinya, ayo kita masuk kedalam. hari sudah mulai larut, angin malam tidak baik untuk kesehatan.” ujarnya dengan nada ramah lalu mendorong bahu mereka pelan untuk masuk kedalam.

“dia benar. nah ayo, aku juga mengajak papa, mama, dan kak erland. aku ingin kau menemui mereka!” timbal adisca dengan sangat antusias, lengan putih miliknya kini sedang bergelayut manja di lengan sang kekasih. Pun yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa pasrah dan tak henti-hentinya menghela nafas.

mereka bertiga sampai di main hall kapal(?), banyak para pengunjung yang sedang menikmati makan malam mereka, dan beberapa dari mereka juga ada yang sekedar mengobrol sambil meminum wine dengan sangat ceria. Alunan musik orkestra juga menambah kesan keceriaan dan kehangatan disana.

Adisca dan Lion yang diikuti oleh Aslan, mereka menghampiri salah satu meja disana dan mendapati sebuah keluarga kecil yang terdiri dari, ayah, ibu, dan satu anak laki-laki yang diyakini adalah kakak adisca, keluarga itu sedang bercanda tawa, hingga suasana yang semulanya ceria, kini menjadi mencekam karena kedatangan mereka bertiga yang mengganggu acara makan malamnya.

“mama! papa! sudah kubilang kan aku akan menemukan nya. lihat dia sekarang berada digandengan ku!”  mendengar putri bungsu mereka yang mengoceh dengan antusiasnya, sang ibu hanya menatapnya kilas lalu mengambil gelas wine nya dan meminum nya dengan sangat elegan.

“selamat.” ujar sang ibu dengan nada datar. ah tidak, lebih tepatnya nada tak suka. tatapan sinis ia tujukan kearah pria muda yang kini tengah berdiri tak jauh dari nya. bukan hanya madam gerald saja yang memandang nya sinis, tetapi tuan gerald dan putra sulung nya juga, memandang pria itu dengan sinis.

“maaf menganggu kalian.” tutur Lion dengan senyuman simpul namun terkesan meremehkan. madam gerald yang melihat hal tersebut hanya tersenyum miring kearahnya. ia sangat suka lion, pemuda itu sangat berwibawa, disiplin, cekatan, ditambah wajah rupawan dan berbakat dalam berbisnis. ia juga merasa bangga karena di usia yang sangat muda, lion sudah mendapat gelar Earl .

Namun, ada beberapa alasan kenapa ia sangat dengki dan tidak suka pada nya karena sifat lion yang sangat angkuh dan mengesampingkan kesopanan. nada bicara yang lion gunakan selalu saja sama, terkesan meremehkan, apalagi dengan senyumannya. ia sangat tidak menyukai senyuman itu, maka dari itu, ada rasa tak rela saat putri kesayangannya menjadi tunangan pemuda itu.

“tak apa. lagipula, kami sudah selesai.” ujar madam gerald, meletakkan gelas wine-nya lalu berdiri dari duduknya dan hendak pergi. “Adisca! ayo, kita harus beristirahat, lagi pula tuan luxury juga nampaknya butuh istirahat.” lanjutnya lalu tersenyum lembut kearah Adisca, setelahnya ia pergi begitu saja.


° × . ____ . ____ . ____ . ___ . × °


“kapan pameran nya dimulai?” Aslan yang sedang menuangkan teh hangat, berhenti sejenak dari aktifitas nya saat mendapatkan pertanyaan dari tuan mudanya. ia menghampiri lion yang duduk tak jauh dari nya lalu memberikan teh tersebut padanya.

Make A Contract With Devil  [ NOREN ]✔ Revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang