Hueningkai menutup matanya, ia cukup stres melihat Minji yang terus mendatanginya tanpa henti.
"Ryujin!" Hueningkai memanggil Ryujin yang tidak jauh darinya. Ia berlari menghampiri gadis itu. "Bantu aku untuk menjauhkan anak itu dariku."
Ryujin menoleh melihat kearah mata Hueningkai melihat, "HEY KAU, SEO MINJI! APA KAU TIDAK BISA BERHENTI MENDEKATI TUNANGAN SESEORANG?!"
Murid-murid yang berada di sekitar mereka sedikit terkejut mendengar teriakan Ryujin yang tiba-tiba. Kemudian menatap Minji yang sedang menganga. "Lihat, sejak wakil ketua OSIS tidak ada, dia dengan santainya mendekati tunangan seseorang. Menjijikkan,"
Siswa-siswi mulai berbisik-bisik. Ryujin tersenyum senang menatap Minji yang sedang menahan kekesalan. Kemudian gadis itu pergi dari sana.
Ryujin tersenyum penuh kemenangan, ia lalu menatap Hueningkai yang terdiam. "Kenapa diam saja? Kau ti–"
"Ah, terima kasih." Setelah memotong ucapan Ryujin, Hueningkai pergi tanpa mengucapkan kata-kata lagi. Ryujin menjadi bingung, Hueningkai lama-lama berubah. Sifatnya yang ceria kini berubah menjadi pendiam.
"Apa Yura masih tidak ada keinginan untuk kembali?" Ryujin menoleh ke belakang. Yeonjun muncul tanpa tanda-tanda membuat Ryujin terkejut setengah mati.
Langsung saja Ryujin layangkan pukulan keras ke lengan Yeonjun. "Kurang ajar! Aku terkejut tahu!" Adunya. Sementara sang empu mengelus lengannya yang sakit.
"Maaf," Yeonjun memanyunkan bibirnya. Kemudian menghela napas, "aku sebenarnya benci melihat Hueningkai yang kurang usaha. Tapi, ia pasti sangat bingung karena tidak mendapat sama sekali petunjuk dimana Yura berada."
Ryujin mengulum bibirnya, memang benar apa kata Yeonjun, usaha Hueningkai untuk mencari Yura kurang. "Aku sebenarnya sudah lama ingin mangatakan hal ini padamu."
Yeonjun menoleh dengan tatapan bingung, "ada apa?"
"Sesaat kita mau pulang dari apartemen Yura, aku mendengar dia mau kembali ke rumahnya."
Yeonjun membulatkan matanya, "benarkah? Kau tidak sedang bercanda, kan?" Ryujin menatap datar Yeonjun terlihat bahwa ia tidak bercanda. "Baiklah, kau sedang serius."
"Tapi, aku tidak tahu apakah Yura akan berpikir mengenai hal ini." Ryujin mulai berjalan. Ia melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Aku mendengar suara ibunya mengatakan bahwa jika ingin menjauh dari ayahnya, ia harus sekolah di luar negeri."
"Apa katamu?!"
-мy ғιancé-
"Uhuk.." Yura terbatuk. Ia segera meminum obat yang berada di sebelahnya. Semenjak ia pergi, ia bertambah sakit dan sering meminum obat-obatan.
"Kau baik-baik saja?" Yura menoleh. Ia dengan cepat menyembunyikan obatnya. Salah satu rekan kerjanya bertanya dengan raut wajah khawatir.
Yura tersenyum dan mengangguk, "tentu, aku tidak mungkin pulang lebih awal dan pergi meninggalkan mu sendirian, kan?" Ucapnya, mulai mengganti topik.
"Tapi, tetap saja, kau itu pasti sedang sakit. Aku tidak masalah jik–"
Yura cemberut, "aku tidak ingin pulang lebih awal. Aku ingin membantu mu, hm?" Mohonnya dengan sedikit bertingkat imut.
"Baiklah-baiklah, terserah dirimu saja." Yura dan Nami sama-sama terkekeh. Mereka berjalan masing-masing ke meja untuk dibersihkan.
"Terima kasih Nami," Yura tersenyum. Baek Nami, jika mengingat kembali, gadis itu pernah membully Yura karena Nami cemburu padanya. Tapi sekarang, tidak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
мy ғιancée | Hueningkai
Fanfic[END] "Your my only, my fiance." Note : kalau pun ceritanya sudah selesai, upayakan vote dan comment ya 😉😘 © Leyaaa7246, 2021