✨🌿 Bagian dua belas

29 15 4
                                    

____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____

___

Minho membopong Sera dan berjalan masuk ke bus. Dia agak kesulitan saat akan menempelkan kartu pembayaran, namun akhirnya kartu itu tertempel dan berbunyi. Minho pun akhirnya berjalan ke arah belakang. Dia berjalan ke kursi belakang dan langsung berbalik menyuruh Sera untuk duduk di kursi yang berada di sebelah jendela.

Sera pun turun dan duduk di kursi bus. Kepalanya ia sandarkan juga di kursi bus dan matanya seperti menerawang. Dia terlihat menyedihkan.

Minho pun segera duduk di sebelah Sera. Dia menoleh ke arah Sera. "Heh. Lu gapapa? Apa masih pusing?"

"Agak pusing." Jawab Sera dengan suara paraunya.

"Tidurlah saja. Tapi, apa lu bisa bilang dimana rumahmu?"

Sera mengangguk pelan dan menjawab pertanyaan Minho yang menanyakan alamat rumahnya.

Minho mengangguk pelan. "Nanti akan kuantar. Tidak usah malu, kita teman." Dia tersenyum manis.

Sera hanya mengangguk pelan dan seketika dia tertidur. Minho menatap gadis yang ada di sebelahnya sendu. Dia pun memegang kepala gadis itu agar tertidur di bahunya. Lalu, matanya mengarah ke arah depan lagi.

_____

Minho membopong Sera di sebuah jalan yang tidak terlalu kecil dan sepi. Matahari sudah tidak bersinar lagi dan digantikan oleh bulan purnama dan juga bintang bintang. Hari mulai malam.

Minho melirik ke arah kanan dan kiri. Dia kebingungan.

"Ra. Ra. Rumah lu yang mana?" Tanya Minho.

Sera sedikit menggeliat lalu mulai mendongakkan kepalanya. Dia pun menunjuk rumah besar yang tidak terlalu terlihat karena tertutupi oleh pagar yang sangat tinggi.

"Itu?" Tanya Minho.

Sera mengangguk pelan dengan mata yang mengantuk.

Minho pun berjalan ke tempat itu. Dia berhenti di depan sebuah gerbang pintu masuk yang sangat besar. Seketika Minho agak melongo karena ternyata gadis ini benar benar sangat kaya.

Dia memencet bel rumah beberapa kali berharap ada yang keluar.

Tiba tiba keluar seorang ahjumma yang mungkin bekerja menjadi pembantu di rumah ini. Matanya langsung menatap khawatir Sera yang dibawa oleh Minho.

"Eh. Kok non Sera kayak gini?" Dia bertanya kepada Minho.

Minho tersenyum sopan dan sedikit membungkukkan kepalanya hormat. "Dia sakit bi. Bisa saya bawa di masuk?"

"Oh, oh, masuk saja." Bi Song Hee langsung membuka pager yang terbuat dari kayu dan terlihat mewah itu agak luas.

Minho tersenyum sopan. Lalu, dia mulai masuk ke dalamnya. Matanya langsung melotot dan mulutnya bahkan menganga. Rumah Sera benar benar besar, mewah, luas.

[✓] 𝐓eman Khayalan | Han Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang