Introduction, part 2.

367 63 5
                                    

"Chris, abis ini ada yang minta full sleeve, yak, udah booking dari bulan lalu."

Chris menghela nafasnya.

"Dari bulan lalu? Si siapa ya namanya, yang waktu itu minta feather di atas clavicle?"

Bobby, rekan kerjanya, mengangguk, "Si Mino."

"Oh iya, dia."

Chris lagi-lagi menghela nafasnya.

Harinya baru saja dimulai dengan customer baru yang sangat rewel. Wajar sih, baru pertama kali buat tato.

Selesai membersihkan alat-alat tempurnya dengan cairan sanitasi, Chris mencuci tangannya.

Tangannya yang penuh dengan tinta, begitu pun lengan bawahnya, lengan atasnya, leher, dada, dan punggungnya.

Chris adalah salah seorang seniman tato muda, berusia 25 tahun yang bisa dibilang terkemuka di ibukota. Prestasinya tidak main-main. Banyak berpartisipasi dalam event tato nasional, maupun internasional.

Chris membuka studio tato tempatnya berkarya sekarang bersama dengan Bobby, dan satu lagi teman baiknya, Brian.

Passionnya menggambar, dari dulu masih di bangku SMA, hingga kuliahnya di jurusan DKV, hingga sekarang. Putar haluan dari perantara kertas menjadi kulit.

"Abis ini gue cabut, ya," Celetuk Bobby dari luar ruangan tempat Chris berada.

Chris menyahut, "Kemana?"

"Ngeceng tempat Jinhwan, biasa, ngapel."

Chris berdeham, menyiapkan alat-alat baru yang akan ia gunakan untuk mengerjakan permintaan customernya.

Full sleeve artinya tato yang hampir menutupi seluruh permukaan kulit lengan.

Butuh waktu yang lama, dan beberapa fase, karena biasanya tidak dapat dilakukan dalam sekali duduk.

"Nanti lo closing sendiri gimana?" Tanya Bobby.

Melirik jam yang melingkari pergelangan tangan kanannya, pukul 5 sore. Studio tutup pukul 9 malam. Chris rasa, 4 jam cukup.

"Gampang. Sebelum lo pergi coba konfirmasi sama custnya dulu, biar gue bisa siap-siapin tinta sama cairan lain."

"Oke."

Jinhwan adalah soulmatenya Bobby. Hubungan mereka sudah berjalan sekitar, 2 tahun? Chris tidak terlalu paham.

Tidak terlalu peduli, juga.

Tidak mau ikut campur, pula.

"Mino oke."

"Yo," jawab Chris seadanya.

"Gue cabut ya?"

"Iya, have fun bro," ujar Chris sembari mempersiapkan tinta yang dibutuhkan, setelah melihat gambar yang diinginkan oleh Mino.

Sedikit klise, beberapa gambar naga, dengan ornamen-ornamen pelengkap dan beberapa solid lines. Terinspirasi dari animasi berjudul Jujutsu Kaisen, katanya.

"Lo juga, kapan lo bucin? Masa gue terus yang izin pulang cepet?"

Chris tertawa, "Gatau dah,"

"Belum ketemu?"

Belum.

Sampai sekarang.

Chris menggeleng.

Memberi jeda sebelum, "Gue gapeduli juga."

ink-finite.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang