acción

1.3K 242 247
                                    

●●●

jeffrose_'s present

●●●

TAK ada yang aneh keesokan paginya. Angin badai masih berputar dan ombak masih menggelora di sekitar kapal. Tak ada burung camar yang memekik pagi itu, tak ada pula pengumuman dari orang rajin yang kemarin. Agaknya semua orang sudah mengerti untuk tetap diam di kamar masing-masing jika masih ingin utuh ketika sampai di Afrika Selatan.

Dejun mengerjap sambil bersandar di kepala ranjang. Sejenak otaknya memproses kenapa ada Hendery tertidur di sampingnya, dan bukan selimut.

"Hey, Huang, bangun." Dejun menampar-nampar pelan pipi lelaki itu.

Hendery menggeliat dan kemudian mendekap Dejun lebih erat. "Ada apa?"

"Kau bisa dibunuh oleh atasanmu. Aku tidak mau ikut-ikutan."

Hendery lalu bangun dan mencungkil kotoran di sudut matanya. "Jam berapa sekarang?"

"Sepuluh seperempat."

"Astaga," balas Hendery tanpa minat. "Aku terlambat."

"Pakai bajumu, sialan." Dejun mendorong-dorong punggung Hendery. "Kamar Joy ada tepat di depan, kau ingat?"

Hendery mengusak rambutnya yang kusut dan membuatnya lebih kusut. "Biar saja. Dia sudah tahu."

"Dia sudah tahu?!"

Hendery terkekeh dan mencium Dejun cukup lama. "Kenapa? Aku bertaruh Tuan Park juga sudah tahu. Tak ada yang bisa kusembunyikan dari mereka."

Dejun mengernyit ngeri. "Aku tidak mau dekat-dekat dengan kalian."

"Baguslah."

"Ya sudah, cepat pergi."

Hendery mendengus dan bangun dari tempat tidur. Disambarnya selembar celana yang tergolek di lantai kemudian ia mengenakannya dengan wajah kesal. Baru saja sabuknya terpasang sempurna, terdengar gedoran dari arah pintu.

"Dejun!"

Dejun dan Hendery berpandangan.

"Itu suara Joy," kata Dejun. Ia tidak tahu kenapa harus berbisik begitu.

Hendery melemparkan satu lagi celana pada Dejun dan berjalan hendak membukakan pintu.

Dejun sedang memasang sabuknya ketika terdengar suara mirip pecutan dari arah pintu diikuti Hendery yang terhuyung ke belakang. Dejun buru-buru mendekati mereka dan menahan tangan Joy.

"Maafkan aku, Joy. Tapi ada apa ini?" tanyanya terheran-heran.

Joy menuding Hendery seolah menuding narapidana menjijikkan. "Kami sudah mencarinya kemana-mana dan kau malah asyik tidur di sini. Kemana etikamu, Guanheng?!"

Dejun melirik Hendery kemudian melirik Joy, lalu kembali melirik Hendery. Terus begitu sehingga ia nampak seperti tengah menonton siaran langsung pertandingan tenis.

"Aku tidak mengerti. Aku hanya terlambat seperempat menit!" Hendery membela diri. Dipipinya tertera jelas bekas tangan Joy yang memerah.

"Kau melewatkan seluruh malam di luar kamarmu, berandalan!" bentak Joy. "Dan kau pasti tak mampu menghadap Tuan Park jika kau tahu sesuatu dalam kamarmu menghilang!"

High By The Beach ● HenXiao ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang