Happy reading~Mata ji eun berpendar mengikuti langkah chanyeol yang tampak lesu. Punggung tegap itu tak lagi sekokoh biasanya. Chanyeol seperti membawa ratusan beban tak kasat mata yang sedang ia pikul dalam diam. Raut wajahnya kusut, tidak sedingin hari-hari lalu. Hembusan napas terasa berat, seperti memikirkan baik-buruk dari benang kusut yang berada di dalam benaknya.
Chanyeol melepas jam tangan, menatap pantulan diri pada cermin meja rias. Ada ji eun yang memperhatikannya dari belakang. Pemuda itu segaja memutus kontak mata diantara mereka, seakan tengah bersembunyi dari aksi sibuknya dalam melepas jam tangan.
"Chanyeol-ssi, gwaencanha?" tanya Ji eun hati-hati. Meski mereka sepasang suami-istri, melanggar privasi tetap tidak diperbolehkan dalam pernikahan ini.
"Nan gwaencanha," jawab Chanyeol pelan membuka walk-in closet bergaya L yang berada di sudut kamar. Ia menarik satu kaos putih polos lalu melangkah membawa diri untuk membersihkan diri ke dalam kamar mandi.
Melihat chanyeol yang tidak menjawab dengan menyebalkan, ji eun menaikkan kedua bahu, tidak ingin berpikir lebih jauh tentang perubahan sifat sang suami. Bisa saja chanyeol sedang memiliki beban pikiran mengenai pekerjaannya.
Ji eun segera turun ke bawah, membuat madu hangat untuk chanyeol yang terlihat lelah setelah seharian bekerja. Batin wanita itu seakan mengerti jika suaminya sedang memiliki masalah, walau mulut pria itu tidak mengatakan hal apapun padanya. Saat Ji eun membuka pintu kamar, chanyeol juga sedang keluar dari kamar mandi.
"Chanyeol-ssi, aku membuatkanmu madu hangat. Diminum, ya." Ji eun meletakan mampan di atas meja rias. Tersenyum saat chanyeol menatapnya dengan binggung.
"Kau terlihat lelah hari ini." Jelas gadis itu tentang sikapnya yang mendadak perhatian.
"Gomawo." Chanyeol mengangkat gelas, meminun madu hangat buatan ji eun.
"Ji eun, apa kau sudah tidur?" tanya Chanyeol di dalam remangnya kamar. Mereka masih berada di posisi saling mempunggungi dengan bentangan selimut sebatas dada.
"Wae?" tanya Ji eun berbalik badan. Mungkin saja chanyeol membutuhkan bantuan darinya.
Merasakan pergerakan kasur, chanyeol juga ikut berbalik badan. Mereka saling berpandangan, untuk menyelami pemikiran masing-masing.
"Apa kau tahu, cara menghapus penyesalan?"
Ji eun terdiam mendengar pertanyaan chanyeol. Netranya menelisik ke dalam pemikiran ruwet sang suami. Pasti pemuda itu sedang dalam keadaan terpuruk oleh genangan luka di masa lalu, walaupun ia tidak tahu pasti permasalahan yang terjadi, tetapi gadis itu yakin, itu berkaitan erat dengan sikap lesu chanyeol.
Ji eun membaringkan badan. Menatap langit-langit di atas sana. Ada banyak hal yang mungkin bisa ia katakan, jika seandainya bukan pertanyaan seperti ini. Cara menghapus penyesalan? Mungkin orang-orang pada umumnya akan mengatakan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan menjadikan hal itu sebagai pelajaran hidup.
Namun, jawaban itu terkesan biasa saja dan terdengar naif untuk dikatakan, karena faktanya, tidak ada yang bisa merubah masa lalu. Dan penyesalan tetap ada entah untuk pelajaran ataupun perjalan hidup seseorang.
"Aku rasa, tidak ada yang bisa menghapus sebuah penyesalan. Jika aku berada di posisi itu, aku akan membiarkannya mengalir dengan apa adanya."
"Karena hidup selalu berada di dua masa, senang-sedih, sedih-senang. Waktu ke waktu, kita tetap berada di proses seperti itu. Jadi, untuk apa menyesali sesuatu yang telah terjadi."
Dari samping, chanyeol melirik ji eun. Chanyeol menganggumi cara istrinya dalam berpikir, tetapi hatinya belum mampu mencerna apa yang ji eun katakan. Meski waktu telah banyak berlalu, perasaan bersalah dan penyesalan masih tetap ada. Masih merongrong hidupnya. Perihal tentang meninggalkan ataupun ditinggalkan memang selalu berefek semenyakitkan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tied love
Fanfiction{ WARNING! HARAP BACA DESKRIPSI TERLEBIH DAHULU} Cerita ini mengandung mature dan kata-kata kasar untuk pembaca di bawah umur. Harap bijak dalam memilih bacaan. Dan bagi pembaca di bawah umur yang tetap nekat membaca cerita ini, harap untuk memilah...