.
.
.
.
.
.
.
***Kepul asap yang menyembur keluar dari delimanya itu dibawa pergi oleh angin malam, namun perasaannya tetap tertinggal. Sudah batang kedua dari kandungan nikotin tersebut ia hisap namun sesaknya sama sekali tidak membaik.
Bukankah saat ini kedua orang tuanya di atas sana tengah mengoloknya dengan tawa remeh? Karena ia gagal memberikan kebahagiaan yang telah dititipkan untuk sang adik. Bahkan di saat hatinya lara dimakan nestapa, burung-burung masih bersenandung ria seolah segalanya akan baik-baik saja. Tidak, Changbin tidak pernah yakin hidupnya baik-baik saja.
Setelah kedua orang tuanya pergi dari dunia tanpa pamit dengan benar. Ketika adiknya divonis penyakit langka yang sukar sembuh dan harapan hidup yang tipis. Ketika dirinya harus menjual diri untuk memuaskan hasrat pada pria yang sama sekali tidak pernah terpikirkan sedari kecil. Semuanya dibalik begitu saja oleh Tuhan bagai membalik telapak tangan. Dalam satu tiupan hidupnya hancur tidak bersisa. Bukan hanya Heojun, Changbin pun jijik pada dirinya sendiri.
Ia merasa kotor, harus melayani nafsu gila para laki-laki dengan hormon berlebih. Membiarkan mereka mengelus tubuhnya dengan siulan menjijikkan. Bahkan jika dibandingkan dengan sampah, harga dirinya lebih rendah. Semua itu harus terpaksa ia lakukan demi menunjang kehidupan sang adik agar dapat lebih lama, juga demi kebahagiaan duniawi yang sempat raib.
"Changbin."
Hyuna, wanita itu adalah orang pertama yang paling mengerti dirinya. Yang membuatnya ingin merasakan kembali kehidupan meski hambar. Hyuna pula yang menjadi pondasi dasar cikal bakal perasaannya yang kokoh.
"Aku tidak pantas dianggap sebagai kakak. Heojun benar."
Kalau bisa melakukan negoisasi dengan Tuhan, maka Changbin akan pertaruhkan diri supaya penyakit sang adik dipindah kuasakan padanya. Heojun adalah alasan utama kenapa ia bertahan sampai sejauh ini. Jika tidak, tali yang bergantung di depan pintu kamar mandinya tidak akan berdebu sekarang.
"It's not your fault, Bin. Heojun hanya marah sesaat."
Hyuna mengambil alih batang rokok yang terselip di antara jemari Changbin, mematikan benda tersebut sebelum membuangnya sembarangan. Lantas merangkul pemuda Seo itu agar mengistirahatkan kepala pada perutnya. Gadis Kim itu menyugar pelan surai hitam cantik milik sang teman.
Changbin tidak menangis, tidak akan pernah bisa karena ia lupa bagaimana caranya. Terbiasa menahan segala rasa sakit yang diderita membuat Changbin menjadi mati rasa. Hatinya terluka namun air matanya enggan jatuh dan menguyur laranya. Tak yakin kapan terakhir kali Seo dapat menangis tersedu-sedu dan kenyataan itu membuat Hyuna meringis sakit.
"It hurts a lot now, but I promise time will heal it. Tahan itu sebentar saja."
Changbin harap, waktu menepati janjinya. Meski mustahil sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIMALS | 19+
FanfictionBagi seorang penari telanjang seperti Changbin, uang adalah segalanya. Apapun akan ia lakukan agar biaya hidupnya terpenuhi. Meski harus melayani naluri binatang 7 pria brengsek. Mereka kaya, dan itu cukup baginya. WARN‼️ SEO CHANGBIN X SKZ OT7 CHAN...