Obor yang membara di samping Balvier adalah satu-satunya sumber cahaya dan panas untuknya. Di luar hujan turun deras, sesekali cahaya membutakan memenuhi. Sinar dari petir masuk ke dalam melalui lubang udara di bawah langit-langit penjara. Setiap gerakannya menghasilkan dentingan besi, tangan dan kakinya terantai pada masing-masing sisi dinding.
Balvier berhasil melarikan diri pemenggalan yang direncanakan Rauffe. Saat itu Claudes yang hidup berhasil menyelamatkannya tepat waktu, dengan pemberontakan Gilvanum sebagai pengalih perhatian. Tindakan itu tidak mungkin disengaja: tidak ada alasan untuk Gilvanum menyelamatkannya. Saat itu adalah kebetulan yang menyelamatkannya.
Namun melihat dirinya tertangkap Seginus dan terkurung di penjara Sadakhbia seperti ini, Balvier sadar ia sedang berkejar-kejaran dengan takdir. Takdir yang ingin ia mati.
Ketika ia mengangkat wajahnya, darah segar dari keningnya mengalir, menetes ke dagunya. Saat ini mungkin Seginus telah membunuh Aguinare dan Brinon, dua jenderal yang paling dipercaya Balvier. Berharap diselamatkan oleh anak buahnya untuk kedua kalinya adalah tidak mungkin.
Balvier mendongak ketika merasakan kehadiran di hadapannya. Pria yang muncul bukan algojo yang datang untuk menyiksanya. Atributnya membuat Balvier segera mengenali untuk siapa pria itu datang.
"Apa Aran menyuruhmu untuk membunuhku?"
Pertanyaan itu tidak dijawab. Pria itu mengeluarkan seikat kunci yang bergemerincing, melepaskan rantai di kaki Balvier. Ia menahan tangan Balvier pada sebuah palang kayu, menguncinya, sebelum melepaskan rantai pada lengan Balvier. Ia bukan datang untuk membebaskan.
Namun Balvier tidak memberontak. Ini adalah kesempatan terbaik yang bisa ia dapat. Kitala atau Birdaun adalah dua tempat yang ia tuju. Jika pria ini akan menggiringnya ke sana, walau sebagai tahanan, Balvier akan mengikutinya.
Balvier tahu Lethia sedang dikejar takdir yang sama. Ia hanya bisa berdoa orang-orang Gondvana belum membunuhnya ketika ia sampai di sana. Balvier akan menyelamatkannya, apapun bayarannya.
Melewati lorong sempit di antara penjara, Balvier mengikuti langkah cepat sang pria. Bau busuk yang menyebar di sana bukanlah hal yang baru untuknya. Jemari tahanan lain menggapai-gapai dari sela-sela teralis, teriakan mereka tepat di samping telinga Balvier. Sebagian mengumpat karena Balvier mengabaikan mereka, sebagian bergumam tidak jelas dalam bahasa Algorab, yang lain hanya mengulang kata-kata yang sama. Dalam jangka waktu panjang, kegelapan dapat meredupkan kewarasan.
Balvier menghempas jemari itu, membuat tarikan yang lebih keras menghampirinya. Namun ujung dari lorong, sebuah tangga berputar ke atas, ada di depan mata. Pria di hadapannya menaikinya dengan ketergesa-gesaan yang kentara. Mereka ada di lapis kelima di bawah tanah. Mengikuti di belakangnya, Balvier menyadari ujung pedang si pria berlumuran darah.
Prajurit-prajurit yang menunggu di atas segera mengambil alih Balvier, menaikinya ke atas seekor kuda. Berkali-kali kilat menggelegar di atas dirinya. Seketika seluruh tubuhnya basah, darahnya yang telah mengering menolak untuk disapu tetes hujan. Seorang prajurit memanjat kudanya dan duduk di belakangnya, menjaga tahanannya dari melarikan diri.
Kuda yang ditungganginya berpacu ke jembatan di gerbang utama Sadakhbia. Pria yang menyelamatkannya jelas adalah jenderal dalam pasukan ini. Berkuda di hadapan Balvier, ia terhenti ketika mendengar seruan murka dari arah Sadakhbia.
Seginus Celbalrai berdiri di ambang gerbang, keadaannya tidak jauh berbeda dengan Balvier. Ditahan oleh dua orang prajurit Gondvana di kedua sisi, ia meronta dan memberontak. Algojo dan penjaga miliknya berjatuhan, sebagian diancam untuk diam dengan pedang-pedang.
"Kau akan menyesal, Rastaban!" Seginus berteriak. Balvier sadar kekacauan ini adalah untuk mendapatkan dirinya. Pasti ada alasan kuat mengapa Gondvana begitu menginginkannya. Jika mereka ingin ia mati, mereka bisa membunuhnya sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapis Lazuli (COMPLETE STORY)
FantasyCOMPLETE STORY Silakan menikmati cerita ini dari awal hingga tamat! Arleth Blancia, seorang putri dari Luraxia, hanya ingin hari-hari yang damai bersama kakaknya. Aldebaran, seorang putra mahkota dari Gondvana, ingin membuktikan dirinya layak dengan...