0.1 Indah Namun Sesaat

30 2 2
                                    

Assalamualaikum
Salam sejahtera untuk kita semua

Terima kasih sudah mampir untuk membaca tulisan ku, jangan lupa klik ☆ dan  share ke teman-teman kamu yah.
Satu lagi jangan hina tulisan saya :)

BTW... sebelum membaca aku sarankan sambil dengerin musik yah agar alur ceritanya bisa lebih enak.

Selamat membaca!!!
Enjoy :)

☆ ☆ ☆ ☆ ☆

Kendaraan moderen ku sebut sosial media jadi pengantar alur perjalanan kisah Crismi.

Dengan suara sederhana "ting" berisi pesan singkat darinya "hii sibuk ga? Main yuk ke mana?, lagi BT di rumah. Kedua jempol jariku masih bingung memilih huruf yang akan kujadikan kata pertama. Balasku dengan singkat "aku mau otw ke tempat kopi biasa, ikut? balasnya dengan cepat "jemput".

Saat tiba di rumahnya terlihat seorang Pria berusia lima puluh tahun duduk dengan sebatang rokok terselip di jarinya. Matanya tertuju tajam menatapku, aku hanya tersenyum lalu berkata "sore om! Crisminya ada? Tanyaku.

Crismi keluar dari pintu belakang "hayoo Hen cabut" tak lupa pamitan dengan Ayahnya sambil cium tangan. Suara sedikit mengeras keluar dari Pria tua itu "jangan pulang larut malam" matanya sambil menatapku dengan tajam. "Iyaa, aku pulang cepet kok"

"Om aku jalan dulu"
dengan sedikit menundukkan kepala, hanya di balas

"hem hati-hati."

Sesampai di cafe aku lihat jarum jam menunjukka pukul 17:25 sore, sunset di pantai cukup menggodaku yang tak jauh dari cafe.

Cris yuk ke pantai bentar! Tak jauh dari cafe ada pertunjukan kecil saat matahari terbenam katanya surga bagi anak indi. Sesampai di pantai mata Crismi berbinar menatap senja. Ku lontarkan kalimat sambil menatap ke langit.

"indah bukan!!"
"Iya si indah tapi sayang sesaat doang"
"Kamu harus tau setelah matahari terbenam di sana ada bintang yang menanti jauh lebih indah dari senja"

Sejenak terdiam seakan salah mengelurkan kata "indah namun sesaat". Yuk... balik!! semua hanya sesaat bagimu, melangkah pulang sambil tersenyum. Crismi berjalan tepat di sampingku dan tangan mengayung mengikuti langkah kaki tak sengaja tangan ini saling berpegangan. Dia menatapku diam seribu bahasa lalu berkata "Hen.... gua udah punya cowo dan kita hanya teman" Aku terdiam sejenak memikirkan kata yang tepat untuknya "Aku tau kamu udah punya cowo, tanganku aja yang nakal." Sambil tersenyum.

Sesampai di cafe di sana temanku sudah menggu lama, "hii Men!!! Sorry gua tadi habis main ke pantai bisa menikmati senja yang sesaat ini." Crismi lalu kukenalan dengan temanku namun matanya tertuju di tembok yang bertuliskan "dunia ini hanya sesaat nikmati selagi masih ada waktu" dia menatapku selepas membaca tulisan itu seakan sadar bahwa yang ku lakukan mencari keindahan sendiri itu bukan soal kata bulshit.

Waktu berjalan begitu cepat malam semakin larut, jam di tanganku menunjukkan pukul 23:25 aku bergegas mengantarnya pulang. Dalam pikiran tatapan Ayahnya tadi jika sampai anak gadisnya telat aku pasti di jadikan perkedel malam ini. Do'aku semoga motor buntut itu tidak mogok lagi. Gema di dalam hati.

Di perjalan dengan motor tua serasa naik merci tahun 70-an, dia yang duduk di kursi penupang dengan tangan melingkar di perut. Tanpa menoleh sedikitpun; "Cris kamu taukan jika memelukku rasanya jatungku ingin copot?"

"Iya.... aku tau kok hanya saja tanganku yang nakal."

Depan rumah Ayah Crismi menunggu dengan gelisah, mencemaskan anak gadisnya belum ada kabar dan dari kejauhan suara motor buntut yang aku bawah saat itu terdengar dari kejauhan. Harap cemas anak gadis dari seorang Ayah baik-baik saja.

Dua minggu berlalu dengan cepat kenagan Hendrik saat di pantai masih membekas di ingatan.

Apa yang salah dariku kenapa belum melupakan kejadian konyol itu.

Dari dalam rumah terdengar percakapan dari teras rumah ternyata Hendri datang sekedar mampir bercerita sama Ayah, aku bergegas keluar "hii... kamu dari tadi kok kamu ga kasi kabar."

"Ow iya, aku mampir tadi pas jalan pulang habis latihan sekalian aku beli kopi dan beliin cemilan kesukaan kamu."

Selepas Hendri pulang Ayah bilang "dia cukp baik  sampai repot-repot bawain kopi buat ayah dan cemilan buat kamu, Hendri pacar kamu?
Spontan ku jawab "ih bukan, Hendri itu teman aku ga lebih."

BERSAMBUNG....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CRISMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang