"Sera, your Mommy is calling ...," kata Vyctoria, sahabat sekaligus teman sekolah Sera.
Sera dengan wajah malas mengangkat panggilan itu. "Kenapa Bunda?" tanya Sera dengan suara kesal.
Saat ini Bundanya memang menelepon di saat yang kurang tepat. Dan saat ia sedang nengadakan pesta di rumah Joseph bersama teman sekelasnya.
Sera hidup di culture budaya barat, dan Bunda-nya yang indonesia banget itu benar-benar overprotectif.
"Kamu dimana, kenapa berisik banget?"
"I have party in Joseph home, why?"
"Bunda minta maaf banget, Bunda lupa ucapin selamat ulangtahun buat putri kesayangan Bunda."
"Udah lewat juga," kata Sera dingin.
"Iyaa, maafin Bunda yaa nak. Happy birthday to you, Sera. Happy sweet seventeen kesayangan Bunda.
"Udah ya Bun, Sera sibuk!"
***
Sera menatap jam tangan di pergelangan tangannya, sudah lewat jam dua belas malam. Beberapa temannya terbaring tidak berdaya karena banyaknya alkohol yang mereka teguk.
Sera hanya minum sedikit, ia suka minuman itu tapi malam ini ia hanya tidak ingin mabuk apalagi di rumah seorang pria.
Vyctoria di sudut ruangan terlihat sedang berciuman mersa dengan Gabriel, kekasihnya.
"Vyctoria, aku pulang titip salam sama Joseph. See you tomorrow Honey-"
"See you tomorrow too, Honey."
Tiba di kediamannya, Sera menatap sebentar pada rumah besar yang ia tempati sekarang.
Tidak ada Daddy, tidak ada Bunda!
Eca dibesarkan Bunda sebagai single parents, sampai pada akhirnya Bunda dan Daddy memutuskan untuk kembali bersama.
Namun, tidak happy ending!
Sera tinggal di Amerika sendirian, terpisah jauh dari kedua orangtuanya. Mereka sempat tinggal bersama hanya sampai beberapa tahun di Amerika. Namun panggilan kemanusiaan, Bunda lebih memilih kembali ke Indonesia dan bekerja di sana.
Sementara Daddy kadang masih sempat bolak-balik Amerika dalam sebulan sekali untuk mengunjunginya.
Daddy juga cukup sibuk bekerja di perusahaan keluarganya sendiri.
Orangtua Sera membuang dirinya dengan alasan sepele, bahwa ia harus mendapatkan pendidikan yang layak di tempat yang bagus.
Buktinya, Bunda maupun Daddynya sama-sama bersekolah di Indonesia dan bisa menjadi dua manusia sukses, meski telah gagal membesarkan Sera.
***
Setelah keputusan panjang, Sera memikirkan matang-matang dan menemukan jawaban atas journey-nya sendiri.
Bersiap dengan kopernya, Sera diam-diam terbang ke Indonesia mencari kebahagiaan dan bersatu kembali dengan orangtuanya.
Ia sudah memberikan izin ke sekolah bahwa ia sedang tidak enak badan dan Vyctoria juga berhasil membantunya mengklabui guru mereka.
Rencananya Sera akan berada di Indonesia selama seminggu secara diam-diam, kemudian saat hari terakhir di Indonesia Sera akan menemui Bunda dan Daddy, memohon pada mereka agar ia bisa tinggal di Indonesia saja.
Penerbangan yang sangat panjang benar-benar membuat Sera lelah. Ia bahkan harus menikmati makan malam di Dubai saat sedang transit.
Puluhan jam di pesawat benar-benar membosankan. Tapi perjalanan panjang itu berakhir ketika ia tiba di bandara Soekarno-Hatta.
Udara panas penuh polusi kota Jakarta menyambut Sera. Bibirnya menampakan senyum lebar, Sera masuk ke dalam taksi yang akan membawanya ke sebuah hotel.
Sera menyerahkan lokasi hotel yang telah ia pesan melalui online kepada supir taksi.
Sera membuka kaca mobil, sambil tersenyum lebar!
"I love Jakarta!" teriaknya sambil memainkan tangannya keluar jendela.
Beberapa jam kemudian Sera dengan wajah kesal menatap sekitar, panas dan benar-benar macet.
"I hate Jakarta!" katanya lagi dengan wajah murung.
Sebuah motor sport menyalip beberapa mobil dari belakang, Sera terpanah dengan pemandangan itu.
Motor itu pun berhenti tepat di samping taksi yang sedang Sera tumpangi, nampaknya ia sedang mecari jalan untuk menyalip lagi.
"Hi!" Panggil Sera pada pengendara itu. Jujur ia benar-benar bosan dan gabut saat ini.
Tidak ada jawaban, Sera mengulurkan tangannya mengetuk helm pria itu dengn berani.
Pria dengan jas kulit itu menoleh, menatap Sera sebentar. Ia menurunkan kaca helmnya yang berwarna hitam.
Mata cantik dengan hidung mancung terlihat menghiasi wajah rupawan itu.
"Ojekin gue dong," kata Sera dengan wajah dibuat-buat sok imut.
Pria itu kembali menutup helmnya, pandagannya kembali lurus ke depan.
"Hi you!! So yes or no?" tanya Sera tidak sabaran.
Melihat pria itu menggas motornya dan mulai menyalip kembali mobil-mobil di depan membuat Sera geram.
"Fuck you! Suck your d*ck!!" umpat Sera sangat kasar. Hingga membuat beberapa orang melihat ke arahnya.
Sera menggigit bibir bawahnya. "Mereka pasti noleh ke gue, karena nggak ngerti bahasa Inggris." Sera mengusap dada sambil menutup kembali kaca mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Sera & Bad Boy
Teen Fiction(Dewasa 18+) Sera tidak ingin penyamarannya terbuka, bahwa ia adalah seorang Queen berwajah Nerd. Sementara Kevin adalah ciuman pertamanya, sekaligus pria asing yang telah bersama dengannya malam itu. 17 tahun, sialan! Sera kehilangan keperawananny...