Tidak ada yang ingin dilakukan, tidak ada yang dipikirkan, tidak ada yang ingin dibicarakan. Dengan begitu, Chen bisa lenyap dan menghilang dengan sendirinya. Tapi bersandar dibahu itu, membuatnya tanpa sadar melunak. Chen harusnya bisa lebih kuat, lebih bersabar karena ini memang kesalahannya.
"Jongdae, gimana rasanya jadi bintang?"
"Eh, kenapa? Tiba tiba bertanya tentang itu,"
"Hanya saja.. Sekarang kamu sedang bermain petak umpet- dan semuanya mencarimu. Bintang itu sedang redup, jadi aku kepikiran bagaimana saat saat bintang bersinar."
Sosok yang selalu bersinar terang dimanapun dia berada, itu bukan hal yang biasa dilakukan oleh semua orang. Chen bahkan tidak lupa bagaimana perasaannya saat pertama kali bersinar.
Sejujurnya, dulu Chen sering sekali punya pikiran seperti ini. Ketika artis artis mendapat kritik dan komentar buruk, sebagai seorang artis bukankah memang sudah seharusnya bersabar untuk hal hal itu. Mendapatkan rasa cinta yang lebih, yang bahkan setengahnya tidak bisa dirasakan oleh orang lain seumur hidupnya. Chen merasa orang orang sepertinya terlihat terlalu lemah hanya karena kritikan semacam itu.
Bbubuni**
Sayang sekali hidup ibumu dipertaruhkan hanya untuk bersusah payah melahirkan anak sepertimu ㅎㅎㅎChen merasa itu adalah hal yang semestinya.. karena dia seorang bintang. Tapi dia selalu saja kalah dengan dirinya sendiri dan tenggelam di-kegelapan.
"Aku mengerti, aku mengerti." Kamu memeluk Chen untuk menenangkannya. "Aku mengerti kesulitanmu, dan beratnya menahan perasaan itu sendirian. Oppa sudah bekerja keras, terimakasih."
Chen tidak pernah peduli dengan komentar jahat. Ia terlalu mencintai Eri sampai sampai tidak ada waktu untuk memikirkannya. Tapi sekarang, dia tidak punya siapa siapa. Jadi, bagaimana dia bisa menghadapinya?
Mereka mengamati semua yang ada pada dirinya, menilainya, orang orang yang membanding-bandingkan. Sebelum ia menjadi Chen yang seorang bintang, Kim Jongdae juga hanyalah orang biasa.. yang masih ingin melakukan banyak hal."Pasti sangat berat dan kesepian.. Bagaimana kamu bisa bertahan dengan ini?"
"Aku nggak memaksakan diri buat bertahan. Aku cuma.. menunggu ombak dalam hatiku berlalu."
Ombak itu masih datang dan pergi, membuat Chen terlalu mudah terombang-ambing. "Ini kedengaran tiba tiba, tapi terimakasih. Kamu orang paling penting dihidupku. Yang membuat seseorang biasa ini merasakan hal menakjubkan bersamamu."
"Benar benar luar biasa ya.. Aku juga nggak mengira. Egois nggak ya kalau aku minta setelah ini kebahagiaanku datang?" Celetuknya sembari tertawa rendah.
Drap! Drap!
"Hyung!!"
"Jongin?? Kalian ngapain kesini?" Tanya Chen sedikit terkejut saat Kai tiba tiba memeluknya. Ia menatap membernya yang tiba tiba datang tanpa bilang bilang.
"Jadi kami nggak boleh main kesini?" Cerca Sehun seraya mendengus kesal.
"Kalau begitu, aku culik saja Cheonsa!"
"Ahk! Berhenti mencium Cheonsa! Dia bisa bangun!" Seru Chanyeol seraya menarik Baekhyun menjauh.
"Ya ya ya, bagaimana kalau kita buat album?" Usul Baekhyun secara tiba tiba, ia meraih ponselnya menunjukkan foto Cheonsa yang baru diambil.
Project persahabatan turun temurun, begitu yang dimaksud Baekhyun. Nantinya kalau EXO memiliki anak, mereka akan membuatkan hubungan persabatan yang baik. Seperti strategi persahabatan besar besaran. Rasanya lucu kalau anak anak mereka nanti berkumpul akrab.
"Apa omonganmu nggak terlalu jauh? Padahal kita tidak tau bagaimana kedepannya."
Kamu yang tengah kembali menidurkan Cheonsa menoleh saat mulai hening. Apa selama ini Chen memikirkan hal hal seperti itu? Chen merasa hubungan antar manusia lebih mudah putus daripada yang dibayangkan. Persoalan masa depan itu tidak bisa dipastikan.
"Tentu saja.. Orang yang kabur bakal ditembak mati!"
"Hoh, memangnya kamu mafia?"
"Kita sudah bersama selama ini. Kita tergabung dalam EXO. EXO itu keluarga, bagian dari hidup kita. Kenapa kamu meragukannya. Kita berjanji untuk abadi." Baekhyun berujar panjang lebar merasa gemas dengan Chen.
Chen terdiam sejenak dengan senyum yang tidak bisa diartikan. "Eung, kupikir juga begitu."
Setelah mendapat jawaban meyakinkan, member bisa bernafas dengan tenang. Merayakan kembalinya Chen karena ia menyanyikan OST drama lagi, walau akhirnya terlalu berisik dan mengusir diri sendiri karena takut Cheonsa terbangun. Kamu bagian dokumentasi, memotret para member yang rusuh disana. Kamu berniat menyimpan fotonya seperti yang Baekhyun bilang.
"Coba lihat! Aku inget masih menyimpan ini!"
Chen mengernyit bingung tapi ikut duduk dilantai sepertimu. Dirinya berdecak kagum begitu melihat isi kotak tersebut bermacam. Foto foto, surat, dan barang barang tentang EXO. Ini adalah harta karun berharga milikmu. Sepertinya Chen ikut tersentuh saat melihatnya. Pergerakan tangannya terhenti pada foto konser EXplOration beberapa waktu lalu.
"Dear, kamu inget dikonser hari terakhir waktu itu?"
Chen mendongak dengan matanya yang berkaca, perih karena menahan tangisnya. Kamu yang sedang memberesi foto foto itu menoleh kearahnya.
"Dihari itu, melihat ekspresi mereka yang nggak bisa kulupakan.. sampai sekarang. Aku berharap tahun ini dipenuhi dengan senyuman seperti saat itu. Lalu Eri dengan yakin mengiyakannya. Aku hanya bisa terdiam sejenak."
Chen menjeda ucapannya, menghela nafas dengan senyum tipis. Kamu baru sadar, saat itu ekspresi Chen memang tidak bisa ditebak. Dia langsung gugup dan terjerat dengan ucapannya sendiri. Chen sempat terdiam seakan tau apa yang akan terjadi ditahun ini.
"Aku berharap untuk Eri tahun ini jadi yang membahagiakan. Suho hyung memelukku saat itu, dan berbisik. Apa kamu nggak sadar dikonser hari sebelumnya saat Baekhyun bermain denganku, dia tiba tiba memberiku isyarat semangat. Harusnya semua sudah jelas."
Chen sudah memberi kode dan semua isyarat lewat hal hal kecil. Bahkan ditengah konser pikiran Chen sedang kacau karena memikirkan hal ini. Dia berharap kalian tetap bahagia karena— Chen akan memberitahukan tentang segalanya. Chen menyuruh kalian berjanji untuk menyambut tahun ini dengan tersenyum. Karena Chen tau dia akan mematahkan hati fansnya hanya dalam satu kalimat.
"Aku menyuruh Eri berjanji agar tersenyum dan bahagia, tapi.. malah aku sendiri yang menyakiti mereka." Chen terdiam, mencoba mencari kata yang menggambarkan perasaannya. "Tentu saja pada akhirnya mereka kecewa dan meninggalkanku.."
"Itu nggak mungkin!! Omongan bodoh macam apa sih itu!?"
"Bagaimana kamu tau itu nggak mungkin?"
"Astaga, kamu ini bikin frustasi."
Kamu mengeluarkan kembali isi kotak putih itu, mengambil beberapa foto dan notes yang ada disana. Menunjukkannya pada Chen termasuk novel yang kamu buat.
"Penjelasan yang bagus untuk itu ada disini." Kamu mengenggam tiga foto yang merupakan foto member saat pergi militer.
"Sebelum masalah ini dan setelahnya, kamu bisa lihat bagaimana reaksi EXO-L kebanyakan. Mereka masih menunggu kalian kembali. Lalu, meski kita nggak sering saling menyapa seperti dulu, kita adalah satu! Buktinya EXO dan EXO-L selalu bersama sampai sekarang dan seterusnya! Kita kan abadi."
"Benarkah begitu..?"
"Eung, apa yang masih kamu khawatirkan?"
Chen menggeleng pelan, sekarang semuanya sudah jelas. Dengan begini Chem tidak perlu khawatir lagi. Dia bisa melangkah dengan tenang.
________________________
TBC..Kiw kiw, yang masih kuat baca sampe sini?
Hope you like ♥
Enjoy and vote please★
Gamsa~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You | Chen (Revisi)
AcakHanya tentang kehidupan antara Kim Jongdae dan Chen diatas jalanan darah, bukan jalanan berbunga. Rangkaian naskah tentang kesehariannya. Bersama member, fans, keluarganya. Cerita tentang hari harinya bersama orang orang miliknya, termasuk kamu. [S...