Sera membasahi bibirnya yang terasa kering. Ternyata, menjadi orang lain itu bukanlah Sera banget.
Namun, ia sudah terlanjur membulatkan tekadnya untuk setahun ke depan.
Menjadi Sera yang biasa saja dan tidak mencolok ataupun menimbulkan perhatian orang-orang berpusat padanya.
Dulu, ia pikir menjadi terkenal melelahkan. Ternyata pura-pura culun lebih melelahkan, namun Sera menikmati prosesnya.
Ia harus membuat image gadis pendiam, kalem dan terlihat penakut. Untuk dirinya sekarang.
Bahkan, sudah tiga hari Sera bersekolah ia tidak mendapatkan seorang teman pun.
Dirinya memang terlihat menyedihkan saat ini.
Tapi, Sera menyukainya.
Sera yang tengah menikmati makan siangnya menoleh ke arah seseorang yang barusaja masuk kelas.
"Lihatin apa lo?!"
Uhuk ... uhuk!
Sera tidak berpura-pura, ia benar-benar kaget.
"Oh shit!" Sera mengumpat dalam hati.
"Nggak apa-apa, kok." Sera menjawab dengan suara pelan dan kepala menunduk menatap nasinya.
"Lo belum dapat kelompok Biologi, kan?"
Sera tersentak, pertanyaan itu random sekali ditanyakan.
"Belum."
"Kebetulan kelompok gue kurang orangnya, apa lo mau masuk kelompok gue?"
Sera mendongak sebentar, menatap pria berparas lumayan itu agak bingung.
Namun, ia bukan di posisi bisa menolak atau bertingkah. Ini adalah kesempatan emas, mungkin Sera bisa mendapatkan teman pertamanya.
"Boleh."
"Yaudah, nanti gue infoin jadwal kerkomnya dan tugas lo!"
Sera mengangguk paham, irit bicara.
***
Sera melepaskan kacamatanya sebentar, mengelap kaca yang nampak buram itu lalu memakainya kembali.
Padahal penglihatan Sera baik-baik saja memakai kacamata cukup ribet untuknya, karena benda itu mudah berembun dan berdebu.
Satu lagi!
Sera salah ambil keputusan.
Harusnya, ia tidak langsung menerima tawaran kelompok itu. Alangkah lebih baiknya, jika Sers mengerjakan hal itu sendirian saja.
Tapi, apa boleh buat? Semuanya sudah terjadi, dan sekarang Sera sedang mengumpulkan buku-buku biologi yang tebal dan berat sebagai tugas pertamanya dalam kelompok.
Perpustakaan nampak sepi, apalagi ini masih jam pelajaran. Hanya ada beberala orang dari kelasnya, yang juga mendapatkan tugas untuk berburu buku yang telah dilistkan.
Sera telah selesai, mendapatkan enam buku sesuai yang tertera di list itu. Ia menggendong tumpukan buku itu dengan langkah berat dan tertatih.
Sebagai wanita ia memang kuat, tapi kenala hanya ia saja yang tidak mendapatkan bantuan tenaga lain dari kelompoknya.
Bruk!!
Tubuh Sera ditabrak seseorang dari depan, tubuh lansingnya langsung jatuh ke lantai bersama buku-buku yang menimpanya.
Pris itu nampaknya ikut terjatuh, ia berjongkok di depan Sera dengan kepala menunduk menahan sakit sambil memijit kepalnya.
"MATA LO NGGAK BERFUNGSI YA!" teriaknya spontan, membuat Sera kaget bukan main.
Jantungnya hampir copot. Tapi, bukankah sebaliknya?
Yang Sera yakini, dirinya lah yang menjadi orban. Sebab pria di depannya itulah yang tidak memakai matanya dengan benar.
Sera mengangkat pandangannya, tepat ketika pria itu bangkit dan berdiri.
Pupil mata Sera melebar. Ia kenal dengan wajah itu.
Dia adalah ....
"Kev---" Ucapan Sera terhenti saat melihat seorang wanita berlari dari kejauhan.
"Kevin sayang, kamu jatuh? Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya seorang gadis cantik berwajah tirus dengan seragam ketat dan modis yang ia kenakan.
Telinga Sera menangkap radar yang tidak asing.
Ia menemukannya.
Setelah satu tahun lamanya.
Sera bertemu dengannya kembali.
Pria itu.
Dia adalah Kevin.
"Dia sungguh Kevin!" batin Sera masih tercengang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Sera & Bad Boy
Teen Fiction(Dewasa 18+) Sera tidak ingin penyamarannya terbuka, bahwa ia adalah seorang Queen berwajah Nerd. Sementara Kevin adalah ciuman pertamanya, sekaligus pria asing yang telah bersama dengannya malam itu. 17 tahun, sialan! Sera kehilangan keperawananny...