Happy reading, 💜
•••
"Kan udah bilang, jangan deket-deket sama dia!"
"Dia cuma temen, kak!"
"Nggak peduli temen kamu apa bukan, yang jelas dia suka sama kamu!"
"Enggak! Dia udah punya pacar, kok!"
"Ck! Kalau di bilangin itu nurut, Hannah!"
"Kak... keberapa kali aku bilang, Gerry itu cuma temen aku nggak lebih.." Hannah mulai capek, suara dia juga udah lembut, nggak nge-gas seperti Jean.
Jean yang juga udah capek akhirnya memilih diam. Teman? Cih, mana percaya dia. Jean jelas-jelas tahu jika sepupunya Damian itu menyukai pacarnya.
"Kak.."
Jean tetapi diam, ia memilih melajukan kembali kendaraan roda empatnya. Mereka memang sempat adu mulut tadi dan Jean memiliih menepikan mobilnya, ia nggak mau ambil resiko tabrakan sewaktu dia lagi nyetir dengan emosi.
"Kak Jean.."
Hannah tahu kalau pacarnya pencemburu, tapi nggak sama Gerry yang jelas-jelas cuma temannya. Lagi pula, Hannah tadinya cuma di ajak bermain bersama, banyak temannya yang lain juga bukan hanya Gerry. Tetapi Jean melarang karena takut Hannah di ambil.
Aneh sekali.
"Kak, ihhhh.."
"Apa Hannah? Kakak udah bilang enggak, berarti kamu nggak boleh pergi."
"Cuma sebentar kok.."
"Enggak!"
Salah satu sifat Jean yang Hannah nggak suka adalah perkataannya harus dituruti dan nggak bisa di bantah. Hannah cuma ngehela napas kasar, ia juga sudah kepalang kesal.
"Antarin pulang."
Jean nggak jawab tetapi menuruti keinginan pacarnya. Ia akui jika dirinya memang agak pencemburu, apalagi jika ia tahu jika ada lelaki lain yang menyukai Hannah. Jean akan posesif dan bertingkah menyebalkan.
Sampai di depan rumahnya, Hannah langsung keluar begitu saja dari mobil Jean. Nggak ada ciuman selamat malam seperti biasanya.
Sedangkan Jean hanya bisa memendam amarahnya. Bukan marah pada pacarnya, tetapi pada Gerry dan dirinya sendiri. Jean tahu, sikapnya sangat tidak disukai pacarnya.
Kemudian Jean pergi dari sana, pulang ke apartemennya dan tidur. Badannya udah capek setelah tadi siang main basket sampai sore di kampus.
•••
"Pagi, Papa." Hannah mencium pipi sang Papa. Pagi ini hanya ada mereka berdua dan Bibi asisten rumah tangga yang dirumah, Hannah dan sang Papa menyantap sarapan di temani dengan perbingangan sederhana.
"Papa malam ini pergi prancis, kamu mau ikut?" Ujar Daniel, Papa Hannah.
Pertanyaan Papanya langsung di jawab gelengan, "Hannah ada tugas, Pa. Banyak banget." Ujarnya sembari memanyukan bibir.
"Aduh.. anak Papa jangan sampai kelelahan, hhm.."
"Beressss.."
"Pagi ini di jemput nak Jean?"
Hannah diam, dia juga nggak tau karna tadi malam mereka berantem kecil dan sampai sekarang masih nggak ada kabar satu sama lain.
"Kenapa? lagi marahan?"
Hannah cuma nyengir lucu jawab pertanyaan Papanya itu.
"Yaudah, pagi ini Papa antarin, nggak usah bawa mobil sendiri."
"Loh kenapa?" Hannah takut aja nanti pulang kuliah harus pakai angkutan umum. Kan pacarnya lagi marah, jadi nggak mungkin di antarin pulang kerumah.
"Jean pasti ngantar kamu pulang lah! Percaya aja sama Papa!" Papa Daniel menepuk-nepuk dadanya dan ditambah wajah percaya diri pria itu.
Hannah ngangguk kepala, "Yaudah." Ucapnya. Paling nanti pulang numpang sama temannya aja.
Sepasang Ayah dan anak itu akhirnya memutuskan menyudahi sarapan pagi. Disaat Daniel hendak mengeluarkan mobilnya, Hannah sudah mendapati mobil Jean terparkir pintu gerbang rumahnya.
Daniel juga ikut menyadari kehadiran pacar anaknya itu memutuskan keluar dan menyapa pemuda yang putrinya cintai.
"Udah lama?"
"Lumayan sih, Pa." Jawab Jean. Hannah yang jadi pendengar cuma mendengus kesal karena tidak di sapa pacarnya itu.
"Yaudah, sana kalian berangkat."
"Kita pergi dulu ya, Pa.." Jean menarik tangan Hannah dan menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil.
Selama di perjalanan keduanya hanya berdiam diri. Hannah sebenarnya sudah tidak tahan, tetapi ia marah pada Jean.
Sampai di parkiran fakultas Hannah, Jean mencondongkan badannya pada Hannah, ia mengelus pipi gembil pacarnya itu kemudian tersenyum kecil.
"Udah marahnya?"
UGH!
Mana bisa Hannah marah lagi jika Jean sudah seperti ini!
Hannah menyambut bibir pacarnya itu dengan sukacita, keduanya berciuman dengan mesra sebagai pertanda akan kembali baikan."K-kak.." Hannah menghalau tangan nakal Jean yang ingin menjamahinya. Gila saja! Ini parkiran kampus, dan bisa saja orang lain melihat perbuatan mereka.
"Sstt, bentar aja.. nggak bakal ada yang lihat.."
Jean kembali mencium Hana, kali ini lebih dalam dari sebelumnya. Hannah di buat pusing dan melenguh.
"Udah!" Stop Hannah. "aku mau masuk, kalau Kak Jean kaya gini, aku bisa terlambat." Cicitnya, ia tak berani memandang pacarnya itu. Pipinya yang memerah membuat Jean gemas.
Jean memberikan kecupan di pipi sebagai pertanda kegiatan mereka sudah selesai. Pria itu juga menunggu pacarnya yang kembali sibuk memperbaiki tatanan make-up nya.
Pasangan itu bergandeng tangan menuju kelas Hannah, biasalah!
Jean kembali bucin. Ia takut Hannah di goda pria lain.
"Woy! Masih pagi kali! Nggak usah mesra-mesraan! Bucin lu!"
Jean melirik sinis Hanan dan teman-temannya yang lain. Awas saja nanti, Jean akan memiting leher pria tinggi itu sampai mampus!
"Jomblo diam aja!" []
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAK PACAR - JJK
Fanfiction"Pokoknya kak Jean itu definisi dari kata BUCIN." • Rate : 21+ • Setting place : Indonesia • Baku/non-baku • Started : Friday, June 12 2020