PROlOG

8 0 0
                                    


              KKRRRIIIIGGG.....

              

               Suara bel istirahat yang berbunyi menjadi pertanda baik bagi anak sekolahan. Karena inilah waktu ku untuk beristirahat sejenak dari yang namanya belajar. Setidaknya aku harus mengisi perut sebelum pelajaran selanjutnya kembali dimulai.

               Kebanyakan orang pasti akan langsung pergi ke kantin dan membeli makanan bersama teman-temannya. Tapi jika diperhatikan ada beberapa orang yang terlihat mengeluarkan kotak bekal dari dalam tas mereka. Beberapa orang itu terlihat berjalan berlawanan arah dengan semua orang yang pergi ke kantin. Sama halnya dengan diri ku, selepas bel berdering, segera ku mengeluarkan buku kesukaan ku dan bekal makan siang yang telah ku beli dalam perjalanan kesekolah tadi menuju taman sekolah.

              Kesunyian membuatku tenggelam dalam rangkaian cerita yang ku baca ini. Ditambah lagi cuaca cerah berawan yang membuat diri ku terbuai. Seolah itu seakan dirangkai sedemikian rupa agar diri ku dapat menghabiskan waktu dengan nyaman seharian disini. Ku buka roti bekal itu, dan langsung ku lahap dengan cepat. Rasanya waktu istirahat ini begitu singkat sekali, tak terasa aku sudah setengah jam duduk di taman ini.

              "Awasss... mingirr.. minggirr... aku sedang buru-buru!" Teriakan bergema di lorong kelas, membuat ku terkesiap.

              Brukk!

              Tiba-tiba aku merasa tubuh ku terbanting ke lantai seperti buah yang jatuh dari pohonnya.

              "Ahh!"

                Aku membuka mata ku dan menyadari bahwa aku sudah tersungkur. Buku-buku itu telah berserakan di lantai. Seseorang lain juga telah meringis kesakitan di depan ku, rambut yang berwarna biru dan berpendar pelan mulai kusut dan terlepas dari ikatan tunggal. Dengan susah payah, ku lihat gadis itu berusaha bangkit.

                "Sini biar ku bantu rapihkan, apa kamu baik baik saja?" tanya ku.

                "Tidak, jangan kau sentuh, tak usah biar saya saja. Saya bisa sendiri!"

                 Terlanjur sudah ku membantu merapikan buku-bukunya yang berserakan dimana-mana itu. Gadis berparas imut dan kecil itu ternyata diluar dugaan ku, ku kira dia lembut dan ramah. Percuma saja gadis itu cantik, kalau sinis seperti itu siapa yang akan mendekatinya.

                 "Baik ini kau rapihkan saja sendiri, maaf bila aku sudah menyentuh buku mu" ucap ku pada gadis yang baru pertama kali ku lihat di sekolah ini.

                  Cahaya menutupi seluruh tubuh dan diri aku merasa seperti ditarik-tarik ke segala arah. Ketika sensasi itu lenyap, aku membuka mata dan mendapati bahwa diri ku berada diatas ranjang luas ku. Dibelakangnya berdiri sebuah rak buku besar dengan berbagai genre buku di dalamnya.

Dunia KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang