#3. SUNGGUH MEMALUKAN

22 9 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*** 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
 

         Aku menatap langit-langit kamar dengan perasaan campur aduk, tapi lebih dominan perasaan malu yang sedang aku rasakan. Bagaikan tersambar petir di siang hari yang cerah, hal memalukan yang pernah dilakukan pada kelas sepuluh masih terngiang-ngiang. Awalnya aku sudah melupakan kejadian memalukan itu, dan mengapa orang itu hadir membawa ingatan itu kembali.

          Ini semua berawal dari teman sekelasku bernama Maya yang ingin di buatkan cerita dengan kakak kelas yang di taksirnya, awalnya aku menolak karena dia ingin aku membuatkannya cerita yang halu nya tingkat dewa. Jika cerpen sih masih bisa dibicarakan, namun dia ingin menjadi peran utama dalam cerita tersebut. Jelas aku menolak, cerita ku yang di publikasikan di wattpad masih on going,  aku tak ingin berpaling untuk membuat cerita lain agar fokus ku tak terganggu.

Drt... Drt...

          Sebentar dulu, siapa yang menelepon ku malam-malam begini. Dengan malas aku mengangkat panggilan tersebut, awas aja orang gabut yang mengajak ku mengobrol hingga larut seperti Mikha contohnya.

"Halo, dengan masa depannya Kim Seok Jin. Ada yang bisa saya bantu?"

          Intro atau sapaan yang selalu aku gunakan saat ada yang menelpon entah siapapun itu. Sebagian teman hingga kerabat yang sering menelepon ku selalu protes dengan sapaan tersebut, tapi aku tak peduli akan hal itu selama diriku bahagia, whatever.

"Azni, kenapa masih pakai intro kayak gitu sih? Aish, selera lo kok jadi om-om sih! Remaja di Indonesia masih banyak yang cakep doang."

            Mikha nampaknya selalu menyambut sapaannya dengan kalimat tersebut, dan seperti aku yang tak bosan menggunakan kalimat itu rupanya dia juga tak bosan menanyakan hal serupa pula. Dan jawabanku tak pernah berubah sedikit pun.

"Sorry Kha, remaja indonesia gak punya blackcard. Dan seperti yang lo tau, om-om lebih menggoda." Aku berkata genit di ujung kalimat membuat Mikha berdecih, dan aku yakin dia sedang menahan kesal akibat jawaban yang sudah sangat dia hafal.

"Matre lo!"

"Realitis aja sih Kha, lagian remaja cowok Indo emang mau sama cewek kayak gue?" ucapku lalu tersenyum kecut.

MANTRA CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang