Part 9 Hilang harapan

24 4 6
                                    

"Sakit pun hatiku, tak akan pernah kau tanyakan. Sebab aku bukan siapa-siapa dan tidak berarti apa-apa."
r

asyidahaz12
The End Of Wandering



Runtutan acara pernikahan yang panjang cukup menguras energi Variela. Tamu hadir silih berganti tanpa henti. Variela sendiri tidak tahu mengapa Kim mengundang banyak para tamu. Hal itu mengundang teka-teki siapa sebenarnya kim. Bahkan saat pernikahan mereka tiada terlihat kedua orang tua Kim hadir saat itu.

Kemarin tepatnya di hari menjelang malam, tubuh Variela limbung, membuat para tamu khawatir dengan keadaan Variela. Begitupun Kim dan Ara.

Sudah tiga hari sejak hari pernikahan kemarin, Variela belum sadar dari pingsannya. Semenjak itu pula seluruh perhatian, Kim curahkan agar Variela sembuh dari sakitnya.

Wajah Variela pucat dan suhu badannya sangat panas, hingga Kim harus rela bolos dari pekerjaannya.

Seperti sekarang ini, Kim sedang meletakkan kain di dahi Variela. Mengompresnya sepanjang malam dan menggantinya setiap empat jam sekali. Setelahnya Kim mengambil gelas yang terletak di meja. Lalu, sendok itu ia masukkan ke dalam gelas dan menuangkan sendok berisi air minum itu ke mulut Variela. Semenjak Variela pingsan, Kim tidak ingin Variela kehausan.

"Pa, kenapa Bunda belum sadar. Kita harus membawa bunda ke Rumah sakit. Ayo, Pa," ucap Ara menarik-narik tangan Kim.

"Tidak Ara. Percayalah sebentar lagi Bunda akan sadar. Ini sudah malam. Kamu tidur ya," pinta Kim sembari menyentuh pundak Ara.

Ara mengangguk dan berlalu pergi keluar dari kamar Variela.

Kim tidak akan pernah membawanya ke Rumah sakit walaupun salah satu dari anggota keluarganya mengidap penyakit kritis. Tidak akan pernah.

Setelah kepergian Ara, Kim menarik selimut hingga menutupi tubuh Variela setengahnya. Ia juga mengantuk dan ingin bergegas untuk tidur. Kim bangkit dari kasur dan hendak beranjak pergi dari kamar Variela. Namun langkah Kim terhenti untuk keluar dari kamar tatkala Variela menarik tangan Kim.

"Banyak hal yang ingin kukatakan padamu. Jangan pergi ..., jangan pergi," ucap Variela bergetar dengan mata yang masih terpejam.

Kim melepaskan tangan Variela yang menggenggam tangannya.

"Tidurlah," ucap Kim sembari mengusap lembut surai Variela.

Kim melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Namun langkahnya terhenti lagi tatkala suara Variela terdengar kembali. Bedanya bukan untuk mencegah Kim untuk tetap disampingnya tapi, Variela menyebutkan secara berulang nama seorang pria.

"Zaid ..., kau dimana? Zaid ..., temui aku. Aku merindukanmu. Zaid!" teriak Variela terbangun dari pingsannya dengan napas yang memburu.

Kim membalikkan badannya menatap Variela yang berusaha mengatur napas. Ia berjalan mendekati Variela.

Ia mengambil gelas berisikan air putih yang terletak pada meja. "Ini, minumlah," ucapnya.

Dengan tangan bergetar Variela menerima pemberian Kim dan meminumnya hingga tandas.

Kim mengambil gelas dari tangan Variela dan meletakkannya kembali di meja. Lalu, Kim melangkah pergi meninggalkan Variela sendiri di kamar.

"Ke-kenapa dia pergi?" monolog Variela menatap pintu kamar yang telah ditutup oleh Kim. Variela bangkit dari kamarnya untuk mengejar Kim.

Seisi rumah sudah ia kunjungi namun sama sekali tidak ada Kim. Variela keluar dari rumah dan netranya menatap Kim yang sedang duduk di taman ditemani oleh segelas kopi panas.

The End Of WanderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang