Part 14 amarah Kim

23 1 2
                                    

"Rinduku merintih untuk segera pudar. Karena dia sudah tidak tahan bersemayam dalam jiwa yang penuh akan lukisan paras indahmu."
The End Of Wandering
rasyidahaz12
.
.
HAPPY READING
MARI IKUTAN GA

Ayunda duduk sembari memperhatikan Zaid yang sedari tadi bermain billyard. Karena merasa bosan ia mendekati Zaid.

"Aku ingin jumpa dengan adikmu boleh?" tanya Ayunda mengambil bola yang baru saja akan dibidik Zaid.

Zaid menatap Ayunda dan menyudahi aktivitasnya bermain billyard. Ia memilih berdiri di depan jendela dengan pandangan yang langsung menembus birunya lautan.

"Variela maksudmu?" tanya Zaid.

"Iya, gimana?" tanya Ayunda bersender pada dinding kapal.

"Nggak bisa," ujar Zaid. Ia mengingat ucapan Tantenya itu yang mengatakan, 'Jangan pernah membawa Variela kembali ke Indonesia. Biarkan dia hidup tenang di Korea. Kondisinya semakin baik disana'.

"Tapi kenapa?" tanya Ayunda.

"Dirinya akan dalam bahaya jika dia kembali ke Indonesia. Aaa, maksudku. Ah, sudahlah," ucap Zaid merasa sebal sebab mengatakan hal yang seharusnya tidak dikatakan.

Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan dan memanggil Ayunda. Katanya ada yang menunggu Ayunda disana. Ayunda pamit untuk pergi. Sementara Zaid, dia menyalakan ponsel pintarnya. Deretan notifikasi muncul berupa email dari Variela.

Kim membukanya dan membaca email kiriman Variela satu-satu.

12 Oktober

Apa kabar kak?
Pasti baik-baik saja.
Aku punya kabar bahagia. Karena Kim, aku dan Ara sudah seperti keluarga yang sebenarnya. Maksudku, aku bahagia karena Kim sudah menjadi imam dalam salatku. Tadi, barusan saja kami melakukan salat berjamaah.

15 Oktober

Kak Zaid, sebenci itukah kau sama adikmu.
Aku nggak akan pernah lelah mengirim email kepadamu. Aku ingin bilang, jika sekarang aku sudah berhijab kak. Alasannya sih, berawal dari mimpi yang menyeramkan. Aku nggak mau membuat kedua orangtuaku menderita di akhirat sana.

17 Oktober

Kau pernah bilang kepadaku, bahwa Imam Al Hasan Al Basri rahimahullah berkata: jika engkau melihat seseorang yang mengalahkanmu dalam perkara dunia, maka kalahkanlah ia dalam perkara akhirat."  Dan sekarang itu mulai diterapkan kepada Ara dan juga diriku. Yah, perlahan lah, karena kau tahu kan? Tidak semudah itu berubah. Maaf, aku baru sadar sekarang. Aku tidak ingin terkalahkan dalam hal duniawi maupun ukhrawi. Maaf kak, aku baru mengikuti kata-kata mu.

20 Oktober

Apa kabar kak Zaid?
Apa kau benar-benar membenciku?
Apa yang harus kulakukan agar rasa benci itu hilang dalam benakmu. Ahhh, rasaku tidak ada karena nasi sudah menjadi bubur.
Oh ya kak, tempo hari aku bilang, ada hal penting yang harus kulakukan. Dan salah satunya sudah mulai terlaksana. Yakni, mencari keberadaan kakak kandungku di Korea ini. Aku yakin, sebentar lagi aku akan menemukannya.

Membaca tulisan email terakhir membuat Zaid terkejut dan tanpa sadar ia menjatuhkan ponselnya.

"Tidak. Ini tidak boleh terjadi," gumamnya sembari meraih ponsel yang terjatuh dan berlari keluar dari ruangan billyard.

****
"Kamu nonton apa sayang?" tanya Variela ikut duduk di samping Ara.

"Bunda, kenapa orang itu membunuh pria dewasa?" ujar Ara sembari memakan kue kering buatan Variela.

The End Of WanderingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang