Bab 20

10 4 0
                                    

Eits sebelum baca chapter ini, sudah kah kalian ngevote chapter sebelumnya?

Kalo belum monggo divote dulu yaa, terima kasih :)

Seperti hari-hari sebelumnya, Nayla berangkat sekolah lebih pagi dari teman sebangkunya. Kelasnya masih sepi, hanya beberapa orang yang telah tiba. Di depan kelas Nayla, kekasihnya, Ali, duduk dan memandangi Nayla yang asik membaca novel. Bagi Ali, tak pernah ada kata bosan saat memandang dan memuji kecantikan Nayla. Baginya, Nayla selalu tampak sempurna.

Asik memandangi Nayla, tiba-tiba kehadiran Nia menyentak Ali. "Heh, ngelamun aja lu. Entar kesurupan aja lu."

"Apaan sih, ngagetin aja lu Ni. Gue gak ngelamun kok," sahut Ali.

"Kalo gak ngelamun, terus lu ngapain—," Nia terdiam sejenak, melihat pandangan Ali yang mengarah ke arah Nayla. "Ciee... kalo mau ngebucin masuk aja, gak usah curi-curi pandang gitu."

"Kagak ah, nanti anak pramuka pada curiga sama hubungan gue."

"Hahaha, santai aja kali. Gue bakal nutupin."

"Tidak, terima kasih."

"Oke deh, kalo gitu, gue ke kelas dulu ya."

"Eh, tunggu bentar Ni." Langkah Nia terhenti ketika tasnya ditarik oleh Ali.

"Apalagi sih?"

"Duduk sini bentar, ada yang mau gue tanyain sama lu." Nia menuruti Ali. "Udah nih. Mau nanya apa?"

"Besok kan Nayla ultah, dia pernah cerita gak ke elu lagi pengen apa gitu?"

Nia diam, berpikir mencari tahu apa yang diinginkan sahabatnya sekarang, "Emm... Dia gak pernah cerita pengen sesuatu sih, cuma dia sering ngeluh ke gue kalo headset sebelahnya kadang hidup kadang mati gara-gara Dikha sering tarik headsetnya mulu."

"Oh begitu... apa gue beliin headset wireless aja kali ya?"

"Nah, yaudah lu beliin itu biar gue beliin dia iPod terbaru, deal?"

"Deal," kata Ali sambil berjabat tangan tanda setuju.

Bel berbunyi, Nia dan Ali masuk ke kelas masing-masing. Bu Lia, guru kimia, memasuki kelas XI IPA 3. Keadaan kelas menjadi kondusif sejak kehadiran Bu Lia, dan pembelajaran pun dimulai.

Dua jam telah berlalu, dan waktunya istirahat. Seperti biasa, setelah menyelesaikan urusan OSIS, Dikha pergi ke kantin bersama Theo. Minggu ini dan minggu depan, OSIS akan sibuk dengan persiapan acara iCup yang akan diselenggarakan dua minggu lagi. Ngomong-ngomong tentang ultah Nayla besok, Dikha belum memikirkan kado apa yang cocok untuk teman sepergeludnya.

"Eh Yo, lu kan sepupunya Nayla nih. Pasti lu tau doong hobi dia apa?"

"Hobi dia? Yaa, kalo gak belajar atau baca buku. Kalo hari libur, movie marathon dia. Kenapa emangnya?"

"Kagak, cuma nanya aja. Eh iya, lu diundang sama Bang Al gak ke acara ultah Nayla?"

"Diundang, elu?"

"Sama, nanti bareng ya ke acaranya."

"Bisa diatur. Eh, duduk situ yuk, bareng Nayla sama Ali," ajak Theo sambil menunjuk tempat duduk Nayla dan Ali.

"Yaudah, biar gue yang pesen. Lu mau makan apa?"

"Gue samain aja lah sama makanan lu. Udah ye, gue ke sana dulu," langkah Theo terhenti karena Dikha menarik kerah baju Theo seperti barang kotor.

"Eits... Mana duitnya?"

"Ya Allah... pake duit lu dulu, duit gue belum pecah. Pasti duit lu belum pecahkan?"

"I-iya juga sih. Eh, tapi nanti lu bayar yak."

MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang