🌿16🌿

1.1K 87 3
                                    

Stop!!.

Vote nya mana?. Mhuehehe😆😆. Silahkan vote dulu, wan kawan ku yang manis, cantik, ganteng, tapi jomblo.. ups, canda jomblo..

Author juga jomblo kok..😆😆.

•°•°•°•°•°•

Pagi cerah. Sungguh awal yang bagus kan?. Tapi, bagaimana kalau pagi cerah ini di awali Zio dengan berdiri di lapangan seraya menenteng dua ember berisi air dengan leher yang terkalung sebuah tulisan.

SAYA JANJI TIDAK AKAN TERLAMBAT LAGI!!!

"Pak, udahan Napa!" Teriak Andreas dengan raut wajah yang memelas karena sedari tadi ia sudah merasa pusing terpapar sinar matahari secara langsung seperti ini.

"Yang terlambat kamu, itulah konsekuensinya!" Jahat. Pak Prapto duduk ditepi lapangan sekolah seraya meminum tehnya dengan nikmat. Duuh, mana botaknya ngga nahan lagi. Kinclong buat sakit mata.

"Pak! Aus! pak aus!."

Pak Prapto hanya acuh seraya meminum tehnya seraya mengawasi anak-anak yang telah ia jemur di tengah lapangan sudah hampir sama seperti ikan kering. Sungguh menyenangkan.

"Anjir nggak si? kita berdiri disini, eh, dia malah ngeteh disono! Dasar botak!" Cetuk Andreas dengan tak terimanya. Menyebalkan sekali.

Zio menoleh sebentar ke arah Andreas, kemudian kembali menatap lurus kedepan. "Diem, lo bikin kuping gue tambah pengang tau nggak!"

Andreas mendelik. Hah!, Membuat tambah pengang katanya?!. Dengan kesal Andreas menggerakkan kakinya untuk mendorong pantat Zio hingga cowok itu sedikit terhuyung ke depan hampir jatuh. Ngga tau apa ya? Andreas ini tengah melancarkan aksi bela diri tau.

"Heh, asu! Gue nyungsep gimana coba?!" Zio menatap Andreas yang tengah memandangnya acuh.

"Apa? Kalo Lo nyungsep paling Lo jadi Murata!"

Zio mengernyit heran, "Murata?"

"Hooh, Murata, MU-KA-RA-TA!, Yahaha, Muka Lo rata!" Ejek Andreas dengan wajah tertawa-tawa menjengkelkan.

Karena kesal, Zio gantian bergerak untuk menendang ember Andreas hingga airnya keluar dan terciprat mengenai celana abu-abu cowok itu.

"Heh, anjrit!" Andreas kesal, balas menendang ember Zio. Mereka saling menendang hingga tanpa menyadari sosok pak Prapto sudah menatap mereka horor, dengan batu kerikil berada di tangannya.

Tak!

Tak!

Lemparan bagus!

Zio dan Andreas diam saat mereka merasakan seperti tengah di timpuk oleh sesuatu yang kecil. Tapi, cukup menyakitkan.

"Terus aja! Terusin gelutnya, hukuman lain dengan bahagia akan menanti kalian berdua!" Teriak pak Prapto dari pinggir lapangan.

Dengan gerakan secepat kilat, Andreas dan Zio langsung sama-sama berdiri tegap. Ah, ketauan gelutnya, ngga asik!

"Cih, enak ya jadi guru, bisa ngatur sana ngatur sini.." cibir Andreas dengan wajah bete.

"Ya emang gitu, kalo mau lo bisa jadi guru nanti.."

Andreas menoleh, kemudian tersenyum tipis. "Ngga lah, gue mau jadi supir ae!"

"Ha? Supir? Njir turun derajat!" Reflek Zio mengatai Andreas. Ya iya, Andreas itu orang punya, bapaknya pun adalah seorang Angkatan Darat, dan ibunya seorang Dokter Spesialis Jantung. Lah, masa anaknya mau jadi supir, ya kali. Bukannya maju, Lo Eh malah mundur.

Good Or Bad Couple? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang