"Gue gak butuh penjelasan lo, Gesha. Lo sama aja kayak mereka. Gue benci lo!" pekik Railin, pada orang yang berada di hadapannya."Gue minta Maaf. Tapi tolong dengerin gue. Gue gak pernah ada niatan buat balikan sama Arsan lagi!" ujar Gesha.
"Iya, lo emang gak pernah ada niatan. Tapi Arsan...."
"Ini yang gue mau ceritain sama lo, Rai! Please jangan salah paham sama Arsan. Dia cuman gak mau lo sedih-" Belum sempat Gesha menyelesaikan ucapannya, Railin terlebih dulu menyelanya.
"Gak mau gue sedih? Atau suka ngeliat gue menderita. Di saat gue buat butuh dia, Arsan gak ada, kan? Di saat gue tahu, semua rahasia yang kalian tutupin selama ini. Dia kemana?"
"Lo udah tau?" tanya Gesha, sedikit terbata.
Railin tersenyum miring. "Iya. Gue tahu semuanya. Kenapa kalian gak pernah nganggep gue ada. Karena gue sama sekali gak punya hubungan darah sama kalian, kan? Gue tahu, Gesh. Jadi? Sekarang lo puas liat gue kayak gini?"
Gesha menggelengkan kepalanya, menampik ucapan Railin. "Gue gak pernah bahagia lihat lo yang selalu di perlakukan gak adil. Gak pernah, Rai. Kalau seandainya mereka gak ngancem gue buat ngasih tahu lo yang sebenarnya, kalau lo bukan anak kandung dari om Refan sama tante Raina. Karena gue gak mau lo sedih, Rai!" tutur Gesha dengan jujur.
Tatapan Railin berubah menjadi melembut. Jadi, selama ini ia salah menilai Gesha? Railin maju dan memeluk Gesha. Air mata Gesha mengalir, ia membalas pelukan Railin. "Maaf, maaf, maaf," gumam Railin.
Gesha menggeleng. "Harusnya gue yang minta maaf sama lo, Rai."
Railin melepaskan pelukannya. "Arsan? Terus Arsan? Lo sama Arsan kemana aja?"
Gesha tersenyum, kemudian raut wajahnya berubah menjadi sendu. "Arsan bohong sama lo, soal dia gak sayang sama lo. Arsan sayang banget sama lo, Rai."
"Waktu itu, gue pulang ke sini dan sekolah di tempat yang sama kayak lo. Itu hanya kebetulan. Waktu gue lagi mau ke ruang tata usaha, gue gak sengaja ketemu sama Arsan." Gesha mulai menceritakan pertemuannya dengan Arsan.
"Awalnya, gue mau ngehindar dari dia. Tapi Arsan nahan gue. Dia minta tolong sama gue, buat bikin orang yang dia sayang menjauh secara perlahan. Awalnya gue kaget, gue gak tahu maksud dari Arsan. Sampai akhirnya gue nanya sama dia, siapa orang yang dia sayang."
"Dan Arsan jawab, namanya Railin. Karena gue pikir, itu bukan lo Rai. Selain itu, Arsan juga memohon sama gue. Gue gak bisa nolak."
"Kenapa Arsan ngelakuin itu? Kenapa harus gue?"
"Gak cuma lo, Rai. Tapi sahabat Arsan juga. Rey, Joy, Ardan. Arsan minta gue buat bikin mereka benci sama dia. Gue masih belum tahu, kenapa," jawab Gesha.
"Hingga akhirnya gue tahu, saat dimana hari pertama ujian di mulai. Gue tau semuanya, Rai..."
"Lo tahu apa? Emangnya lo sama Arsan kemana? Dan gimana bisa nama Arsan di sebut saat pengumuman nilai terbaik?" tanya Railin.
"Gue sama Arsan tetep ikut ujian Rai. Arsan sakit, gue ngerasa bersalah. Harusnya di saat dia sakit, lo dan sahabat-sahabatnya ada buat dia. Tapi karena gue, dia kesepian."
"Arsan sakit? Dia sakit apa? Arsan sakit apa, Gesha!"
Gesha menitikan air mata, membuat Railin kebingungan. "Gesh? Lo kenapa? Lo kok nangis?"
Tangisan Gesha semakin keras, ditambah dengan isakan yang keluar dari bibirnya. "A-arsan, paru-parunya bermasalah. Bernafas pun, Arsan di bantu pakai alat dari rumah sakit. Gue kasian liat Arsan, Rai. Gue gak bisa lihat dia sendirian. Waktu gue mau kerumah sakit, gue lihat lo. Terus gue ikut lo sampai ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAISAN
Teen Fiction📍 Follow sebelum membaca! 📍 [ COMPLICATED ] || [FIRST STORY] || [REVISI] ▪▪▪▪▪▪▪ Pertemuan Railin dan Arsan, mungkin hanya sekedar pertemuan yang biasa saja. Namun, perjalanan hidup merekalah yang butuh perjuangan. Rintangan demi rintangan, mereka...