25. Sebuah pilihan

15.4K 2.7K 1.6K
                                    

Steven berjalan santai memasuki kawasan kosan warisan sujarat. Tepat di depan pintu ia berhenti saat melihat tukang paket yang dari tadi sibuk melirik ke arah dalam kosan dengan tangan yang memegang erat satu kotak sedang berwarna pink.

“Ngapain, Mas?” Tanya Steven.

Cowok yang merasa bahunya di sentuh seseorang kini berbalik lalu tersenyum tipis.

“Ini dari tadi saya cari penghuni kosan tapi nggak ada yang muncul, Mas.” Katanya.

Steven tersenyum paham, “Ini paket untuk siapa kalo boleh tau?”

“Stefan, Mas. Saya udah hubungin pihak yang bersangkutan tapi nggak diangkat,” Jawabnya lagi.

Steven tersenyum kembali sambil mengulurkan tangannya, “Kebetulan dia teman kamar saya, Mas. Paketnya titip di saya aja, dijamin amanah kok,”

Cowok berjaket hitam itu mengangguk, perlahan ia menaruh barang itu ke tangan Steven. Selanjutnya ia mengeluarkan catatan kecilnya untuk ia berikan sebagai bentuk tanda terima.

“Tanda tangan disini, Mas.” Ucap cowok itu sambil menunjuk sisi kertas yang menunjukkan keterangan si penerima.

Steven menulis namanya diatas kertas tersebut, tak lupa dibumbuhi garis-garis menarik yang menandakan ciri khas tanda tangannya. Ia kembali menyerahkan kertas itu kepada si tukang paket yang dihadiahi senyuman dan anggukan dari cowok itu.

“Terima kasih ya, Mas. Yaudah, saya pamit duluan soalnya masih banyak barang yang harus saya antar.”

Steven tersenyum lalu memberikan ruang jalan bagi cowok itu, “Hati-hati ya, Mas.”

Setelah memastikan tukang paket benar-benar pergi barulah Steven masuk ke dalam kosan. Tangannya sibuk membolak-balikkan kotak berwarna pink itu disela-sela perjalanannya menuju lantai atas.

Tepat sekali setelah membuka pintu ia dihadiahi pemandangan teman kamarnya yang sibuk mengatur ulang buku yang telah dibacanya.

“Stef, nih ada paket,” Katanya sambil menyerahkan kotak itu kepada Stefan.

Cowok berbaju biru itu terdiam sejenak dengan alis yang terangkat.

“Udah terima aja.” Ucap Steven seolah mengerti isi kepala Stefan sekarang.

Perlahan tangan Stefan mengambil pelan kotak pemberian teman kamarnya. Steven menaruh tasnya diatas kursi belajarnya lalu segera naik ke kasur bagian atas. Rasanya energinya terkuras habis hanya karena menghabiskan waktu lima jam di kampus.

Stefan memilih duduk di ujung kasurnya, ia mengamati kotak itu beberapa detik sebelum akhirnya ia mengecek siapa nama si pengirim.

Dari : Dandelion
Untuk : Stefan, Kosan Warisan Sujarat.

Stefan menghela nafas, bisa-bisanya ada orang yang mengajak dia main tebak-tebakan. Kalo ditinjau dari filosofi dari namanya...memang melambangkan jiwa pemberani. Dandelion merupakan nama bunga yang jika angin menerpanya ia akan tetap terbang, tak peduli jika ia tetap akan sendirian. Layaknya si pengirim ini, walaupun Stefan tidak mengenalnya tetap saja ia berani mengirimkan barang konyol seperti ini.

Oke, warnanya pink jadi bisa kita simpulkan jika pengirimnya adalah seorang perempuan.

Stefan membuka pelan kotak yang terbungkus pita itu. Tangannya meraih secarik kertas berwarna putih, siapa tahu clue pengirimnya ada disana.

Mendadak rasa penasaran Stefan hancur ketika membaca kata perkata dari isi surat itu.

Pasal Rancangan perkenalan dengan Kak Januar :

KOSAN 23 BUJANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang