●●●
jeffrose_'s present
●●●
WAKTU makan siang semakin dekat. Dapur yang letaknya berada di samping kabin ramai tak ubah pasar malam. Keramaian itu menyamarkan langkah dan keberadaan Joy yang ganjil.
Seruan-seruan dari dapur mulai menyurut ketika Joy menaiki tangga menuju geladak 2. Gadis itu lalu masuk ke ruang penyimpanan yang gelap dan menghela nafas. Ia melepaskan topi seragamnya dan hendak menaruhnya di salah satu loker yang tertutup kertas mika. Namun betapa terkejutnya ia ketika menyentuh permukaan kulit yang hangat, lembut, dan hidup.
"Mencuri seragamku, Nona manis?"
●●●
Dejun hampir tersandung ketika menuruni tangga. Pekikan itu terlalu nyata untuk menjadi khayalan. Ada orang-orang yang berkelahi di ruang penyimpanan, dan salah satu dari mereka adalah perempuan.
Dejun menggebrak pintu itu dan langsung dihempas oleh tubuh seorang wanita.
"Joy?!"
Joy yang panik lalu mendorong Dejun untuk keluar. "Pergi, Dejun. Kumohon, pergilah."
Mata Dejun terbelalak ketika mendapati sosok Lee Taeyong keluar dari kegelapan. Rambut dan seragamnya luar biasa kacau, sekacau rambut dan seragam pramugari yang dipakai Joy.
"Betul katanya, Tuan Xiao," kata laki-laki itu. "Pergilah dan jangan pernah campuri urusanku!"
Taeyong menyerbu dengan membabi buta. Secara naluriah, Dejun langsung mendekap Joy dan membawanya lari ke luar. Taeyong masih mengejar di belakang. Ia nampak seperti orang lain saat ituㅡseperti kriminal sungguhan.
Dejun menuntun pelarian mereka ke restoran dan menyuruh Joy bersembunyi di bawah salah satu meja sebelum terlihat oleh Taeyong.
Tidak lama, Taeyong pun muncul. Ia tertawa dan menyibak rambut ketika melihat Dejun gemetar sendirian di tengah ruangan. "Suruh gadis itu untuk keluar."
Dejun menelan ludahnya sendiri dan berdiri dengan lebih tabah.
"KELUAR!"
Bersamaan dengan teriakan Taeyong, sebuah bunyi tembakan meletus di langit. Keramaian lantai bawah mendadak berhenti sejenak untuk kemudian bising lagi, seperti lalat hijau yang telah menemukan bangkainya kembali.
Seseorang berseru dari bawah, "di geladak terbuka!"
"Ah, persetan." Taeyong mengacak rambutnya jengkel. "Lagipula itu berarti aku tak perlu menggajinya lagiㅡ"
Tanda pengenal yang terpasang miring di dada pramutama bar itu menunjukkan tulisan yang pernah Dejun lihat ketika pertama kali bertemu dengannya: 'le' dengan huruf n di belakang yang sepertinya dicoret.
"Aku bosan juga menyamar sebagai wanita di malam hari dan berpura-pura menjadi pelayan di siang hari," Taeyong membenamkan kedua tangannya di saku celana.
"Tunggu sebentar!" Tak sadar nada suara Dejun terdengar seperti bentakan. "Kauㅡkau pramugari itu? Apakahㅡapakah kau yang menyamar sebagai wanita tinggi itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
High By The Beach ● HenXiao ●
Fiksi Penggemar[Completed] Lights, camera, acción Xiao Dejun bingung. Ia selama ini yakin telah menikah dengan wanita baik-baik ㅡmeskipun ia tahu istrinya sama sekali tidak mencintainya, tapi itu bukan masalah, ia pun menikahi wanita berusia 40 itu semata-mata kar...