Raquel’s POV
“Lu gak ada niatan langsung lulus?” Rachelle yang bertanya kepadaku menyesap minuman di tangannya dengan pandangan menusuk.
“Gak.” Jawabanku yang singkat berhasil membuat Rachelle mencibir. “Kenapa lu tiba-tiba jadi peduli banget sama gua?”
“Penasaran.” Kini berganti Rachelle yang menjawabku dengan singkat.
Semenjak masalah dengan Sony, Rachelle memang sedikit berubah. Entah karena alasan apa, namun dia terlihat sangat hati-hati hampir dengan semua hal. Dan yang lebih anehnya, dia bahkan memerintahkan Olivia—yang anehnya menurut—untuk memantau Carla. Aku tidak pernah mendengar pembicaraan mereka dengan lengkap, tapi aku tau kalau Rachelle memerintahkan hal tersebut kepada Olivia, tanpa alasan yang jelas.
Aku tidak tau kali ini masalah apa yang akan diciptakan oleh Carla. Dia sudah terlalu banyak mencari gara-gara dengan banyak orang, tidak heran kalau dia sampai di-bully. Apa lagi karena penampilannya sekarang. Siapa pun juga akan setuju denganku dalam hal ini. Tapi terlepas dari itu semua, Carla memang terasa aneh. Dalam class meet ini dia seperti terus mencari cara untuk mendekatiku dan berbicara denganku.
Olivia terasa seperti personal guard-ku. Setiap Carla datang menghampiri, dia akan menghalanginya dalam hitungan detik. Sepertinya juga ada masalah yang terjadi di antara mereka di kelas, namun Olivia tidak menceritakan apa-apa kepada kami. Bahkan Rachelle yang biasa paling tau tentang kami tidak pernah bertanya atau merasa adanya masalah di antara mereka berdua. Mungkin itu dikarenakan dia yang fokus kepada Rena.
“Tumben banget anjing penjaga kalian gak ada. Bosen sih pasti abis jagain orang-orang kayak kalian.” Suara khas Carla memecahkan keheningan yang ada di antara aku dan Rachelle.
“Scram off!” Terlihat jelas kalau Rachelle sedang merasa tidak enak, hal yang patut aku pertanyakan mengapa.
“Lu sangka gua babu lu yang bakal nurutin lu kayak anjing penjaga lu? Gara-gara dia, semua orang jadi ngatain gua! Cuma hari ini, gua bakal biarin lu bedua seenaknya. Urusan gua ada sama si anjing.”
“Mata lu ada empat, cari aja sendiri,” ucapku datar. Kututup buku yang semula aku baca dan siap beranjak. Tangannya yang menjijikkan itu tiba-tiba menahanku, dari situ aku tau kalau Carla tidak akan keluar hidup-hidup.
Senyuman di wajahnya menghilang ketika ada tangan yang menonjok wajahnya, tentunya bukan aku. “Katanya lu ada urusan sama anjing penjaga ini, kan? Ngapain gangguin tuannya? Awas lho, anjingnya anjing herder, yang sekali gigit tangan lu bisa putus.”
Olivia sudah bersiap untuk memukul Carla sekali lagi, tapi Rachelle lebih cepat dan langsung memeluknya dari belakang. Untuk urusan kekuatan, Rachelle pastinya kalah, tapi dia sepertinya sudah menyentuh bagian sensitif Olivia karena anak itu mengernyit kesakitan. Aku tidak tau apakah Rachelle menyadarinya atau tidak, tapi dia tentu tidak terlihat akan segera melepaskan pelukannya itu.
Carla yang menerima pukulan keras dari Olivia mengerang dan menjerit kesakitan seperti hal yang sangat buruk terjadi kepadanya. Beberapa anak mulai mengerumuninya, bahkan guru olahraga kami datang untuk mengecek keadaan yang ada. Pastinya dia merasa kecewa, tapi dia lebih terlihat marah kepada Carla dan bukan Olivia yang melakukannya.
“Kooper! Apa yang kau lakukan?!”
“Saya tidak melakukan apa-apa, Olivia yang memulainya.”
“Seorang petarung tidak mungkin menggunakan kekuatannya tanpa alasan. Carter, basuh mukamu. Kau ada pertandingan setelah ini.”
“Baik,” jawab Olivia malas. Basket selalu jadi kebahagiaan Olivia, dan melihatnya seperti itu terasa layaknya dia yang sedang terpaksa.
“Demian, Owen, kalian pergi ke kantor guru dan laporkan ini. Cath, temani mereka.” Anak yang bernama Cath, kakak kelas kami, mengangguk takut-takut. “Dan Lambert, kau ikut aku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Scars To Your Beautiful {END}
Teen FictionEveryone has a story that they never tell others, even the closest person Tidak semua orang akan bertahan hidup dengan penuh tekanan, tidak terkecuali mereka. Tuntutan yang dimiliki oleh setiap manusia akan mengubah sikap setiap orang. Keinginan unt...