Chapter 4.1

37 2 0
                                    

Nasib sial berlaku sebagaimana biasanya dalam perburuan abadi dalam ketidakberuntungan – dia mengincar mereka untuk beberapa saat selagi menanti saat yang tepat sebalum menyerang, dia memilih momennya, ketika melintasi perkampungan di Sungai Gwenllech dan Buina Atas, melewati Ard Carraigh dan menyelam ke dalam hutan di bawahnya, terasing dan dipenuhi jurang. Layaknya elang yang menukik, bidikan kesialan ini tepat sasaran. Dia menimpa korbannya dengan telak, dan korbannya adalah Triss.

Awalnya terlihat buruk namun tak terlalu serius, terlihat seperti sakit perut biasa. Geralt dan Ciri diam-diam berpura-pura tak menyadari perhentian yang diperlukan oleh penyakit sang pemikat. Triss, wajahnya sepucat mayat, bermandikan keringat dan dipenuhi kerutan rasa sakit, mencoba terus berkuda untuk beberapa jam lebih lama, namun menjelang tengah hari, dan menghabiskan waktu yang tak lazim lamanya di antara semak-semak di pinggir jalan, dia tak lagi sanggup bertahan di atas pelana. Ciri mencoba menolongnya namun sia-sia. Sang pemikat, tak mampu berpegangan di rambut kuda, terpeleset ke samping kudanya dan terhempas ke tanah.

Mereka membopongnya dan membaringkannya di atas mantel. Geralt melepas tas sadel tanpa sepatah kata pun, menemukan sebuah botol berisi elixir sihir, membukanya lalu memaki. Semua tabung itu sama persis dan semua penanda misterius pada segelnya tak diketahui artinya.

'Yang mana, Triss?'

'Bukan botol-botol itu,' erangnya, kedua tangannya memegang perut. 'Aku tak bisa menggunakannya.'

'Apa? Mengapa?'

'Aku sensitif –'

'Kau? Seorang penyihir?'

'Aku alergi!' dia terisak pasrah, amarahnya terpancing. 'Sudah sedari dulu! Aku tak tahan elixir! Aku bisa mengobati orang lain dengannya namun aku hanya bisa merawat diriku dengan azimat.'

'Dimana jimatnya?'

'Aku tak tahu.' Digertakkannya giginya. 'Aku pasti meninggalkannya di Kaer Morhen. Atau menghilangkannya –'

'Keparat. Apa yang harus kita lakukan? Mungkin kau bisa memantrai dirimu sendiri?'

'Aku mencobanya. Dan inilah hasilnya. Aku tak bisa berkonsentrasi karena perutku keram.'

'Jangan menangis.'

'Mudah saja kau bilang!'

Sang witcher bangkit, menarik tas sadelnya dari punggung Roach dan mulai mengaduk-aduk isinya. Triss membungkuk, wajahnya kejang dan bibirnya terpilin karena sakit.

'Ciri..'

'Ya, Triss?'

'Kau tak apa-apa? Tak ada... sensasi yang tak biasa?'

Anak itu menggeleng.

'Mungkin keracunan makanan? Apa yang tadi kumakan? Tapi kita semua memakan hal yang sama.. Geralt! Cuci tanganmu. Pastikan Ciri juga mencucinya...'

'Tenanglah. Minum ini.'

'Apa itu?'

'Hanya tanaman penenang biasa. Nyaris tak mengandung sihir. Maka tanaman-tanaman ini takkan menyakitimu. Dan akan melegakan keramnya.'

'Geralt... keram ini... bukan apa-apa. Namun jika aku demam.. mungkin saja disentri. Atau tipes.'

'Bukankah kau kebal?'

Triss memalingkan wajah tanpa menjawab, menggigit bibirnya dan semakin erat melengkungkan tubuhnya. Sang witcher tak menuntut jawaban.

Setelah membiarkannya beristirahat untuk beberapa lama, mereka mengangkat sang pemikat ke atas pelana Roach. Geralt duduk di belakangnya, menyangganya dengan kedua tangan, selagi Ciri berkuda di samping mereka, memegangi kekang dan menuntun kuda Triss. Mereka tak sampai satu mil. Sang pemikat terus terhenyak dari tangan Geralt; dia tak mampu bertahan di atas sadel. Tiba-tiba dia mulai gemetar hebat, lalu demam tinggi. Kejang di perutnya memburuk. Geralt berkata pada dirinya sendiri bahwa itu adalah reaksi alergi terhadap kandungan sihir pada elixir para witcher. Dia mengatakan itu pada dirinya sendiri. Namun dia tak mempercayainya.

'Oh, sir,' ujar sang sersan, 'kau datang di saat yang tak tepat. Memang kau bisa saja datang di saat yang lebih buruk.'

Sersan itu benar. Geralt bahkan tak dapat membantahnya.

The Witcher Book 3 - Blood of ElvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang