End

24 8 3
                                    

Terdengar suara gaduh di kamar atas, tepatnya kamar Riani. Bagaimana tidak, Riani sudah terlambat pergi ke sekolah, ia bangun kesiangan karena semalam asik membaca novel yang berjudul How Come. Riani segera merapikan dirinya dengan bercermin.

"Yaampun.. Mata bawah ku hitam banget. Emang nih, novel kak asa bikin mewek mulu." rengut Riani sambil membenahi kerudungnya.

Ia segera keluar dari kamar dan segera memakai sepatunya.

"Ibu, aku pergi ke sekolah ya, udah terlambat." Teriak Riani kepada Ibunya yang lagi di dapur.

"Loh, kamu ga sarapan dulu ni? Ibu udah siapin makanan kesukaan kamu loh." Ucap Ibu sambil menghampiri Riani.

"Engga Bu, aku udah terlambat nih. Assalamualaikum." Riani mencium tangan sang Ibu.

"Waalaikumsalam. Hati-hati yaa." Ibu hanya menggeleng melihat kelakuan Riani.

Jarak antara rumah Riani ke sekolah tidak terlalu jauh sebenarnya, tinggal kepleset udah nyampe kok. Sebenarnya, Riani tidak terlambat, melainkan memang sengaja tidak sarapan hanya untuk bertemu sang pujaan hati. Riko, anggota OSIS yang sangat Riani sukai.  Laki-laki dengan tinggi 168 cm dan paras yang terbilang oke untuk di sekolahnya. Riko selalu jaga gerbang sekolah setiap pagi. Maksud jaga gerbang itu kalau ada siswa yang tidak memakai atribut sekolah akan kena hukum. Jadi, Riani ingin melihat wajah Riko sebelum memulai aktivitasnya di kelas nanti.

Saking suka nya Riani pada Riko, Riani rela mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang sangat menguras tenaga, apalagi kalau bukan Karate.

Tapi, karena suatu kejadian, dimana Riani seperti dianggap sampah oleh seluruh murid sekolah, apalagi guru disana seperti tidak memihak kepada Riani. Kejadian yang dimana Riani menjadi seorang yang tidak percaya diri dan tidak percaya kepada laki-laki.

Bermula saat ada razia di sekolah. Ya kalian pasti tahu, razia seperti apa. Razia menggeledah tas dan melihat isi handphone. Riani tahu itu privasi, tapi mau gimana lagi, itu sudah aturannya.

Razia berjalan lancar, sampai salah satu anggota OSIS menghampiri tempat duduk Riani. Anggota OSIS itu pun mulai menggeledah seisi tas Riani, sampai ia menemukan sebuah foto di kantong kecil tas tersebut. Riani dan anggota OSIS itu pun kaget, bagaimana tidak itu adalah foto Riko.

Ya, Riani menyimpan foto Riko yang diambil secara diam-diam. Riani yang kira kalau dia bakal dimarahi, tapi ternyata tidak. Foto itu dimasukkan kembali dan anggota OSIS itu pun pergi.

"Semoga ga ada apa-apa deh, ya Allah deg degan banget. Bodoh banget si gue, kenapa nyimpen foto Riko disitu lagi." Cemas Riani sambil memasukkan kembali buku-buku ke dalam tas.

Riani yang sudah was-was selama di sekolah, gataunya tidak terjadi apa-apa selama satu hari itu.

Riani bernafas lega, sepertinya anggota OSIS yang menggeledah tas nya tidak mengatakan kepada teman OSIS lainnya.

Keesokan harinya, Riani datang ke sekolah dengan membawa donat untuk dijual di sekolah. Donat itu akan dijual untuk memenuhi tugas Kewirausahaan nya hari ini. Riani melihat tidak ada Riko yang menjaga gerbang sekolah disana. Riani menghela nafas dan melanjutkan kaki nya melangkah ke sekolah.

Riani menyadari tatapan sinis dan remeh dari para anggota OSIS, tapi Riani tidak paham kenapa dia diberi tatapan seperti itu. Riani tidak mengambil pusing akhirnya terus melangkah ke dalam kelas.

Akhirnya pelajaran Kewirausahaan dimulai yang dimana tugas berjualan juga mulai dilaksanakan. Riani berkeliling sekolah sambil membawa donat nya, berharap ada yang mau beli jualannya.

Sampai akhirnya, ia melihat kumpulan anggota OSIS sedang duduk santai di balai sekolah. Riani menghampiri mereka.

"Permisi kak, aku jualan donat nih kak, buat penilaian tugas Kewirausahaan. Ada rasa coklat, strawberry, keju. Boleh kak dibeli cuman 5 ribu aja." Riani menjelaskan sambil memperlihatkan jualannya.

Tiba-tiba, ada tangan iseng yang ngejatuhin semua jualan donatnya. Riani yang kaget dengan hal itu tidak siap memegang erat tempat jualan donatnya.

Seusai melakukan itu, tangan si pelaku yang ngejatuhin tertawa dengan keras bersama teman nya yang lain. Riani tidak tinggal diam.

"Maaf kak, donat saya kenapa di jatuhin? Kalau misalnya kakak gamau beli donatnya gapapa kok, tapi jangan ngelakuin hal itu." Riani sangat marah tapi dia mencoba menahannya.

"Kenapa? Lu marah? Gasuka? Yaudah sih tinggal bikin lagi aja. Jangan dibikin ribet deh." sahut salah satu anggota OSIS yang disana.

"Lu tau ga kenapa kita begini? Karena lu nyimpen foto Riko! Ngapain coba nyimpen foto Riko, creepy banget ga sih? Eh asal lu tau si Riko tuh udah punya pacar, jadi lu gausah sok keganjenan kalo liat Riko."

"Eh Riko, lu demen sama Riani?"

"Dih, gila lu? ngapain gua suka sama orang modelan kayak dia. Kayak gaada cewek lain aja."

Riani yang mendengar akan hal itu hanya bisa terdiam dengan mata berkaca-kaca.

Semenjak kejadian itu, selama di sekolah hidup Riani tidak tenang. Teman-teman nya menjauhi nya. Setiap Riani ke kantin, ia selalu di katain "Monster Energi", Riani tidak mengerti kenapa mereka mengatainya dengan kata itu.

Saat sedang ke perpus pun, ia tiba-tiba di cubit dari belakang, yang membuat punggung nya menjadi merah bahkan ada yang berwarna biru.

Riani yang tidak tahan dengan bullying tersebut, ia ke ruang BK. Tapi hasilnya nihil. Ia tidak mendapat dukungan sama sekali. Ingin berbicara kepada orang tua pun rasanya Riani tidak bisa, ia tidak ingin orang tuanya kepikiran. Akhirnya Riani mencoba bertahan untuk 3 tahun ke depan.

Pelajaran Bahasa Indonesia di jam kedua. Riani yang melihat guru masuk segera membuka buku nya. Saat guru sedang menjelaskan, tiba-tiba guru itu berkata yang membuat Riani sangat sakit hati.

"Oh ini pacarnya Riko? Seleranya Riko rendah ya." Guru itu berkata sambil tertawa remeh.

Anak kelas yang mendengar hal itu langsung tertawa, berbeda dengan Riani. Riani merasa guru itu sangat keterlaluan, bagaimana bisa seorang guru berucap seperti itu. Riani yang tidak ingin menambah masalah hanya bisa terdiam.

Malam hari di kamar Riani, Riani mengeluarkan foto Riko yang dia ambil diam-diam. Riani memandangi nya dengan sedih.

"Apakah salah aku menyukai nya? Aku tidak berbuat jahat kepadanya, aku juga tidak menganggu hubungannya dengan pacarnya. Sakit banget rasanya dimusuhin satu sekolah. Mungkin ini saatnya melupakan nya, walaupun susah pasti aku bisa."

Riani menggunting foto tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. Berharap dengan hal itu, semua masalah bisa reda.

4 tahun kemudian..

Riani sedang mengerjakan tugas kuliahnya bersama teman sekampus nya di salah satu tempat makan siap saji. Riani memesan minuman karena ia kehausan selama mengerjakan tugas.

Saat ingin memesan minuman, Riani bertemu dengan Riko. Riani tidak mengira dengan keadaan Riko yang sekarang, berbeda sekali Riko saat SMA dulu. Riko yang juga melihat Riani hanya bisa membuang muka.

"Mau pesan apa?" Riko menatap layar monitor di depannya.

"Ice americano satu sama sandwich satu."

"Semuanya jadi 78 ribu, mau pakai debit atau cash?"

"Cash aja." Riani mengeluarkan uang dari dalam dompetnya.

"Silahkan di tunggu pesanannya." Riko pun segera pergi dari hadapan Riani.

Riani menghela nafas setelah Riko pergi. Walaupun sudah berlalu tetapi semua hanya lah masa lalu, yang sekeras apapun untuk di lupakan tetap selalu di ingat. Biarlah itu semua menjadi kenangan dan pembelajaran untuk Riani ke depannya.


Terimakasih kepada kak asabelliaa yang sudah membuat sebuah kompetisi GA hehehe akhirnya saya bisa buat cerita ini semaksimal mungkin.

Tolong dimaklumi jika ada yang typo yaa 😙

RianiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang