"Oh, jadi itu... Laki-laki yang kata kak Arfan mantan pasien kamu di rumah sakit jiwa." Lika hampir saja membanting pintu karna terkejut, saat mendapati Ayu berdiri di dekat jendela ruang tamu.
Perempuan itu sepertinya sengaja mengintip dari jendela, ketika Shalika pulang diantar Panji.
"Kak Ayu kapan datang?" Tanya Shalika bingung, seingatnya semenjak menikah dan pindah ke Solo, sang kakak tidak pernah datang ke rumah Bardi.
"Sejak kapan kamu berhubungan dengan laki-laki itu?" Alih-alih menjawab pertanyaan sang adik, Ayu justru memberinya pertanyaan baru.
"Apa pentingnya untuk kakak tahu?" Shalika tampak tidak suka dengan ucapan Ayu yang terdengar sinis.
"Lika... Lika, kakak kenal kamu sejak kecil! Bahkan dulu pacar-pacar kamu itu orang yang berpendidikan semua, datang dari keluarga yang terhormat."
"Sekarang udah sedewasa ini, milih pasangan kok nggak bisa." Celetuknya membuat Lika naik pitam.
"Jaga ucapan kak Ayu, ya!"
"Loh, benar kan. Kamu sekolah tinggi, punya gelar, punya karier yang baik. Masa mau punya pasangan gangguan jiwa. Apa kata orang!"
"Kakak keterlaluan, Panji itu jauh lebih baik dari mantan-mantanku. Dia jauh lebih menghargai dan menghormati aku sebagai perempuan!" Bantah Lika.
"Tapi dia gila Lika!"
"Cukup Ayu!" Kedua perempuan itu tersentak saat Kartika berjalan pelan ke ruang tamu.
"Tidak pantas kamu merendahkan orang lain, dengan sikap sombong kamu itu." Ujar Kartika.
"Tapi bu,"
"Cukup ibu yang pernah merasakan penghinaan kamu dan keluarga suamimu itu. Tapi jangan pernah menyalahkan pilihan adikmu." Raut kesedihan tergambar jelas dari wajah wanita itu. Ayu langsung terdiam, bahkan menunduk seperti ketakutan.
"Apa kamu tahu, ucapan kamu itu mampu membuat hati orang lain hancur lebur. Bahkan ibu, orang yang tidak waras pun bisa sesakit ini mendengarnya."
"Bu," Ayu mendekat ke arah Kartika, berusaha meraih tangannya.
"Apa kamu tidak sadar, laki-laki yang dipilih Shalika bisa jadi lebih baik daripada suamimu yang gila harta itu!" Sarkas sang ibu, sontak membuat Lika dan Ayu terbelalak.
"Apa kamu tidak sadar, kasus yang membelit suamimu sekarang bisa jadi balasan dari Tuhan untuk kalian?" Suara Kartika bergetar saat mengatakan itu, seperti tidak sanggup melanjutkan ucapannya, Tika akhirnya memilih kembali ke kamar.
Ayu tersentak dan segera mengejar sang ibu. Perempuan itu sontak menangis seperti menyesali perbuatannya.
"Kasus?"
"Bang Minda terlibat kasus apa kak?" Tanya Lika saat Fitri datang mendekatinya.
"Kata mas Arfan, Minda terlibat kasus gratifikasi. Kasusnya sedang didalami dan diproses penyidik. Kita doakan saja semua cepat selesai." Ujar sang kakak ipar.
"Beritanya sudah dimuat di beberapa media sejak kemarin. Ayu pulang ke sini untuk menenangkan diri katanya."
"Si kembar?"
"Si kembar masih di Solo, aku juga nggak tahu kenapa Ayu tidak membawa mereka." Shalika menggelengkan kepalanya merasa heran dengan tingkah sang kakak, dalam kondisi apapun, seharusnya dia tidak setega itu pada anak-anaknya yang masih sangat kecil.
"Bu," Di tempat lain, Ayu mendekat ke ranjang sang ibu. Kali ini dia berjalan cepat dan duduk bersimpuh di bawah kaki Kartika.
"Ayu minta maaf.." Ujarnya dengan nada parau. Air matanya mengalir deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Crazy Love
Genç Kız Edebiyatı[CERITA LENGKAP] "Besok, kalo udah mentok dan nggak ada laki-laki yang mau serius sama lo, cari gue!" "Hah.. Maksudnya?" Alih-alih menjelaskan apa maksud ucapannya, dia justru pergi begitu saja. ................................. Di da...