Menyusup Rumah Hitam

416 85 30
                                    

Yoon Chabe melihat Thayang yang sedang berdiri di bawah pohon sambil menyapu daun kering. Bukan kegiatan itu yang menarik perhatian Yoon, melainkan arah lirikan Thayang yang selalu tertuju pada rumah hitam.

Thayang kembali memfokuskan pandangannya pada dedaunan kering yang ia sapu, sesekali melihat Zeron yang keluar dari rumahnya. Sekilas Thayang melihat seorang gadis yang tampak berbicara dengan Zeron di depan pintu.

"Bukannya bang Zeron anak tunggal, ya?" gumam Thayang.

Sedetik kemudian, Thayang terlonjak kaget oleh suara seseorang yang baru saja menghampirinya. Yoon Chabe.

"Liatin apa lo?"

"Astaga! E-eh, bang Chabe. S-saya lagi nyapu, Bang. Hari panas gini banyak daun yang gugur," sahut Thayang.

Yoon menatap Thayang curiga sambil memiringkan sedikit kepalannya. "Lo liatin Zeron, kan? Ada maksud apa lo?"

"H-hah? Enggak kok, Bang. Saya cuma nggak sengaja lihat tadi."

Yoon menatap curiga, lalu melangkah lebih dekat pada Thayang. "Jangan nekat hanya karena rasa haus akan penasaran aja. Lo nggak tau akibat apa yang lo dapat kalau sudah lancang. Jangan sampai lo udah nggak ada sebelum ngerasain wisuda," ucap Yoon tajam.

Thayang kaget mendengar tutur kata Yoon yang kini telah berjalan menjauh darinya. Thayang merasa badannya mendadak panas-dingin karena terkejut.

"Kenapa selalu ada yang membuat saya ragu lagi," gumam Thayang resah.

***

Thayang gelisah dalam tidurnya, ke kiri ataupun ke kanan itu sama saja. Thayang merasa kalau dirinya tak karuan rasa. Rasa tak tenang, kesal, sedih, penasaran, dan juga takut. Thayang bangkit dari tidurnya dengan helaan napas lelah.

"Nggak bisa. Saya nggak bisa diem terus. Di sini saya yang dihantui, jadi wajar kalau saya ingin menuntaskannya," monolog Thayang, lalu beranjak dari kasur.

Thayang keluar kamar dengan hoodie hitam yang menutup tubuh atasnya, juga masker hitam yang menyisakan mata untuk menelisik waspada sekitar. Lampu kosan sudah dimatikan, sebab sekarang waktu menunjukkan pukul 01.32.

Langkah tanpa suara itu berhenti di depan pintu utama. Gerakan membuka pintu secara perlahan itu sukses tanpa membangunkan yang lainnya. Angin malam yang sejuk menerpa Thayang seketika membuatnya merinding. Beberapa kali saliva itu ia teguk, namun tetap tak mengurangi rasa gugupnya saat ini.

Rumah hitam itu, tampak dua kali lebih menyeramkan jika pada malam hari seperti ini. Namun sekali lagi hal itu tak membuat langkah Thayang mundur untuk menghampiri rumah yang menjadi segala tanda tanyanya.

Thayang melangkah menunju samping rumah, di mana untuk pertama kalinya ia mengintip rumah hitam itu. Namun sialnya, Zeron sudah merapikan penutup jendela dengan sangat apik. Sehingga tak menyisakan sedikitpun celah untuk mengintip.

Sial, kenapa jadi nggak bisa ngintip pas udah berani ke sini.

Thayang kemudian teringat perihal perkataan ayahnya yang melihat rumah Zeron dengan jelas saat di atas pohon mangga. Thayang mengangguk pasti berjalan perlahan menuju bagian belakang rumah Zeron yang diberi pagar cukup tinggi itu. Mau tak mau Thayang harus memanjat pagar besi itu.

Lutut Thayang bergetar saat sudah sampai atas pagar, hampir saja ia terpeleset dan terjatuh.

"Nggak. Saya harus kuat, ini sudah setengah jalan," monolog Thayang menyakinkan dirinya.

Tap

Suara samar itu menandakan Thayang sudah berhasil berada di dalam area halaman belakang rumah Zeron. Tanpa membuang waktu, Thayang mengendap untuk masuk lebih jauh. Thayang sampai di bagian belakang rumah, langkah pendeknya berhenti pada sebuah jendela kecil.

Hah, tertutup rapat pula

Saat Thayang mulai frustrasi, ia melihat sebuah pohon di halaman belakang itu. Langsung saja Thayang menghampiri dan memanjat perlahan pohon itu.

Thayang menelisik, tak ada yang bisa ia lihat dengan jelas. Hari sudah tengah malam mungkin menjadi salah satu alasan mengapa Zeron mematikan lampu di sana, menyisakan satu lampu redup yang menggantung memberikan cahaya remang. Salah satu yang menjadi pusat perhatian Thayang adalah beberapa baju wanita yang digantung dengan kastok.

"Nggak mungkin bu Sayang pakai baju seksi kayak gitu," gumam Thayang lanjut menelisik.

Sebuah pemandangan yang membuat Thayang membeku di atas pohon. Thayang bahkan mengucek matanya beberapa kali untuk memfokuskan netra yang ia anggap sedang berhalusinasi. Namun nyatanya itu nyata, Thayang melihat sosok Dahlia yang berdiri di bagian belakang rumah Zeron, terlihat Dahlia melambaikan tangannya, lalu berbalik masuk menembus pintu yang tertutup.

"Astaga ... astaga itu ... Dahlia emang udah nggak ada," lirih Thayang berkeringat dingin. Thayang mencoba tenang, lalu turun dari pohon.

Thayang kembali melangkah mendekati pintu belakang. Tampak tangan kanannya meremas rambutnya sendiri, berpikir bagaimana caranya membuka pintu tersebut. Sebuah keberuntungan, tangan kiri Thayang tak sengaja meraba sesuatu dari saku hoodienya.

Pencabut bulu

Thayang menyeringai, ia mulai mengarahkan benda itu ke lubang kunci pintu. Berkat keahlian Royjoon yang mengajarinya, akhirnya pintu berhasil di buka. Walau telapak tangannya memerah dan sedikit lecet.


Dengan amat perlahan, Thayang masuk ke dalam rumah bagian belakang itu. Rupanya tempat dengan langit-langit terbuka tersebut adalah bagian pemandian atau tempat jemur pakaian? Thayang kembali menelisik dalam kegelapan, tempat yang kotor dan terdapat banyak sekali pakaian wanita, entah bergantung atau sekedar bertumpuk dalam keranjak cuci.

Thayang berjalan perlahan menghampiri sebuah pintu yang menghubungkan tempat itu dengan bagian inti rumah Zeron. Rasa ragu dan gugup menjadi satu, Thayang mengintip dari lubang kunci. Seperti sebuah peluang yang kebetulan, Thayang menghela napas lega melihat tak ada kunci yang menancap dari dalam, memudahkannya untuk menelisik. Kondisi rumah yang gelap menyapa penglihatan Thayang. Namun Thayang tak mendapati ada orang yang terjaga. Maka dengan gerakan amat hati-hati, Thayang memutar knop pintu sambil berharap pintu tak terkunci.

Tepat sekali

Thayang mendorong perlahan pintu itu, menyelipkan badannya masuk ke dalam dengan pandangan yang sangat waspada. Ada seberkas cahaya menerangi rumah yang berasal dari sebuah kamar.

Meong

Thayang terkejut, ia melihat kucing hitam bergelanjut di depan sebuah pintu kamar. Sekelebat ingatan Thayang terlempar pada saat pertama kali ia melihat bagian dalam rumah Zeron, juga perkataan Yoon waktu itu.

Mungkin di kamar itu adalah bagian terpenting dalam misi ini. Ya, pasti itu kamarnya.

Thayang perlahan berjalan menuju kamar itu. Langkah pelan namun pasti itu berhenti, bersamaan dengan detak jantungnya yang hampir melebihi batas normal. Thayang lekas masuk ke bawah meja saat mendengar salah satu kamar terbuka pintunya. Sepasang kaki berjalan menuju arah dapur, hal itu tak luput dari tatapan takut Thayang. Apalagi pemilik sepasang kaki itu adalah Zeron.

Zeron berhenti di depan pintu yang menghubungkan dengan pemandian, lalu mengunci pintunya yang sempat terlupakan. Awalnya Zeron hendak berbalik kembali ke kamarnya, namun entah mengapa langkah itu terhenti seketika. Thayang semakin gugup, bahkan berpikir pasrah apa yang akan terjadi beberapa detik kemudian.


Bersambung...👻👻👻

📌Update Bagian 23
📆Sabtu, 13 Februari 2021

Chandha Ajha, gasss.

See you next chapter💕

Kosan 7 Pintu? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang