09

144 22 2
                                    

Setelah keributan yang terjadi di antara Jisung dan Lia, guru mereka yang mengajar sejarah masuk ke dalam kelas. Ketidakhadiran Minho di dalam kelas membuat sang guru marah. Selain karna peraturan sekolah yang tidak mengizinkan anak murid nya berkeliaran di area sekolah saat jam KBM berlangsung, Miss Jihyo selaku guru yang mengajar sejarah juga tak suka dengan anak murid nya yang keluar saat dirinya sedang mengajar.

"Mark, tolong suruh Minho datang ke ruangan saya setelah jam saya selesai. Sekarang buka buku paket kalian. Untuk yang kelas satu buka halaman dua belas, kelas dua buka halaman lima belas dan untuk anak kelas tiga, siapkan kertas dan alat tulis kalian. Ibu ada quiz untuk kalian."

Mark, Jaebum, Jackson selaku murid kelas tiga mengeluh karna mereka malah mendapatkan quiz dadakan. Berbeda dengan Jinyoung, diri nya malah tenang sambil mempersiapkan kertas serta alat tulis nya.

Walaupun mereka anak kelas G yang dimana terkenal dengan kepintaran nya, mereka juga manusia biasa yang pasti selalu mengeluh karna quiz atau ujian dadakan yang sering di berikan oleh para guru.

"Keluar dari kelas saya dan keliling lapangan utama sepuluh kali atau ikut quiz saya?"

"Quiz bu!"

Luas lapangan utama sekolah ini tak main main. Sepuluh putaran sama saja seperti tiga puluh putaran. Daripada mereka harus lelah fisik, lebih baik lelah otak. Mereka tidak mau gara gara lari keliling lapangan jadi tidak fokus untuk mata pelajaran selanjutnya nanti. Karna mereka, kelas tiga pulang sekolah pukul lima sore. Yang dimana berarti masih ada sekitar enam jam lagi mereka harus berada di dalam kelas.

Miss Jihyo mulai menuliskan lima soal di papan tulis untuk anak kelas tiga. Soal yang di berikan mudah memang. Tapi jawaban panjang membuat Mark dan kawan kawan malas untuk menjawabnya (tidak untuk Jinyoung).

"Selesai kan dalam tiga puluh menit. Telat semenit quiz kalian tidak akan ibu terima dan nilai kalian berkurang sepuluh point."

Mark dan teman teman nya yang tadi nya sedikit lama dalam menulis kini langsung menulis dengan cepat. Lebih baik ngumpulin quiz walaupun salah semua daripada tidak mengumpulkan sama sekali. Batin mereka.

Kalau quiz yang mereka kerjakan salah tidak akan memengaruhi nilai mereka. Berbeda jika tidak mengumpulkan. Nilai mereka akan berkurang sepuluh point.

Sebenernya sepuluh point itu untuk satu soal. Karna Miss Jihyo memberikan lima soal, berarti mereka akan kehilangan lima puluh point dari nilai mereka yang selama empat tahun di sekolah ini. Walaupun kehilangan lima puluh point tidak memengaruhi apa apa, tapi tetap saja lima puluh point itu berharga.

Apalagi saat mereka lulus nanti. Karna nilai mereka yang bagus, mereka bisa keterima di beberapa perusahan yang sudah bekerja sama dengan sekolah ini. Itupun kalau mereka ingin bekerja di perusahaan itu.

Di saat anak kelas tiga sedang mengerjakan quiz mereka. Kini anak kelas satu dan dua sedang belajar seperti biasa nya. Menjawab pertanyaan pertanyaan yang Miss Jihyo berikan kepada mereka.

Pertanyaan yang di berikan oleh guru di kelas G adalah universal. Yang dimana semua murid bisa menjawab nya. Pertanyaan kelas tiga pun jika ada anak kelas satu atau dua yang bisa menjawab nya, tidak apa apa. Justru itu akan menjadi nilai tambahan untuk mereka nanti.

"Sudah Seungmin. Kamu sudah menjawab sepuluh pertanyaan yang saya kasih. Biarkan teman teman mu menjawab juga, ya." Seungmin mengangguk patuh mendengar penuturan Jihyo. Anak lain tak ada kesempatan untuk menjawab nya, karna disaat mereka sedang berpikir maka Seungmin akan langsung menjawab nya dengan lancar. Chan, Yugyeom dan Hyunjin saja tak diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang Jihyo beri.

"Baik miss."

Jeongin teman sebangku nya menyenggol pelan bahu teman nya itu menggunakan bahu nya sendiri.

"Psst! Min... Kenapa kau lancar sekali?" tanya Jeongin dengan suara sedikit berbisik.

"Dari kecil aku sering di belikan buku buku sejarah oleh ayah ku. Entah mengapa aku sering sekali membaca buku buku itu hehehe. Dan semua soal yang di berikan oleh Miss Jihyo semuanya sudah ku pelajari dari buku buku itu."

Tiga puluh menit berlalu, anak kelas tiga yang sedang mengerjakan quiz dari Miss Jihyo langsung bergegas mengumpulkan nya. Sejam kemudian, bel berbunyi tanda pergantian mata pelajaran selanjutnya.

"Baik! Miss sudahi ya hari ini. Dan kau Mark, jangan lupa panggil Minho ke ruangan saya."

"Iya Miss."

Miss Jihyo pun keluar dari kelas tersebut. Sepatu berhak nya yang tinggi menimbulkan suara saat diri jya berjalan. Felix yang menyadari betapa tinggi dan tajam nya hak sepatu milik Miss Jihyo meringis pelan.

"Sshh... Hak pada high heels Miss Jihyo tajem banget."

"Miss Jihyo juga memakai nya karna juga untuk berjaga jaga, Lix. Dari kabar burung yang beredar, Miss Jihyo hampir tiga kali di lecehkan. Bahkan sampai ada yang hampir memperkosa nya. Tapi berkat hak tinggi nya itu, Miss Jihyo selamat."

Felix menatap Bambam yang duduk di samping nya.

"Salah satu dari korban itu sampai ada yang meninggal. Tapi sekolah akan selalu menjaga anak murid serta guru guru disini. Jadi Miss Jihyo selamat saat disidang oleh pihak kepolisian."

Jisung yang duduk di samping Felix bergidik ngeri. Meninggal karna sepatu hak? Itu adalah kematian yang sangat aneh. Sekaligus memalukan. Bagaimana bisa seseorang meninggal karna hanya sepatu hak tinggi?

"Saat itu keadaan Miss Jihyo sangat berantakan. Jadi mau tak mau dia mengambil sepatu hak nya dan memukul tepat di kepala pelaku."

Seperti membaca pikiran Jisung, Bambam melanjutkan cerita nya mengenai 'Hak Sepatu Milik Miss Jihyo'.

Krettt!

Pintu kelas terbuka, menampilkan Minho dengan seragam nya yang sudah sedikit berantakan. Karna ruangan kelas yang ber AC, semua nya bisa mencium bau asap rokok dari arah Minho.

"Ho, dipanggil Miss Jihyo. Disuruh keruangan nya."

"Hm."

'Menyebalkan sekali huh.'

Tanpa Minho sadari, ada sepasang mata yang menatap nya dengan tatap an sinis ke arah nya.

•••

Kalo ada typo, mohon maaf yaa hehe :'>

Semoga kalian bisa menikmati cerita ini sampe akhir~

G-Class [SKZ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang