50. Diculik?

1.5K 83 10
                                    

"K...Ken?" Panggilan terputus begitu saja. Arka kembali mencoba menghubungi nomor Ika. Ia terus mencoba, tapi tetap tidak diangkat.

Arka berdecak keras, apa maksud ucapan Ika tadi? Kapan ia mengirimkan pesan mengajak ketemuan dengan gadis itu?

Arka mengecek room chat-nya dengan Ika, tapi ia sama sekali tidak menemukan apapun di sana. Arka mengulangi kegiatannya berkali-kali, lalu ia mencoba menelepon Ika lagi, tapi nihil, sama sekali tidak ada jawaban.

Terus tadi, Ika mengatakan 'Ken?'. Ken? Arka mengingat kembali nama itu. Dan ia langsung teringat kejadian di mall saat seorang pria melecehkan Ika. Ken adalah mantan Ika jika Arka tidak salah ingat. Ia dulu pernah mendengar desas-desus kalau Ika dan Ken berpacaran. Dan Ika juga pernah mengatakan kalau Ken hampir melecehkannya berkali-kali walaupun gagal.

Arka menjadi tidak tenang, ia masih berusaha menelepon Ika, dan mengirimkannya pesan. Tapi tak ada satupun yang mendapatkan balasan. Arka mengambil jaket dan kunci mobilnya. Ia tidak bisa diam saja, apalagi di saat Ika tidak bisa dihubungi seperti ini. Sudah berkali-kali ia mendapati Ika mendapatkan masalah, dan sudah berkali-kali juga ia dapat menyelamatkan Ika. Ia hanya berharap semoga Ika tidak apa-apa.

.
.
.

Di pinggir aren a balapan liar itu Ika masih di tahan oleh beberapa pria. Sedangkan bos dari pria-pria itu berada di garis start dengan seorang pria lainnya, kain hitam putih itu terlempar, membuat kedua pria itu segera melajukan motor masing-masing. Ya, mereka balapan.

Ika masih berusaha memberontak, tapi percuma, kekuatan tiga lelaki itu tentu jauh lebih besar darinya.

Ika merasa tubuhnya mulai melemas, rasanya sakit saat pria-pria itu mencengkram erat kedua tangan dan membekap mulutnya, ia kehilangan sedikit demi sedikit pasokan udara. Hingga mereka melepaskan tubuh Ika saat kedua motor itu tiba di tempat semula mereka memulai balapan.

Dua orang pria yang baru saja menyelesaikan balapan itu menghampirinya.

"Eh Ika, Lo masih inget kan sama gue?" Ika menyipitkan matanya, berusaha menatap wajah di tengah kegelapan itu.

"Masa Lo lupa sama gue sih?"

"Di--Digo?" tanya Ika terkejut. Bagaimana ia bisa lupa pada pria yang dulunya adalah pacar dari sahabatnya, Ranya. Ranya dan Digo pernah berpacaran saat kelas 10, lalu mereka putus karena Ranya lebih memilih Fero. Dan karena pria itulah Ken hampir melecehkannya untuk pertama kalinya.

"Kasih!" ucap Ken memerintahkan teman-temannya.

Ika didorong begitu saja, hingga gadis itu menubruk keras tubuh Digo. Digo dengan sigap menangkap tubuh Ika. Ia mencium bau harum rambut Ika lancang. Ika memberontak dari tubuh Digo,

"Cuma ini kan taruhan yang Lo minta?" tanya Ken.

"Taruhan? Apa maksud Lo?!" tanya Ika spontan dengan napasnya yang masih memburu.

"Lo taruhannya Ika sayang," ucap Digo dengan suara khasnya.

"Gue?!"

"Lo yakin nyerahin cewek Lo gitu aja Ken?" tanya Digo remeh.

"Gue nggak pacaran sama Ken!" ucap Ika lantang.

"Cius? Mi apah?!" tanya Digo, yang dengan lancangnya mencium pipi Ika.

"F*ck you!" umpat Ika.

"Idih galak,"

Ken menatap Ika. Jujur saja, ia juga masih memiliki rasa ia pada mantan gadisnya itu. Tapi sayangnya Ika tidak mau menuruti ucapannya.

"Lo bisa ngasih gue waktu buat gue ngomong sama dia?" tanya Ken.

Digo tersenyum sinis, "Last time,"

Airka: My Queen BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang