"Carilah seseorang yang sempurna karenamu, dan menjadikanmu sempurna." - HEE Couple
~0000~
Ketika terbangun keesokan paginya, Hee Chul merasa jauh lebih baik. Seluruh tubuhnya yang sangat sulit digerakkan kemarin sudah jauh lebih ringan. Dia juga bisa bernapas dengan sangat lega, sedalam dan sepanjang yang dia inginkan. Rasa nyeri di bagian dadanya juga sudah tidak terasa lagi. Dan hal pertama yang dia lihat ketika menjelajah isi kamar tidurnya adalah Han Geng yang sedang mencabut infus dari tangannya.
"Kau sudah bangun," kata pria itu, menggulung selang infus dan memasukkannya ke dalam plastik khusus, lantas meletakkan benda itu di sebuah koper kecil berisi limbah medis yang sudah pria itu gunakan sejak semalam.
Hee Chul bangkit dari tidurnya, bersandar setelah menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri, menghilangkan pegal.
"Sebenarnya apa yang terjadi padaku?"
Han Geng berdiri sambil berkacak pinggang. "Kelelahan. Bukankah sudah kubilang kalau kau harus mengasihani dirimu sedikit saja?"
Hee Chul meringis. "Aku tidak bisa tidur seminggu ini. Satu-satunya tidur yang lumayan nyaman untukku saat di Bali. Walaupun aku tidak tahu kenapa."
"Jadi, apa yang mau kau bilang adalah kau tidak tidur sama sekali seminggu ini?"
Hee Chul berpikir. "Mungkin dua atau tiga jam."
"Dalam sehari?"
"Dalam seminggu."
"Kau gila!" Hanya itu yang bisa direspon Han Geng. Dokter itu kemudian memeriksa denyut nadinya.
"TIdak ada yang bisa kulakukan dengan itu. Dokter Lee tidak memberikanku dosis yang lebih tinggi," ucap Hee Chul, mencoba menyalahkan sosok yang tidak ada agar tidak dimarahi Han Geng.
"Kalau dia sampai memberimu dosis lebih, kau bisa mati kena serangan jantung."
Hee Chul meringis saat Han Geng melemparkan tangannya begitu saja. Dia tahu kalau temannya itu perhatian padanya.
"Jadi sekarang, tidak ada yang perlu aku khawatirkan?"
Han Geng memberikan sekotak kecil berisi obat-obatan pada Kim Hee Chul. "Tidak apa-apa. Tapi pastikan itu habis."
Hee Chul mendengus saat melihat obatnya. "Dalam sekali makan?"
Han Geng melempar Hee Chul dengan bantal, membuat pria itu terkekeh dan meletakkan obatnya ke atas nakas, lantas turun dari ranjang, melihat jam.
"Apa yang kau lakukan?"
"Bersiap untuk bekerja."
Han Geng menggeleng. "Istirahat saja hari ini."
"Aku terlalu banyak istirahat. Kau tahu apa yang para tetua dikantor katakan? Bahwa aku memanfaatkan keadaan kutukan itu untuk beristirahat kapanpun aku mau. Itu menyangkut reputasi dan harga diri. Lagipula, aku masih bersyukur tidak harus mengontrol satu persatu perusahaan yang berjumlah puluhan itu di seluruh pelosok benua dan hanya menerima laporannya saja, memeriksa, dan memberikan keputusan. Jadi, tenagaku hemat di balik meja kerja." Hee Chul bersedekap dengan angkuh, membuat Han Geng mencibir.
"Kau mengatakannya seolah itu hal yang mudah. Padahal aku tahu betapa sulitnya. Lihat, berapa banyak keriput di wajahmu dan uban di rambutmu dalam waktu beberapa bulan saja kau menjabat."
Hee Chul langsung berlari ke kamar mandi, memastikan ucapan Han Geng lalu berteriak. "AAAAAA, aku harus mengecat rambutku! Wajahku! Wajahku yang seperti bunga!! Tidaaaaaaaaak!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PREWEDDING
RomanceIni tentang harapan yang mungkin masih tersisa. Pertemuan antara dua orang asing yang saling membutuhkan demi memenuhi kepentingan masing-masing. Yang satu untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, dan yang satu lagi untuk menyelematkan ibunya.