"Carilah seseorang yang sempurna karenamu, dan menjadikanmu sempurna." - HEE Couple
~0000~
Seumur hidupnya, Kim Hee Chul tidak pernah merasa gugup yang lebih parah dibandingkan dengan saat ini dia rasakan. Belasan tahun yang lalu, ketika pertama kali menyatakan cinta pada cinta pertamanya, Hee Chul memang merasa gugup. Juga, ketika dirinya diumumkan sebagai pewaris selanjutnya di hadapan dewan direksi, Hee Chul juga merasa gugup.
Tapi tak ada, satupun dari rasa gugup yang pernah dia rasakan, yang mendekati seperti sekarang ini. Seolah Hee Chul telah memberikan seumur hidupnya untuk hari ini. Dan seolah sisa hidupnya ditentukan dengan kalimat yang akan dilontarkan gadis itu.
Sebenarnya semua ini di luar rencana. Dia bahkan tidak pernah berniat untuk mengatakan apapun pada Rae Hee sebelum semuanya beres. Tapi ternyata semuanya tidak sama persis dengan yang dia rencanakan. Dan pengakuan itu terlontar begitu saja.
Situasi yang menguntungkan dari semuanya adalah, Kim Hee Chul selalu membawa cincin yang pernah dibelinya kemanapun. Tak pernah sekalipun ditinggalkannya.
Dan Rae Hee... gadis itu nampak terguncang dengan pengakuannya. Jelas saja. Siapa yang tidak? Tapi setidaknya Hee Chul mengharapkan reaksi yang lebih baik. Mungkin saja gadis itu akan memperlihatkan wajah senang dan berbunga-bunga, siap terbang, atau bahkan rela untuk bercinta dengannya malam ini juga.
Tapi astaga, tak ada satupun dari harapan Hee Chul muncul di ekspresi wajah gadis itu. Rae Hee tercengang, tidak percaya, dan bahkan menatapnya ketakutan.
"Aku..." Rae Hee berdeham. Membasahi kerongkongannya yang kering dan mencekik. "Aku tid-"
"Jangan katakan apapun. Aku tidak berniat untuk mendengarkan jawabanmu sekarang. Aku mengatakannya karena kau bertanya, jadi jangan mengatakan apapun yang mengindikasikan jawaban." Hee Chul tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, karena mendadak dia merasa takut atas jawaban yang akan gadis itu berikan. Alih-alih, dia kembali menutup kotak cincin dihadapannya dan berkata, "Aku akan memasangkannya nanti di pesta pertunangan. Bukan di sini. Sekarang aku akan pergi. Aku masih harus menyelesaikan segala sesuatu, termasuk keributan yang tadi."
Hee Chul berdiri dari duduknya, melangkah menuju pintu depan dengan Rae Hee yang masih duduk diam.
~0000~
Choi Rae Hee berjalan menyusuri pantai, dekat dengan pertemuan antara ombak dan daratan, sehingga kakinya seringkali terselimuti pasir yang di bawa oleh air laut tersebut.
Itu dingin, jelas sekali. Pasir masih bercampur dengan sangat rata oleh salju. Butiran kasar dan halus sama-sama menggesek kulit kakinya yang hanya mengenakan sandal.
Sebut saja dia gila. Ditengah musim dingin dan udara menusuk di sore hari, Rae Hee hanya berjalan dengan kakinya yang terbuka. Tapi dirinya tidak memikirkan hal yang lain.
Sudah tiga jam dia berada di luar. Sejak Hee Chul meninggalkannya di rumah dengan seorang pembantu rumah tangga datang untuk menyiapkan makan siangnya, Rae Hee tidak bisa tidak memikirkan hal lain selain yang dikatakan Hee Chul sebelum pria itu pergi tadi siang.
Dan ketika tidak menemukan ketenangan di dalam rumah, Rae Hee ke luar, menyeberangi jalan kecil pribadi dan menuju pantai lepas. Suara ombak, burung yang berkicau di udara, dan angin yang berhembus kencang bisa membuatnya tenang.
Sudah lama sekali dirinya tidak ke pantai. Terakhir kali saat bersama ayahnya bertahun-tahun yang lalu. Dan betapa dia merindukan itu semua.
Rae Hee melangkah naik, menjauhi bagian pantai yang basah dan duduk menatap samudera yang luas. Langit sudah menunjukkan perubahan warna, sebentar lagi matahari akan mati untuk membiarkan bulan hidup. Itu kisah cinta yang luar biasa. Matahari dan bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREWEDDING
RomanceIni tentang harapan yang mungkin masih tersisa. Pertemuan antara dua orang asing yang saling membutuhkan demi memenuhi kepentingan masing-masing. Yang satu untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, dan yang satu lagi untuk menyelematkan ibunya.