"Carilah seseorang yang sempurna karenamu, dan menjadikanmu sempurna." - HEE Couple
~0000~
Dalam satu minggu, banyak yang dipelajari oleh Rae Hee secara pribadi. Dalam kediaman Hee Chul yang tenang di daerah Kangwon-do, dan Royal Lady yang dikirim oleh Hee Chul untuk menemani gadis itu di sana, Rae Hee memang tidak merasa sendirian dan kesulitan.
Tapi sungguh, kehidupan normalnya jelas berubah total.
Sejak kapan makan harus memiliki aturan yang menyiksa? Bagaimana bisa Rae Hee makan dengan sangat pelan dan keanggunan sementara perutnya terus bergolak meminta makan?
Atau, bagaimana bisa tidur yang seharusnya menjadi satu-satunya kegiatan menyenangkan untuk mengistirahatkan tubuh, menjadi begitu menyiksa? Dengan korset yang tidak boleh dilepaskannya sama sekali?
Tidak heran, dalam tiga hari, Rae Hee mengurus, wajahnya sedikit tirus, sorot matanya lelah, dan ada tanda hitam di bawah lingkaran mata.
Seakan semua siksaan itu belum cukup, berdasarkan pesta pelantikan Kim Hee Chul beberapa waktu lalu di mana Hee Chul dan Rae Hee melakukan dansa yang hampir mirip dengan waltz, Rae Hee harus mempelajarinya-dan semua jenis dansa seperti tango, foxtrot, quickstep, dan viennese waltz-dengan benar sekarang.
Karena sungguh, akan menjadi hinaan besar-besaran terhadap dansa populer tersebut jika Rae Hee dibiarkan melakukan tarian itu seperti sebelumnya. Dan betapa melegakannya karena Rae Hee adalah seorang trainee-atau mantan-sehingga dia memiliki ingatan dan kemampuan yang sangat baik untuk belajar.
Tidak sia-sia.
Meski kakinya terasa berputar seratus delapan puluh derajat.
"Aku iri."
Dalam matanya yang terpejam, Rae Hee mendengar suara Hye Bin. Dirinya terlalu lelah untuk sekadar membuka mata. Maka dia hanya bergumam.
"Kau tahu, dengan pelatihanmu, pertunanganmu, dan semua itu." Hye Bin melanjutkan bicaranya. Sungguh, jika tidak seperti ada beban seberat seribu kilogram yang menimpa tubuh, Rae Hee sudah akan duduk dan menentang ucapan itu.
Alih-alih dia hanya mengerang, atau mengeluarkan suara seperti gerutuan. Kalau dirinya tidak istirahat sekarang, pertunangannya dua hari lagi akan dibatalkan.
Meski sebenarnya, dia sudah tidak akan mempelajari semua hal lagi besok. Yang tersisa dari kegiatannya hanya melakukan perawatan di salon dan fitting gaun. Itu membuat Rae Hee bertanya-tanya, akan semenyiksa apa saat dia menikah nanti?
"Aku tidak."
Itu suara Yeon Hyo.
"Sungguh, aku tidak iri."
Rae Hee mendengar Hye Bin mendengus. "Karena kau sudah terbiasa."
"Justru karena aku terbiasa, aku berani berkata aku tidak iri. Semua itu sungguh menyiksa, tahu. Walaupun jujur saja pelatihanku tidak seekstrim dirinya. Lihat, dia sekarat."
Rae Hee tahu kalau "dia" yang dimaksud adalah dirinya.
"Tapi tetap sa-"
"Aku akan dengan senang hati mengizinkanmu menggantikan diriku melalui penyiksaan seperti kemarin." Rae Hee dengan mengerahkan tenaganya, berhasil membuka mata dan merubah posisi. Meski tidak benar-benar duduk, setidaknya dia tidak berbaring, jadi bisa melihat dua orang yang berada di sekitarnya. "Tapi, sayang sekali, semua itu sudah berlalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
PREWEDDING
RomanceIni tentang harapan yang mungkin masih tersisa. Pertemuan antara dua orang asing yang saling membutuhkan demi memenuhi kepentingan masing-masing. Yang satu untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, dan yang satu lagi untuk menyelematkan ibunya.