LOUINE KERTANEGARA (1)

500 32 1
                                    

LOUINE KERTANEGARA (1)

"PERMISI BU, seseorang ingin menemui Ibu."

"8-8," Raline menjawab singkat. Ini adalah jam makan siang, tak heran Raline menolak menemui orang tersebut dengan alasan sedang sibuk.

"Beliau bersikeras ingin menemui Ibu." Begitu laporan telepon dari salah satu staf yang baru saja diterima Raline.

Raline menutup makan siangnya yang bahkan belum sempat ia sentuh. "Siapa?" Pertanyaan Raline membuat staf tersebut meminta kartu tanda pengenal orang yang ingin menemui Raline.

"Atas nama Louine Kertanegara, Bu. Penyelidik swasta dari firma hukum Alexander Bonar Simanjuntak, Bu."

Raline berdiam sejenak. Mengecek jadwal hariannya dan tidak menemukan adanya janji temu dengan firma hukum milik Alexander Bonar Simanjuntak dan keluarga.

"Tolong arahkan dia ke ruangan saya." Perintah Raline menutup laporan telepon dari staf tersebut.

Tak lama, terdengar suara ketukan pintu sebanyak tiga kali. "Silakan masuk," Raline menyambut.

Seorang gadis dengan kemeja putih, celana bahan, dan blazer yang tesampir asal pada pundaknya, memasuki ruang kerja Raline yang tak terlalu luas. Dari wajahnya, masih sangat belia. Raline bahkan bisa salah mengira, gadis yang berdiri di depannya adalah anak SMA, apabila tidak mengetahui bahwa gadis tersebut ternyata salah satu penyelidik swasta disalah satu firma hukum paling mentereng dikalangan elite Jakarta.

"Terima kasih," ujar Louine ketika Raline mempersilakan dirinya untuk duduk.

"Mau kopi?" Raline yang masih berdiri, mendekati mesin pembuat kopi yang terletak disebuah meja di ujung ruangan.

"Air mineral aja, Mba." Louine menjawab sopan.

"Sure," Raline melangkah membawa sebotol air mineral yang disambut baik oleh Louine.

"Sebelumnya, maaf mengganggu waktu makan siang kamu, Mba. Tetapi, ada hal penting yang saya ingin konsultasikan." Tutur sopan Louine bahkan bisa mengecoh banyak orang kalau saja mereka tidak tahu bahwa Louine adalah salah satu penyelidik swasta paling tenar dewasa ini. Jarang Raline temukan, penyelidik yang suka berbasa-basi seperti Louine. Biasanya, mereka hanya langsung pada poin dan menyelesaikan sesuatu tanpa bertele-tele lebih dahulu.

"Saya sempat periksa jadwal dan tidak menemukan adanya janji temu dengan pihak Firma Hukum Alexander Bonar Simanjuntak. Apakah telah terjadi kekeliruan?" Raline menanyakan kebingungannya.

"Tidak ada, Mba. Saya mendatangi, Mba, tidak berhubungan sama sekali dengan firma hukum tempat saya bekerja. Saya mendatangi, Mba, ingin menanyakan hal pribadi."

"Kamu yakin?" Raline tentu semakin bingung. Yang benar saja? Bertanya masalah pribadi kepada Raline? Dirinya bukan pemilik praktik konsultasi terhadap masalah hidup seseorang.

"Dikalangan kami, Mba adalah salah satu detektif paling kompeten. Saya ingin menyelidiki sebuah kasus, bukan kasus dalam pekerjaan saya, tetapi kasus yang melibatkan keluarga saya. Saya sudah buntu, barang kali Mba bisa bantu."

Baiklah, masih masuk akal menurut Raline. "Kasus apa? Penggelapan dana? Korupsi?"

Bukan tanpa sebab Raline menanyakan hal itu. Segala yang Louine kenakan memiliki harga yang fantastis. Bahkan, jam tangan Louine adalah salah satu seri jam tangan supermahal yang tidak sembarang orang bisa memilikinya. Jelas, bisa Raline simpulkan, Louine berasal dari keluarga kaya raya. Kasus-kasus keluarga kaya raya yang Raline tangani, biasanya, tidak jauh dari penggelapan dana ataupun korupsi.

NISKALA - The Dark Side of Gardapati High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang