Chapter 2. Ulang Tahun Sekolah

95 17 7
                                    

Acara ulang tahun sekolah adalah salah satu perayaan penting untuk menunjukkan kreativitas siswa sekaligus menjalin silaturahmi antar sekolah. Kegiatan yang berlangsung selain sebagai panggung agar siswa unjuk kebolehan, juga ladang bagi dermawan yang ingin berdonasi. Tema yang diusung pada acara perayaan ulang tahun SMA Bimasakti kali ini adalah Bahagia Kita Bahagia Sesama. Segala hasil dari penyelenggaraan acara sepenuhnya akan disumbangkan kepada yayasan panti asuhan yang telah bekerjasama dengan sekolah.

Berbeda dengan perayaan ulang tahun sekolah 7 tahun yang lalu saat Arya menjadi ketuanya, kali ini panitia menggunakan sekolah sebagai panggung acara puncak. Tidak lagi menggunakan hotel karena mereka meminimalisir biaya agar bisa maksimal untuk disumbangkan. Alumni diundang secara terbuka dengan syarat membayar tiket masuk sebagai bentuk donasi.

Fery menggunakan setelan kaos dan jaket berbahan jeans warna biru denim yang mengetat di tubuh padatnya. Ia berdecak memperhatikan perubahan yang terjadi di sekolahnya. Sejak dulu, tempatnya menutut ilmu sudah cukup mewah. Tapi, kini tatanannya lebih berkonsep dengan mengedepankan penghijauan. Sekalipun malam hari, ia masih bisa melihat taman di halaman sekolah dengan susunan bunga aster dan bunga matahari sebagai pembuka.

"Dekorasinya tidak kalah keren," Vira menunjuk rangkaian lampu pijar berbentuk love yang memanjang di atas mereka―sejajar dengan jalan masuk menuju konser musik artis ibukota. Panitia benar-benar menjadikan para tamu sebagai raja dengan menggelarkan tikar warna merah pada pintu masuk hingga gerbang indoor sekolah. Sembari berjalan, tamu akan melewati Ruang Hall dengan pajangan piala yang berkilau,

"Sengaja memberi lampu dengan daya listrik tinggi namun ukuran kecil agar piala tampak lebih berkilau. Mereka tidak memerlukan emas, tapi bukti prestasi. Aku harus menemui ketua panitia atas suguhan yang luar biasa ini," ucap Fery penuh rasa kagum.

Vira mengeratkan jaket warna merah muda yang ia padukan dengan setelan kemeja semi formal. Udara dingin langsung menyentuh tubuhnya kala keluar dari Ruang Hall. Ia melihat keramaian serta hiruk-pikuk lautan manusia yang menunggu datangnya penyanyi yang akan menghibur mereka. Baru saja maju beberapa langkah, seorang panitia yang mengenakan baju batik warna cokelat langsung memintanya untuk mencicipi kudapan kecil di perasmanan. Lagi, ajakan yang membuat Vira takjub. Semua tamu bisa mendapatkan pelayanan makan pula, Bisa dipastikan pesta ini sangat terbuka.

"Mereka telat merayakan hari jadi sekolah kita. Wajar saja bisa mempersiapkan semuanya dengan baik. Terhitung sejak 3 bulan yang lalu. Bukankah seharusnya acara ini dilaksanakan di akhir tahun?" tanya Fery dengan tumpukan kue manis dan jus mangga di tangan kirinya.

Vira bergidik melihat porsi kudapan versi tidak-tahu-malu yang sedang Fery bawa dengan bangga. Ia hanya mengambil sekenanya lalu mencari bangku taman yang kosong untuk menyantapnya. Fery mengikutinya layaknya pengawal. Baru saja gadis itu hendak duduk, seseorang menubruknya dari belakang. Lengan yang lebih kurus terlihat melingkari leher. Suara tenor terdengar nyaring di telinga Vira yang membuatnya hendak menutup telinga.

"Wah! Ternyata benar, kau Vira!"

Sekalipun dalam remang di malam hari, gadis berkacamata itu dapat melihat seorang bertubuh ramping dan berambut ikal dengan tatanan kosmetik yang halus di wajah berwarna sawo matangnya. Gadis yang otomatis dipeluknya karena terpapar rasa rindu. "Alin!"

Alin adalah sobat kentalnya saat berada di Ekstrakulikuler Pecinta Alam. Gadis itu kali ini datang bersama kedua mantan panitia ulang tahun SMA Bimasakti pada masa sekolahnya. Mereka adalah Daniel dan Zack yang lebih dulu bersalaman dan berpelukan dengan Fery. Mereka memuji pemuda yang kini menjabat sebagai anggota POLRI. Postur tubuh Fery begitu ideal dan membuat banyak pria iri melihatnya.

Obrolan mereka tidak jauh dari topik kesombongan kedua sejoli yang tidak pernah datang ke acara ulang tahun sekolah. Fery berkilah bahwa sebagian besar waktunya terlalui di Jakarta. Vira membela diri bahwa ia sudah datang pada acara ulang tahun sekolah 2 tahun yang lalu. Karena tidak mendapatkan hal yang menarik, ia malas mengunjunginya lagi.

IN Series 5: CincinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang