38. Aneh, tapi Percaya

92 8 119
                                    

Radha saat ini tengah berada di taman samping rumah keluarga Sara bersama Sara. Pagi-pagi tadi ia membongkar koper dan menata pakaiannya dengan dibantu Sara. Gadis itu sangat baik, Radha sangat bersyukur dia bertemu orang sebaik Sara di sini.

"Radha, kau tahu, aku sangat sangat-sangat senang kau mau tinggal di sini. Oh, ya, aku dengar dari kak Ishita, kau punya 2 kakak, ya?" celoteh Sara.

"Ya, kak Rhea dan kak Arzoo. Pertama kak Rhea, dia adalah segalanya bagi kami, aku dan kak Arzoo. Dia adalah kakak terbaik di dunia. Setelah kepergian orang tua kami, aku dan kak Arzoo tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang. Semua itu karena kak Rhea. Dia sudah seperti ibu, ayah, sahabat, bahkan guru bagi kami. Dan dia, sangat-sangat menyayangi kami. Baginya, kami dan kebahagiaan kami adalah yang paling utama," urai Radha, tersenyum dan matanya menatap lurus ke depan.

Sara yang melihat itu pun ikut tersenyum. "Dan kakakmu yang satunya?"

"Dia itu ratu film, ratu manisan, makhluk terkonyol yang kukenal. Tapi, ya, dia sangat baik dan sangat menyayangiku, sama seperti kak Rhea. Dan, ya, dia tidak bisa membedakan mana tepung dan mana garam. Pokoknya dia itu tidak bisa memasak sama sekali," Radha tertawa pelan.

"Kau pasti sangat menyayanyi mereka, kan?"

"Iya, sangat, sangat, sangat," ucap Radha mantap. "Sekarang kau, ceritakan tentang dirimu?"

Sara tertawa miris. "Aku harus bilang apa? Hidupku ini sangat membosankan sampai aku tidak tahu harus menceritakan yang mana."

Radha mengernyit, "Kenapa begitu?"

"Kakakku dan ayah, entah mereka menyayangiku atau tidak. Sekali saja, mereka tidak pernah mengizinkanku melangkahkan kaki keluar rumah. Aku ingin sekali punya banyak teman, pergi ke bioskop bersama mereka, menginap bergantian di rumah mereka, dan ... pergi ke sekolah seperti gadis lainnya. Tapi, itu tidak pernah terjadi. Jika orang lain pergi ke sekolah untuk menemui gurunya, maka aku, guruku yang datang dan menemuiku," papar Sara, tatapannya kosong, tanpa ekspresi.

"Apa kau punya penyakit yang bisa kambuh sewaktu-waktu?"

Sara menggeleng. "Tidak. Aku sangat sehat. Kak Ranveer dan ayah hanya selalu bilang dunia luar sangat berbahaya untukku. Entahlah, aku sendiri tidak mengerti."

"Kau pernah nonton Dilwale?" Sara menatap Radha.

Radha mengangguk.

"Kadang aku berpikir, apa ayah dan kakak menjalankan bisnis seperti orang tua Raj dan Meera? Sementara aku hanyalah Veer yang tak tahu apa-apa." Sara tertawa hambar. "Tapi sekarang, impianku itu akan terwujud karenamu, Radha. Kak Ranveer mengizinkanku kuliah di kampus tempat kak Ishita mengajar karena kau ada bersamaku. Terima kasih, Radha, akhirnya burung dalam sangkar ini segera merasakan kebebasan," Sara memegang tangan Radha dan tersenyum tulus.

Radha membalas senyuman Sara, "Sama-sama," ujarnya.

---

Arzoo berdiri melamun di koridor kampus menunggu Jai yang entah sedang mengobrol apa bersama temannya. Rasanya Arzoo ingin menelpon Radha-dia sudah sangat rindu pada adiknya itu, tapi dia bingung jika Radha menanyakan Rhea, akan ia jawab apa nanti?

Drrtt drrtt

Arzoo terkesiap. Segera diambil ponselnya yang tengah bergetar itu.

"Radha?" gumamnya. Baru saja dipikirkan, dan adiknya itu malah mem-video call.

"Iya, Radha, bagaimana? Kau sudah sampai?" Arzoo sebenarnya ingin berteriak heboh, tapi dia tahu tempatya saat ini.

"Semuanya baik-baik saja. Dan lihat, siapa yang bersamaku sekarang."

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang