Aku hanya menatap kepergiannya. Menatap punggung pria yang ku cintai. Tanpa berniat untuk mengejarnya. aku sebenarnya merasa senang. Bahkan rasanya ingin ku peluk tubuh pria yang telah memenuhi hatiku ini. Itu berarti dia masih peduli padaku. Dan aku senang karenanya. Tapi. Semua yang telah ku bayangkan urung Seketika.
Di sana. Bian tidak hanya seorang diri. Melainkan ada seseorang yang menyambut Bian-menggandengnya-lalu pergi bersama begitu saja. Tanpa menoleh sekali pun padaku. Dan itu membuatku kecewa. Ternyata Bian kemari hanya sebuah alasan. untuk memperlihatkan bahwa ia sudah mendapatkan gadis yang ia cintai. Bukan karena dia peduli padaku.
Aku melihat Bian bersama Tarisha.
Lagi. Pria itu membuat hatiku bagaikan ratusan bahkan ribuan pisau yang menusuk-nusukku. Hingga hancur tak bersisa. Hal ini membuatku sadar jika Pria itu memang tidak pernah mencintaiku. Dia hanya menganggapku hanya sebatas tanggung jawabnya saja. tidak lebih. Dia hanya berusaha menepati janjinya pada mama. Bukan karena dia yang mencintaiku. Dia hanya memerankan sosok sahabat yang baik padaku. Tidak lebih.
Tanpaku sadari air mataku mulai mengalir deras di pipiku. Hingga sebuah tangan mengusap lembut pipiku. Berniat menghapus air mataku. Sadar bahwa aku tidak sendiri disini aku menoleh.
"Kekasihmu?" Ujarnya lembut masih dengan tangannya yang mengusap pipiku.
Aku menurunkan tangannya. Kemudian aku sedikit terkekeh lalu menjawab. "Kekasih apanya? Kau tidak lihat dia bersama seorang gadis?"
Kulihat Gavin mengalihkan pandangannya ke arah belakangku dan kembali menatapku.
"Jika dia bukan kekasihmu. Tapi kenapa dia terlihat marah sekali saat kau bersamaku?"
"Marah? Dia tidak marah. Hanya-"
"Cemburu?"
Aku menatap tepat di matanya sebentar lalu aku kembali terkekeh.
"ya ampun Vin. Bagaimana bisa dia cemburu sedangkan dia sudah memiliki kekasih? Kau ini ad-"
"Dasar Bodoh." Dia memutar kedua bola matanya malas kemudian mengalihkan pandangannya.
Aku menunduk."Ya aku tau. Aku memang bodoh. Sudah tau dia mencintai gadis lain tapi aku masih saja mengharapkannya. Menyalah artikan kebaikannya. Cih. Menyedihkan."
"Memang. Kau memang gadis bodoh. Sudah jelas dia itu menyukaimu bukan gadis yang bersa-"
Aku berdecih."Tau apa kau tentang kami? Kami sudah berteman lama. Jadi aku tau jika dia mencintai kekasihnya. Sedangkan kau? Bahkan kau baru saja berkenalan denganku."
Tiba-tiba saja Gavin menoleh ke arahku."Kau buta ya? Dia bersama gadis itu tapi dia meninggalkannya demi menghampirimu yang sedang berduaan denganku. Jika memang benar dia hanya menganggapmu sebagai seorang teman dia akan membiarkanmu disini bersamaku dan menunggumu diruang rawatmu."
"Hey tuan sok tau!! Dia itu selalu menjagaku. Jadi wajar jika dia menghampiriku yang sedang berduaan dengan orang asing sepertimu."
Aku kesal pada Gavin. dia itu tidak tau apapun tentangku dan Bian. Tapi bicara seenaknya. Memangnya dia siapa mengetahui perasaan seseorang?
"Terserah." Dia kembali mengalihkan pandangannya ke depan.
Tapi..
Apa yang dikatakan Gavin itu...
Apa mungkin ?
||
Kupikir. saat untuk pertama kalinya aku berpisah dengan Ian. aku tidak akan merasakan perpisahan lagi. Mungkin. papa adalah orang pertama dan terakhir yang aku sayangi berpisah denganku setelah aku berpisah dengan Ian.
KAMU SEDANG MEMBACA
T R I S T I S || DALAM TAHAP REVISI ||
عاطفيةWarning !! Ada beberapa chapter yang tidak berurutan. Akan di revisi setelah selesai. Semoga kalian suka and happy reading y'all (^-^)/ . . Aku hanya ingin hidup seperti apa yang aku inginkan, seperti apa yang aku impikan, seperti apa yang selalu ak...