TEPAT satu minggu setelah Faith lahir, Laras mengirim email pada Aldi. Dalam inboxnya, Laras melihat banyak sekali email masuk dari suaminya, saking banyaknya, dia tidak bisa melihat satu persatu. Dia memang tidak pernah memberi kabar hampir tiga bulan lamanya.
Dia tahu, suaminya itu sangat merindukannya, hal itu dia ketahui dari salah satu email yang dia baca. Air mata Laras menetes kala membaca tulisan dari Aldi yang mengatakan bahwa dia hampir gila dan putus asa dalam mencarinya.
Dia berharap wanita itu segera kembali, dia berjanji akan menerimanya kembali apapun keadaannya. Laras menarik napas panjang seraya menyusut air matanya.
Secara perlahan dia menulis balasan email itu. Dia mengatakan bahwa anak mereka telah lahir satu minggu yang lalu. Laras minta maaf baru memberi kabar. Dia mengatakan bayi mereka sangat sehat dan mirip dengan Aldi.
Ia kemudian mengunggah foto Faith. Hatinya tak bisa berhenti menangis, sama seperti Aldi, dia juga merindukan laki-laki itu. Sembilan bulan adalah waktu yang sangat menyiksanya. Tangan Laras bergetar kala menekan tombol send dalam email tersebut.
Sisa air matanya telah mengering. Perhatiannya tertuju saat telinganya mendengar tangis Faith, Laras buru-buru menuju kamar anaknya. Dia segera meraih Faith yang saat itu menangis, wanita itu pelan-pelan duduk di sofa yang ada di kamarnya sambil menyusui Faith.
Dia membelai sayang pada bayi mungilnya, mencium tangan kecilnya yang bergerak-gerak.
Laras merebahkan sejenak tubuhnya, di sampingnya Faith telah tertidur pulas setelah menyusu. Rasa penat dia rasakan, beberapa hari ini tidur malamnya tidak pernah lelap karena sesekali Faith terbangun.
Dia harus bolak balik ke kamar sebelah guna menenangkan Faith yang terbangun. Vladimir sesekali turut terbangun, dia memberi semangat pada Laras. Terkadang, dia membantu Laras dalam menenangkan tangis Faith.
Laras pernah mengatakan pada Vladimir bahwa saat ini dia bisa tidur sendiri tanpa harus ditemani Vladimir, dia beralasan tidak ingin mengganggu tidur laki-laki itu setelah lelah bekerja seharian.
Namun Vladimir mengatakan tidak masalah, dia justru merasa sepi jika tidak mendengar tangis Faith. Entah itu hanya alasannya atau memang tulus dari hatinya, namun sejak Faith lahir, belum pernah sekalipun laki-laki itu melakukan percintaan kembali dengannya.
Laras teringat alasan laki-laki itu melakukan hal itu karena sangat menyayanginya. Kini dia mulai menyadari, bahwa Vladimir memang tulus mencintainya. Dia pernah menyarankan agar Laras menyelesaikan persoalan rumah tangganya dengan Aldi, dengan senang hati dia akan mengantar wanita itu ke Amerika, namun Laras menolaknya.
Bukan karena Laras takut, namun dalam hati kecilnya dia masih mencintai Aldi dan tidak berniat untuk bercerai. Dia mengalami dilema karena dengan statusnya saat ini mereka tidak bisa melakukan pernikahan kembali.
Saat ini dia harus memikirkan kembali status itu, apalagi ada Faith. Laras terbangun saat merasa keningnya dicium seseorang, dia tidur belum terlalu lama. Saat membuka mata, dia melihat Vladimir sudah tersenyum kepadanya.
"Kau tampak lelah." Laras tersenyum karena kedapatan terlelap di samping Faith. Yang dia rasakan memang saat itu sangat lelah. "Kau sudah makan?" tanya Vladimir. Laras menggelengkan kepalanya.
"Kita makan, aku akan memanggil pengasuh guna menjaga Faith, ingat Laras, kau sedang menyusui dan harus banyak makan agar produksi air susumu berlimpah," nasihat Vladimir. Laras mengangguk sambil mengikuti Vladimir dari belakang.
Tak lama pengasuh masuk ke kamar mereka. Mereka menuju meja makan. Sejak delapan bulan usia kandungannya, Vladimir memang selalu pulang ke rumah untuk makan siang. Hanya ketika ada relasi dia tidak pulang untuk makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNALDI, The Man Who Will Fight For My Honor
Roman d'amour[🔥WARNING 21+] Dia sangat mencintai istrinya. Cinta yang tulus dan murni seluas samudra. Tapi, ketika istrinya mengkhianati masihkah ada kata maaf darinya? Ujian cinta baru mereka hadapi setelah menikah. Akankah mereka bisa melalui segala prahara d...