[30] Road Trip

833 183 14
                                    

"Lelah?" Taeyong bertanya sambil menyembulkan kepalanya keluar kaca bus.

Dia berbicara dengan Jungkook yang duduk di kursi pengemudi truk yang diparkir di seberangnya.

Jungkook menggelengkan kepala, "Aku masih bisa menyetir." 

"Belokan berikutnya adalah belokan terakhir sebelum rumah Pak Siwon berada." 

"Sebentar lagi sampai?!" teriak Rosé sedikit antusias dari samping Jugkook. 

"Tidak," kata pengawal itu, "Masih butuh setengah jam untuk sampai ke sana."

Taeyong tertawa dan menoleh sebentar ke dalam bus, "Kurasa ibumu banyak memasukkan ke dalam tempat makan." 

"Dia tahu aku kelaparan. Naluri ibu." canda Rosé.

"Dia tahu kamu kelaparan!" jimin berteriak ketika dia mengintip dari baris kursi pertama. Dia masih duduk di samping Yeri.

"Apa dia juga tahu kalau aku akan membunuhmu?!!"

Jantung Jungkook berdetak cepat karena dialah yang langsung mendengar suara nyaring Rosé. 

"Yak! Jangan tunjukkan wajahmu! Aku ingin makan!"

Jimin tidak membalas saat dia merasakan ketukan Wendy di bahunya. 

Dia membawa dua tempat makan berisi makanan untuk Rosé dan Jungkook.

Taeyong meninggalkan pintu untuk memberi jalan kepada wanita itu.

Wendy tersenyum dan menyerahkan kedua tempat makan itu kepada Jungkook, "Japchae, dan ini mangga." 

"Ada mangga?! Love you, Mommy!" Rosé merebut tempat makan berwarna biru yang berisikan mangga. 

Jungkook hanya menggelengkan kepala dan menutup jendela. 

Saat bus mulai berjalan, dia juga mulai kembali menyetir.

Mereka berbelok seperti yang dikatakan Taeyong, dan di sana tidak ada bangunan dan lampu jalan hanya ada  beberapa yang menyala.

Rumah gubernur Siwon yang mereka akan datangi terbilang dekat dengan hutan. Jadi wajar tidak banyak bangunan di sana.

Karena matahari telah terbenam sepenuhnya, lampu depan mereka nyalakan untuk melihat keadaan sekitar.

"Kamu mau menyalakan lampu ini?" Jungkook menunjuk lampu kecil yang berada di dalam truk.

"Tidak, tidak apa-apa. Lampu depan kita menyala." jawab Rosé sambil tetap menatap ke depan.

Meskipun dia mengantuk, dia tidak bisa tidur dan harus menemani Jungkook di tengah gelapnya malam.

"Kamu tidak akan mendapat serangan panik atau apa?"

Rosé menoleh sedikit tapi tetap menyandarkan kepalanya di kursi, "Selama aku melihat cahaya."

"Tapi aku suka jendelanya turun." Rosé tersenyum lalu menurunkan jendela di sampingnya lebih rendah lagi. 

Di saat yang sama, dinginnya angin malam, kesunyian yang memekakkan telinga di sekitar juga menyambut mereka.

Hanya suara mesin bus depan dan truk yang mereka tumpangi yang terdengar.

"Rasanya... normal." bisik Rosé dengan mata terpejam saat ia merasakan angin menerpa wajahnya.

"Seperti semuanya baik-baik saja." 

Saat-saat ketika dia pulang dari sekolah atau di malam hari terlintas di benak gadis itu. 

Jika kalian tidak memikirkan apa yang terjadi pada siang hari, malam ini sepertinya biasa saja.

Zombie Apocalypse ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang