Sunoo sedikit takut. Ini pertama kalinya dia ke rumah Ni-ki. Iya sih bersama Ni-ki nya juga, tapi kan tetap saja dia deg-degan tidak karuan. Dia juga tidak pernah bertemu ibu Ni-ki secara langsung, bahkan sejak saat Ni-ki les padanya dulu.
Mengingat fakta bahwa ibu Ni-ki adalah alpha, Sunoo jadi agak khawatir. Sudah merupakan rahasia umum kalau laki-laki omega sudah pasti akan dianggap rendah oleh perempuan alpha. Bahkan kakaknya pun begitu ke pria-pria omega selain dirinya. Perlakuannya berbeda daripada mereka memperlakukan pria alpha.
Entahlah kenapa wanita-wanita alpha tidak menyukai pria-pria omega. Mungkin karena para omega ini dianggap saingan? Entahlah, Sunoo tidak mau terlalu memikirkannya. Dia sih tenang-tenang saja karena kan alpha nya sudah jelas siapa, dan beruntung sekali dia tidak ada saingan sama sekali. Ni-ki kan bucin berat padanya, hehe.
"Kenapa cengengesan sendiri?" tanya Ni-ki diiringi seringai geli.
Sunoo malah tertawa kecil. "Engga kok. Aku cuma kepikiran sesuatu."
"Kepikiran apa hm? Memikirkan aku?"
Sunoo berdecak, berlagak kesal. Padahal kan aslinya benar kata Ni-ki. Memang siapa lagi yang selalu memenuhi isi kepalanya kalau bukan bocah bermata kucing ini?
"Oh ya Riki, ibumu itu masih kerja ya? Atau di rumah mengurus Yuki?"
"Tidak ada ceritanya alpha betah diam di rumah, Sunoo. Tentu saja dia kerja. Bahkan dia baru cuti kerja 5 hari sebelum melahirkan Yuki, baru kerja lagi 3 hari setelah melahirkan. Ibu tidak pernah diam di rumah, selalu sibuk di kantor, perjalanan dinas, dan liburan kemanapun yang dia suka."
"Lalu Yuki, siapa yang mengurus?"
"Pengasuh. Orang yang sama yang mengasuhku dulu."
Sunoo tampak kecewa dengan jawaban Ni-ki. Seriusan, dia agak kesal dengan ibu Ni-ki, bisa-bisanya tidak mengurusi anaknya sendiri, malah asyik kerja dan jalan-jalan. Untung kakaknya tidak begitu-begitu amat meskipun alpha. Sudah mulai sering di rumah untuk mengurus anaknya ketimbang sibuk mengurus kerjaan.
Ni-ki tersenyum geli melihat ekspresi Sunoo. Jiwa keibuannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Sudah benar-benar kelihatan kalau Sunoo adalah tipe omega yang sangat pengasih dan suka momong anak kecil. Ni-ki tidak heran Yuki bisa cepat nyaman dengan Sunoo, karena dulu diapun merasa begitu dengan Sunoo remaja.
Tak lama kemudian mereka telah sampai di depan rumah Ni-ki. Mereka melepas sabuk pengaman dan turun. Ni-ki meraih tangan omeganya untuk digandeng sambil memimpinnya memasuki rumahnya.
Sunoo membuntuti Ni-ki sambil melihat-lihat sekitar. Terkagum dengan pekarangan depan yang tampak asri seolah-olah mereka berada di Jepang. Rumput hijau yang menghampar seperti karpet, kolam ikan koi beserta jembatan kayu, lampu-lampu berdesain tradisional, pepohonan, bonsai, yang seluruhnya tampak begitu apik ditata sedemikian rupa. Memanjakan mata, membuat Sunoo seketika lupa dengan kekhawatirannya.
"Oh, ibu."
Sunoo refleks menoleh saat mendengar Ni-ki berseru. Foxy eyes nya melebar ketika mendapati seorang wanita dengan kunciran ponytail dan seragam kantoran elegan yang melekat di tubuh tinggi rampingnya, tampak sedang duduk di meja makan, berhadapan dengan Yuki yang sedang makan sendiri.
Sunoo langsung terfokus pada mata kucingnya yang menatap tajam, begitu mirip dengan mata milik Ni-ki dan Yuki.
"Siapa yang kau bawa itu?" tanya wanita itu dengan dahi berkerut.
Sunoo buru-buru membungkuk 90 derajat. "Selamat pagi, Nyonya. Saya Kim Sunoo, gurunya Yuki."
"Kim Sunoo?"