Bab 22

15 3 0
                                    

Eits sebelum baca chapter ini, sudah kah kalian ngevote chapter sebelumnya?

Kalo belum monggo divote dulu yaa, terima kasih :)

Hari Sabtu tiba dengan cepat, mengiringi kisah Ali yang dipenuhi latihan pramuka. Namun, semangatnya terasa pudar karena kekasihnya, Nayla, harus absen dari latihan. Nayla terpaksa absen karena acara keluarga di kampung halamannya yang tidak bisa dihindari.

Ali, yang biasanya penuh semangat, kini merasa kurang bersemangat tanpa kehadiran Nayla. Gelisah merayapi pikirannya karena hingga tengah hari, tidak ada kabar dari Nayla. Jam 12 siang telah berlalu, seharusnya Nayla sudah mendarat di tanah, tetapi tidak ada satu pun pesan darinya. Ali menjadi semakin gelisah dan khawatir.

Terakhir kali Ali mendengar dari Nayla adalah bahwa penerbangannya mengalami delay karena cuaca buruk. Awalnya, Ali berencana untuk mengantarkan Nayla ke bandara, tetapi Nayla menolak tawarannya dengan alasan bahwa latihan pramuka lebih penting baginya. Sebagai gantinya, Nayla berjanji akan menelpon Ali segera setelah mendarat.

Dikha merasa kesal dengan Ali karena tidak merespons panggilannya. Akhirnya, Dikha menghampiri Ali, "Hei, Li, bengong mulu kerjaannya. Temenin gue ke Dinsos, gue disuruh sama Bang Obby buat ambil barang buat acara saka dirgantara besok. Elu gak lupa kan kalo lu, Ocha, sama gue ikut acara saka dirgantara besok?"

"Ah, maaf-maaf, iya gue inget kok. Mau berangkat sekarang gak? Mumpung lagi jeda istirahat," kata Ali dengan rasa bersalahnya karena sering bengong hari ini.

"Tahun depan? Yaa sekarang lah. Udah ditunggu sama Bang Obby tuh," kata Dikha dengan raut wajah agak kesal.

"Oke, bentar gue ambil motor dulu." Ali melangkah cepat menuju tempat parkir, di mana motornya tertinggal. Dikha sudah menunggu dengan raut wajah yang agak kesal.

Dikha hanya mengangguk, dan keduanya bergegas menuju motornya. Ali melaju dengan penuh semangat, membawa Dikha menuju kantor Dinas Sosial, tempat Bang Obby bekerja. Ali yang mengendarai, karena Dikha lupa arah.

Perjalanan mereka menuju Dinas Sosial tidaklah singkat, terutama dengan hambatan kemacetan yang mereka hadapi. Meski demikian, Ali dan Dikha tetap bersemangat dan bercanda di sepanjang perjalanan. Akhirnya, setelah melalui perjalanan yang agak lama, mereka tiba di tujuan.

Turun dari motor, mereka bergegas masuk ke kantor Bang Obby. Ternyata, tugas mereka tidak semudah yang diharapkan. Mereka harus membawa dua kotak besar ke sekolah. Kerepotan mulai terasa ketika mereka menyadari bahwa motor adalah satu-satunya sarana yang mereka punya.

Dikha melihat jam tangan yang menunjukkan pukul 13.00. Pantas aja perut Dikha minta diisi hingga terdengar oleh Ali. Ali terkekeh lalu berkata, "Hahaha cacing-cacing lu minta diisi tuh".

"Hehehe iya nih nanti kita mampir ke Mcd atau KFC gitu, keburu gak?" Dikha menyengir.

"Keburu kok."

Mereka memutuskan untuk segera menuju restoran makanan cepat saji, dengan Dikha memegang erat kedua box yang berisi barang bawaan. Untungnya, perjalanan ke restoran tidak begitu terhambat oleh kemacetan, karena tempat tersebut tidak terlalu jauh dari sekolah.

Setelah tiba di restoran, Ali dengan cekatan memarkirkan sepeda motornya, sementara Dikha masih memegang dua box tersebut. Ali kemudian membantu Dikha menurunkan box-box tersebut, lalu dengan sigap membuka jok motornya. Ali ternyata membawa tali pramuka, yang digunakan untuk mengikat box-box tersebut di motor, menghemat tenaga mereka.

Dikha dengan sigap membantu Ali mengikatkan box tersebut dengan tali pramuka. Setelah selesai, mereka masuk ke dalam restoran dengan ringan hati. Saat di dalam, mereka duduk di meja yang nyaman. Dikha duduk santai, sambil memainkan ponselnya, sementara Ali sibuk menunggu pesanan mereka berdua.

MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang