14. Senyum

34 12 103
                                    

Sejak pertengkaran antara Randu dan Brian di kelas, Randu tak berani kembali lagi ke kelas, tepatnya ia merasa muak tinggal di kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak pertengkaran antara Randu dan Brian di kelas, Randu tak berani kembali lagi ke kelas, tepatnya ia merasa muak tinggal di kelas. Ia duduk dengan kaki seloyoran memandang hamparan rumput liar di belakang sekolah.

Mungkin tuhan masih berbaik padanya hingga ia tak menjadi orang gila karena masalah ini, ia terlalu lelah memikirkan dendamnya yang masih belum bisa terbalaskan.

"Horor!" Suara itu mampu membuyarkan lamunan Randu, ia menoleh ke arah orang yang baru saja bersuara itu, kaki pendek itu berjalan ke arah Randu yang masih setia duduk di sana.

"Kenapa Lo gak balik ke kelas? Pengecut!" Randu mengeram ketika mendengar ucapan menyebalkan itu.

"Gimana keadaan nyokap Lo?"

"Terapi ampuh untuk menyembuhkan itu, ajak dia jalan-jalan keliling rumah sakit, gue yakin dia bakal lebih baik," Randu masih terdiam, jika membahas pelik keluarga ia merasa tak becus.

Karena kesalahan, ia tidak hanya mengorbankan satu orang, tapi tiga orang keluarga yang sekarang sangat berantakan.

"Apa emang gue terlihat sangat pengecut?" Suara berat Randu berhasil keluar, cowok itu nampak sangat sendu bahkan sangat berantakan.

"Bukan pengecut, tapi kejam," ralat Nessa, ia mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya dan menyodorkan kertas kecil itu ke arah Randu.

"Itu nomor ponsel gue, jangan di bagi orang lain," Randu menatap sejenak kertas putih itu dan mengalihkan pandangannya ke arah Nessa yang masih diam menyodorkan kertas kecil itu.

"Bacot Lo," Nessa mendegus sebal, Randu selalu saja tidak tahu diri, untuk apa juga ia harus ke sana menghampiri cowok gila itu.

Nessa bangkit dari duduknya menatap langit-langit yang sudah agak sore, kemudian melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 3 sore.

"Lo mau pulang?" Randu ikut berdiri ketika melihat Nessa juga berdiri.

"Baik-baik yah, gue harus pulang ada urusan mendadak," Nessa berlari kecil meninggalkan Randu, Randu juga enggan mau tahu menahu tentang cewek itu.

Sesuai janji kemarin lusa, ia harus bertemu orang itu di persimpangan jalan dan tugas terakhirnya sebelum ketemu adalah mengawasi Randu, ia pikir Randu anak TK harus di awasi.

Terlihat mobil sedan putih yang sudah pasti cukup lama menunggu di sana, ia hampir berlari tapi tangannya tiba-tiba di cekal membuatnya urung.

"Lo jatuhin ini!" Nessa menahan nafas ketika melihat sosok itu kembali menghampirinya, ia hampir saja ketahuan.

"Itu bisa di buang, lagian gak penting juga," Nessa melempar senyum kakunya, kertas sialan.

"Kalau misalnya ke sebar ke orang lain, Lo bisa nanggung Lo gak di teror sama mereka!"

"Lo simpan aja, kan bisa," Randu melirik kertas itu lalu kembali melirik Nessa.

"Kenapa Lo ngasih ini ke gue?" Nessa terdiam sembari mengigit bibir bawahnya grogi, jujur saja ia tak bisa menjawab pertanyaan itu. Apalagi sekarang ia ada janji dengan seseorang.

X-Silent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang