54 10 6
                                    

Tak butuh waktu lama bagi para murid mengisi perut mereka setelah tiga jam lebih berkutat dengan buku, meja serta papan tulis dan materi, karena bel istirahat telah berbunyi.

Sialnya meskipun begitu tak menyurutkan usaha sang guru untuk mengajar lebih dari biasanya, mengatakan bahwa tinggal sedikit lagi baginya untuk menjelaskan materi—menyita jam istirahat yang ditunggu murid-murid.

Padahal waktu telah berlalu dua belas menit dari biasanya, namun sang guru tak kunjung berhenti, membuat beberapa murid mulai jengah sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Seolah memberi tanda bahwa mereka sudah merasa lapar.

"Baiklah, pelajaran berakhir sampai sini. Silahkan istirahat!"

Sepertinya kalimat itulah yang ditunggu para murid kelas 3D yang ruang kelasnya berada paling ujung untuk penempatan kelas tingkat tiga.

Mereka bersorak dalam hati sambil cepat-cepat membenahkan alat belajar mereka, setelahnya berjalan beriringan dengan teman sekelompoknya menuju kantin.

"Weijin, kau tak ingin istirahat?" tanya seorang gadis pada teman di samping mejanya.

Gadis itu tersenyum tipis lalu beranjak setelah menaruh alat tulisnya di tas. Ia menghela nafas lalu setelahnya berkata.

"Aku baru mau istirahat, ayo!" ajak gadis itu.

Remaja berusia tujuh belas tahun dengan rambut sebahu itu mengangguk, ia berpegangan dengan temannya lalu berjalan riang seperti anak TK menuju kantin.

Setibanya di sana suasananya cukup ramai diisi para siswa yang mengantri untuk mendapat makanan, beberapa dari mereka yang berada dibarisan tampak berkelahi karena makanan yang seharusnya diberikan kepada dirinya malah di berikan kepada seseorang yang secara langsung menyerobot antrian.

Dua gadis itu bisa mendengar suara gaduh dari jarak beberapa meter di depan mereka.

"Lingmi, kita pindah ke tempat lain saja," ajak Weijin.

"Tapi bagaimana dengan makanan kita? masa kita harus kalah dari mereka!?" ujarnya sembari menunjuk antrian yang tampak kacau.

Beberapa kali gadis bernama Zhao Lingmi itu menghentakkan kakinya kesal karena perutnya sudah berbunyi sejak tadi.

"Kalau bukan karena pak guru kita pasti tidak akan terlambat mendapatkan makanan!" keluh gadis itu, lagi.

Sudah beberapa kali gadis berambut pendek itu menggerutu tak jelas, membuat gadis di sampingnya tampak jengah. Matanya terus menatap ke arah antrian yang sudah tak sesuai, para siswa saling mendahului, seolah tata krama belum ditemukan di sekolah.

Maniknya kini menatap temannya yang menggembungkan pipinya sembari menatap kesal pada antrian.

"Sekarang harus bagaimana Huang Weijin!?" tanya nya.

Weijin menggosok-gosokkan telinganya yang pengang karena ucapan Lingmi yang berbunyi tepat di daun telinganya.

"Hah...yasudah lah, kita beli beberapa makanan ringan saja lalu kita pindah ke taman sekolah," usul gadis itu.

Lingmi tampak berpikir sebelum ia mengangguk dan mengatakan 'ya', akhirnya mereka berdua sepakat membeli beberapa cemilan yang ada di kantin.

Mereka sekarang berjalan menuju taman sekolah, melewati hingar-bingar yang dilalui oleh keduanya, mereka tampak asyik berbincang sesekali tertawa dan menepuk bahu karena yang mereka obrolkan tampak lucu.

Namun semuanya terhenti dengan ringisan Weijin ketika sebuah bola basket melambung tinggi mengenai kepalanya saat mereka berjalan melewati lapangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ama no jaku (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang