You Know It Hurts 9.0

3.4K 562 89
                                    

Comment sama vote apa tidur di temenin poci hayo?

---

"Jadi, bisa kau jelaskan kenapa kau ingin sekali pergi ke Three Broomstick? Di tengah-tengah salju selebat ini pula."

Hermione merapatkan syal di lehernya. Memandang kesal ke arah remaja dengan luka petir di dahi nya.

"Yeah, mate. Kau kan biasanya lebih memilih tidur dengan selimut tebal daripada keluar di cuaca se-gila ini." Tambah Ron yang semakin mengapit kedua lengan nya pada ketiak. Merlin, sudah seminggu memasuki musim dingin, jelas saja salju sedang kejam-kejam nya turun dan menghalangi jalan. Mungkin nanti dia harus meminta maaf pada Lavender karena sudah membatalkan kencan mereka.

Yang mendapat protes kini sedang berusaha bernapas di tengah hidungnya yang mempat. "Dumbledore menyuruh ku untuk akrab dengan Slughorn. Jika berhasil, aku akan mendapatkan banyak informasi tentang Voldemort." Jelasnya dengan napas terengah-engah. Tangan nya yang hampir membeku membuka kenop pintu three broomstick. Mempersilahkan kedua teman nya untuk masuk duluan.

"Aku ekstra jahe." Ucap Hermione saat Harry beranjak untuk memesan menu. Pemuda itu hanya mengangguk. Berjalan menuju loket antrian.

"Kurasa aku tahu mengapa dia meminta kita ke sini." Ron tersenyum miring. "Arah jam 2."

Hermione menolehkan kepala nya ke kanan. Menatap Harry yang bukan nya antri tapi malah mengobrol asik dengan gadis keturunan china tak jauh dari mereka. Yah, wajar sih jika mereka mengobrol, lagipula juga status nya sebagai sepasang kekasih. Tapi tak wajar jika tiba-tiba kau berciuman sambil berdiri, di tempat umum pula.

Gadis itu begidik jijik, namun tak lama matanya menangkap sosok dengan pakaian hitam tengah berdiri di balik pilar penyangga kayu. Menatap sayu arah yang sama dengan nya. Mata Hermione membola. Sejak kapan Draco berdiri di sana? Orang itu yang ternyata menangkap sinyal matanya balik menatap Hermione. Tersenyum pedih dan berbalik meninggalkan toko. Ah, dia tahu bagaimana rasa itu.

Karena sekarang dia juga merasakan nya.

"Mione, jahe nya tidak cukup. Jadi ku pesan yang biasa."

"A-ah? Oh begitu. Iya tak apa." Balasnya gagu. Dia masih terkejut dengan apa yang baru saja terkejut. Hei, dia tahu Harry memang nakal. Raja pelanggar aturan di tahun mereka. Tapi, tetap saja teman nya ini termasuk polos. Dan dia baru saja berciuman di depan semua orang. "Harry, boleh aku bertanya?"

"Oh, tentu. Kau ingin-"

"Harry?" Panggilan seorang pria cukup tua membuat pembicaraan mereka terpotong. Horace tersenyum ramah seperti biasa, menyapa dan menanyakan keadaan mereka bertiga. Well, hanya Harry sebenarnya. Memang sih, bukankah Horace memang sangat menyukai anak ini?

Hermione menarik napas dalam-dalam. Memikirkan kejadian yang baru beberapa menit lalu terjadi. Mungkin dia harus berbicara pada Draco nanti. Menahan anak Ayah itu agar tak terlalu cepat menyerah.

•••

"Draco!" Ceplos Hermione tiba-tiba begitu melihat orang yang dia cari sedang bersandar di pilar ujung koridor. Tak memperhatikan bahwa lelaki itu sedang bersama dengan seseorang. "O-oh, sepertinya aku menganggu. Nevermind, aku akan kembali nanti saja." Ucapnya kemudian berbalik.

Draco buru-buru mencekal tangan gadis dengan rambut gelombang itu. Lalu menoleh pada adik kelasnya, sekaligus calon tunangan nya. "Aku pergi. Dan jangan lakukan kebodohan apapun. Itu termasuk dengan ketika kau tersenyum konyol ketika aku lewat." Draco berdecih, kemudian menarik Hermione menjauh dari sana.

"Hm, aku tak tahu kau dekat dengan anak itu." Hermione menyandarkan punggungnya ke armillary sphere raksasa di ruangan itu. Menara astronomi. Markas mereka berdua biasanya mendiskusikan suatu hal. Tak hanya tentang bagaimana mengembalikan ingatan Harry, atau memikirkan cara agar Ron peka pada Hermione. Tapi juga dalam pelajaran, pengetahuan umum, atau mungkin misteri dan rumor di dunia sihir. Yah, mereka cukup akrab. Hermione sendiri juga sudah melupakan sakit hatinya yang dulu sering di ejek Draco MudBlood.

The One That Got Away | DRARRY [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang