26. Aneh Tapi Nyata

213 21 2
                                    


Gadis itu sedang merangkak dan memunguti tasnya yang berada dalam selokan. Aroma tidak sedap yang berasal dari selokan tersebut sangat menggangu penciuman.

Wajahnya terisak ketika tiada seorang pun yang ingin membantunya, padahal banyak sekali murid-murid yang melewatinya. Miris sekali hidupnya, dari awal hingga akhir sekolah di sini tak ada yang menyukainya.

Sejak awal dia sudah bisa menduga siapa pelaku yang melakukan ini semua, siapa lagi kalau bukan Ratu bully di Galaxy International School.

Ia melewati koridor sambil sebelah tangan menjinjing tas yang sudah sangat kotor dan begitu bau. Harus minta tolong kepada siapa dirinya saat ini? Percuma saja jika meminta bantuan, mereka tidak akan ingin membantunya yang pasti.

Pergi ke wc sekolah lebih dulu untuk membersihkan tasnya, setelah itu baru ia kembali ke kelas.

Ketika sampai di kelas, air wajahnya berubah menjadi merah padam memendam berbagai amarah. Sorot matanya langsung tertuju pada gadis yang rambutnya di kuncir kuda, tak lupa pula dengan sifat angkuh yang di milikinya.

Perlahan ia mendekati Amel yang sedang terduduk dan asik berbicara.

"Seharusnya kalau lo di sakiti itu ngelawan jangan diam aja," ucapan Bima terasa terus terngiang-ngiang di telinganya. Bagai kata untuk bangkit dan berhenti dari pasrah secara terus-menerus.

Keberanian penuh pada dirinya, gejolak emosi semakin menjadi.

Pikirannya sudah di kalahkan oleh amarah, seperti sudah tidak bisa lagi berpikir secara sehat.

Langsung saja Sisi mencekal kera baju Amel. Karena terkaget Amel langsung berdiri.

Tanpa hitungan, Sisi menampar wajah Amel secara kuat. Pasti akan terasa hangat di pipi Amel.

Amel meringis dan memegangi wajahnya.

"Maksud lo apa?!" Tanya Amel naik darah.

"Dasar manusia licik!" umpat Sisi. "Pengecut banget jadi manusia, kerjaannya tiap hari cuman membully manusia lemah."

Hampir semua Siswa Galaxy International School pun berkumpul di depan kelas XI MIPA 1, karena mereka di gemparkan dengan keributan.

"Terkadang kita harus bersikap biasa, agar tidak lupa jika kita hanyalah manusia." tutur Sisi.

"Kamu pikir dunia ini milikmu, sehingga kamu bisa berbuat semena-mena?!" tanya Sisi melipat tangan di depan dada, terlihat lawan bicaranya sedang merasa ketakutan.

"Sifat angkuh, sombong dan licikmu itu tidak dapat menjamin kamu di sukai oleh beberapa orang," Sisi semakin memajukan wajahnya agar lebih dekat dengan Amel. "Mereka menyukaimu mungkin hanya karena harta dan ingin memanfaatkan mu saja sehingga mereka takut padamu, karena dengan uang semua dapat di lakukan." bisik Sisi membuat mereka yang dapat mendengarnya berasa merinding.

Sepasang mata yang di miliki seorang pria yang turut menonton percekcokan saat ini mendadak terbuka lebar seperti ingin meloncat dari tempatnya. Ia pikir selama ini Sisi adalah sosok gadis pendiam dan selalu pasrah dengan keadaan.

Benar, jika seorang pendiam langsung berbicara dapat membuat semuanya menjadi membeku.

Tiba-tiba seorang Guru Bk datang ketika mendengar sedang terjadi keributan.

"Semuanya bubar dan kembali ke kelas masing-masing." Intruksi dari Guru Bk membubarkan kerumunan.

"Kalian berdua ikut saya ke ruang Bk,"

Keduanya langsung saja menuju ke ruang Bk.

"Apa yang sedang terjadi?" tanya Guru Bk tanpa basa-basi.

Sisi melirik ke arah Amel yang ingin berbicara, sepertinya ia ingin memutar balikkan fakta dan mulai memainkan sandiwaranya. Dengan sigap Sisi langsung bersuara lebih dulu, ia tidak boleh kalah gertak oleh Amel.

"Ini salah dia Buk," ucap Sisi memandang Amel.

"Apa benar ini semua salah kamu Amel?" tanya Guru tersebut pada Amel.

"Bu-..." ucap Amel.

"Jangan mencoba untuk menyelimuti kebenarannya," ucap Sisi terlihat santai.

"Dia telah membully saya selama ini Buk," jujur Sisi.

"Sebenarnya kasus bully sudah biasa dan sering terjadi di sekolah ini, tapi untuk kali ini saya akan menindak lanjutin karena perbuatan kamu sudah keterlaluan, dalam waktu satu bulan ini sudah ada 5 kasus yang melapor jika kamu pelaku dari pembully." kata Guru Bk panjang lebar.

Sisi merasa penuh kemenangan, jika kali ini Amel sudah kalah bertarung dengannya.

Jelas saja Amel mengumpat, bisa-bisanya ia kali ini bisa kalah takluk oleh Sisi gadis lemah yang mudah di bodohi.

Sisi pergi ke tempat biasa yang membuatnya tenang, di mana lagi kalau bukan rooftoop.

Seakan berasa bersalah ia saat ini, bisa-bisanya mulutnya berbicara setajam silet tadi itu.

Ia seperti kesetanan, semua tadi bagai bukan jiwa aslinya.

Dirinya sudah tidak dapat mengontrol emosi sehingga amarah meledak dan semakin menjadi-jadi.

*****

Wajah Amel berubah menjadi kusut. Karena ia akan di skor selama 3 bulan, itu bukanlah waktu yang singkat. Bisa-bisa tahun ini ia tidak bisa lulus karena perbuatannya sendiri.

Kali ini Amel yang menjadi pusat perhatian. Ia tidak merespon semua tatapan sinis.

Sampai di kelas pun masih di sambung dengan tatapan tidak senang.

Amel mencari Mira dan ingin mendekatinya namun Mira malah menjauhinya.

"Ternyata selama ini gue salah dalam menilai, seharusnya yang patut di benci di sekolah ini adalah lo bukan Sisi. Kami menyesal karena mau saja mengikuti semua hasutan lo untuk menjauhi Sisi," Mira menjauh ketika Amel ingin mendekatinya.

Amel langsung saja keluar kelas dengan kaki di hentakan secara kuat.

*****

Sisi kembali ke kelas dengan sebagian Siswa-Siswi tersenyum ramah padanya. Ini memang aneh tapi ini memang nyata.

Mira seperti bergerak mendekati Sisi yang terduduk di kursi deretan belakang yang berada di pojok kiri kelas.

"Si gue minta maaf atas semua kesalahan dan kejahatan yang pernah gue lakukan," Mira seperti merasa bersalah.

"Sebelum kamu meminta maaf kepadaku aku sudah memaafkanmu. Jadi tak perlu minta maaf, jangan sesali dengan apa yang terjadi. Tapi, sadari apa yang pernah terjadi." balas Sisi tersenyum.

"Jika kamu bertemu Amel, bilang ke dia jika aku ingin menyampaikan maaf padanya karena aku dia jadi di skor." Sisi tertunduk karena merasa bersalah.

"Lo nggak perlu minta maaf padanya, anggap saja ini semua caramu untuk membantunya agar menjadi manusia lebih baik lagi."

"Tapi tetap saja aku merasa bersalah padanya, aku tadi benar-benar sudah di hasut oleh bisikan setan dan di kendalikan amarah."

Bagaimana tidak heran, Sisi yang baru sekali menyakiti hati seseorang ia begitu merasa bersalah. Lalu bagaimana dengan diri Mira dan Amel yang sering menyakiti berbagai perasaan orang lain, namun tidak ada tumbuh rasa bersalah dalam dirinya.

Mira salut pada Sisi. Pemeran protagonis memang berhati malaikat. Masih bisa bersikap baik pada karakter antagonis yang selalu menyiksanya. Bahkan dengan mudah dalam memaafkan.

Seperti berada di alam mimpi Sisi hari ini, semuanya tampak berbeda sangat berbeda dengan sebelumnya. Ia dapat melawan semua perbuatan Amel, ia juga di sapa oleh teman sekelas, berbicara secara asik dengan orang yang membencinya, dan kejadian aneh apa lagi yang akan terjadi selanjutnya.

*****

Sisi: Gadis Yang TersakitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang