Gemerincing bel yang berbunyi ketika tangannya menarik buka pintu sebuah kafe berdesain minimalis menyambutnya. Aroma kopi yang diseduh, serta samar adonan kue yang baru saja selesai dipanggang menyapa lembut indera penciumannya.
Brian mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang sepuluh menit lalu mengajaknya bertemu. Tak kunjung menemukan sosok itu, ia memilih melangkah menuju salah satu meja kosong terletak di sudut ruangan.
Barangkali terkena macet, batinnya.
Seorang pelayan mendatanginya dengan sebuah buku menu di dekapannya. Menyapa ramah lelaki itu sebelum akhirnya buku menu tersebut berpindah ke hadapan Brian.
"Dua iced americano. Tapi untuk yang satu, saya minta tambahkan satu shot lagi espresso dan untuk es nya dikurangi, ya? Makanannya saya mau satu tuna pastry dan satu slice cheesecake. Itu saja."
Seakan sudah dihafalnya di luar kepala, Brian menyebut menu pesanannya dengan lancar. Sang pelayan mengangguk paham, mencatat pesanan Brian lalu mengulangi sekali lagi pesanan lelaki itu sebelum pamit untuk membuatkan pesanannya.
Gemerincing lonceng kembali terdengar, menarik atensi Brian. Kepalanya sontak menoleh kearah pintu masuk, menemukan sosok yang sudah sepuluh menit ia tunggu.
Perempuan itu celingukan. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, seperti sedang mencari seseorang.
"Hana!" Brian memanggil perempuan itu sembari mengangkat tangan sebelah kanannya, yang di panggil seketika menoleh kearah sumber suara dan tersenyum lebar ketika akhirnya menemukan orang yang ia cari.
"Hai." Sebuah kecupan mendarat di pipi sebelah kanan Brian. Membuat lelaki itu berdehem pelan, menutup rasa malu yang memunculkan semburat merah pada pipinya.
"Sudah lama?" Sang perempuan bertanya lalu mendudukkan dirinya di depan Brian.
"Baru saja. Aku sudah pesankan tadi. Seperti biasa kan?"
"Iced americano, extra one shot espresso and less ice?"
Brian mengangguk, mengundang tepuk tangan dari Hana, "Woah, kau memang sesayang itu denganku, ya?"
Brian terkekeh pelan sembari menggelengkan kepalanya. Tak lama seorang pelayan kembali datang ke meja mereka. Menghidangkan pesanan Brian.
"Wah... Kau bahkan memesankan cheesecake?"
"Mencoba gaun seharian pasti membuatmu kelelahan. Kau juga butuh gula, selain kafein tentunya."
Hana tertawa pelan. Menarik sepiring cheesecake ke hadapannya lalu menyicipinya. Senyumnya terkembang ketika merasakan nikmatnya potongan cheesecake yang Brian pesankan untuknya.
"Maaf tidak bisa menemanimu. Tiba-tiba ada rapat mendadak."
"It's fine, Bri. Lagipula hanya fitting terakhir karena sebelumnya, kan, aku juga sudah fitting. Bagaimana rapatnya tadi? Lancar?"
Brian menaikkan kedua bahunya. Memakan tuna pastry miliknya sebelum akhirnya menjawab, "Begitulah. Bagaimana dengan persiapan yang lain? Bunga? Katering? Gedung? Semuanya aman?"
Sebelah tangan Hana mengusap tangan kiri Brian yang menganggur, "Semua sudah aman, Bri. Kau tak perlu khawatir."
"Syukurlah. Berarti tinggal menunggu hari H saja? Seminggu lagi, ya?"
"Empat hari lagi! Bagaimana sih, kok bisa lupa?" Hana menjawab tak terima.
Brian tertawa kencang, menyesap kopi miliknya, "Maaf. Aku lupa. Yasudah, cepat habiskan agar kita cepat pulang. Kau pasti lelah."
Keduanya lalu menghabiskan hidangan yang mereka pesan. Sesekali tawa keduanya terdengar ketika mendengar lelucon yang dilontarkan salah satu dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day and Night [Day6 Mature Oneshot]
Fanfic⚠️Some words in these stories might be harsh and triggering. Keep in mind to read it in your own risk. ⚠️Please just read this if you're already 21 or above. ⚠️Underage please step back!