Tibalah Sima di Desa Hiang Tinggi. Suatu Desa yang berada di sekitar lereng gunung Kerinci, masih asri dengan pesona kearifan penduduk yang sedang beraktivitas. "Desa Hiang Tinggi keliatan masih seperti dulu, tak ada perubahan besar disini". sambil memandang sekitar dengan tangan sedikit erat memegang tas yang cukup besar setelah turun dari bus.
Dikarenakan rumah Sima tidak berada di sisi jalan, akhirnya perjalanan dilanjutkan dengan setapak. sambil di iringi sapaan dari tetangga dan teman yang sedang di pinggirr jalan. "Wih Nak Rantau pulang" ucap pak Jami yang sedang rehat di sisi jalan sepulang bekerja dari kebun kelapa sawit. "iya, udah kangen aku makan tempoyak pak. " diiringin dengan senyuman Sima yang agak lebar sambil terus berjalan. Tak lupa Bu Ratyah si pemilik warung langganannya pun menyapa Sima."eeeh Nak Sima.... Udah pulang, kangen yo sama Ibu. Apa kebelet nikah?" dengan gaya humor yang masih sama seperti dulu waktu Sima masih kecil. Sima pun tertawa mendengar Bu Ratyah mengatakan perihal nikah. "Iyo bu, Sima kangen sama Datuk, sama Ibu. Tapi Sima belum ada rencana buat nikah. Belom ada jodoh. " dengan wajah yang tidak percaya bu Ratyah mengepiskan lengannya. "masa anak Setampan kamu ini sulit jodoh". Sima pun hanya terkekeh-kekeh sambil mengalihkan pembicaraan dengan alesan lelah, ingin cepat-cepat sampai kerumah.
Akhirnya tibalah Sima di Rumah, Ia pun melihat Datuk yang sedang santai di teras rumah. "Ba ! Aku pulang!" dengan nada sedikit berteriak. Datuk Pasak bumi pun bangkit dari kursinya menyambut kedatangan Sima. Sima pun langsung mencium tangan ayahnya itu. "gimana kabar mu nak, baik?" tanya Datuk. Alhamdulillah ba, Maaf kalo Sima tiba-tiba pulang, soalnya akhir-akhir ini banyak masalah di kehidupan Sima ba". Dengan tersenyum Datuk mengusap-uap pundak Sima. "Mending kamu istirahat dulu, ngobrol nya Nanti saja". Sima dan Datuk Pasak bumi pun masuk kedalam rumah.
BERSAMBUNG......
KAMU SEDANG MEMBACA
Cindaku - The Rise Of Legend
Historical FictionKetika Diri menyadari bahwa darah yang mengalir berwarna biru. Kehidupan biasa pun seketika berubah jadi Seru... Sima Anggara tak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui bahwa Generasi ke-4 Ksatria Harimau Cindaku berada didirinya. Sang legenda...