Bagian 1 dan 2, end

40 5 0
                                    

Diana melajukan mobil matic-nya dengan kecepatan sedang. Melewati jalanan yang dominan ditumbuhi pohon tusam, tinggi menjulang ke angkasa, membuat nyalinya sedikit menciut. Ia sering mendengar cerita mengerikan tentang daerah ini. Jika hari sudah gelap dan hujan turun--seperti malam ini--akan ada penampakan seorang lelaki dengan kepala nyaris putus dan hanya memiliki satu kaki. Makhluk itu akan  berdiri di pinggir jalan dan melambai-lambaikan tangan ke arah pengendara yang sedang melintas.

Diana tak berani menoleh kemana pun. Matanya lurus menatap ke depan sembari berusaha menyetir dengan fokus. Untuk mengusir rasa mencekam yang sedang dirasakan, Diana memutar MP3.  Terdengar suara Adele mengalun indah menyanyikan lagu Someone Like You. Ia bahkan dengan lancar mengikuti nyanyian itu.

Bunyi windscreen wiper terdengar samar-samar. Hujan mulai reda, menyisakan gerimis yang turun satu-satu. Beberapa ratus meter lagi ia akan melewati perkampungan. Menyadari hal itu, Diana mulai tersenyum lega. Merasa bersyukur, sebab tak berhadapan dengan makhluk penghuni pohon tusam.

Dari kejauhan Diana melihat sesuatu. Mata memicing untuk memastikan apa yang terlihat. Seorang wanita bercadar dengan mobil terparkir di bahu jalan melampai ke arahnya, seperti sedang membutuhkan pertolongan. Perlahan-lahan menghentikan laju kendaraan, lalu membuka kaca mobil.

“Ada apa, Mba? Apa yang terjadi?”

“Mobil saya kehabisan bahan bakar. Boleh saya menumpang di mobil Mba untuk membeli minyak diperkampungan depan?”

Refleks Diana mengerutkan kening. Suara itu terdengar aneh. Namun, ia tak mau berpikir yang bukan-bukan. Jiwa penolongnya muncul di saat yang tak tepat.

“Boleh, Mba, tapi kembali ke sini nanti dengan siapa?”

“Nanti saya akan menumpang di mobil yang lewat.”

Tanpa berpikir panjang, Diana langsung membuka pintu mobil. Namun, wanita itu tak beranjak dari tempatnya berdiri.

“Ayo, masuk.”

“Tunggu dulu. Koper saya ada di mobil. Saya tak bisa meninggalkannya di sana. Bisa bantu saya? Kopernya berat.”

Diana menarik napas dalam, lalu mengembuskan dengan pelan. Sepertinya, ia agak keberatan, tapi tak kuasa untuk menolak. Tanpa berkata lagi, ia turun, berjalan mendekati wanita yang berperawakan tinggi itu.

“Di mana kopernya?”

“Di sini.”

Diana terbelalak melihat benda yang dikeluarkan dari jubah sang perempuan. Naas, tanpa sempat menghindar, semprotan yang berbentuk cairan itu telah mendarat di wajah cantiknya. Seketika Diana rubuh. Sebelum jatuh ke tanah, sepasang tangan kekar telah menahan bobot tubuhnya.

***
Selasa, 22:00 WIB

Perlahan-lahan Diana membuka mata. Tangan kanan memegangi kening, sedangkan tangan kirinya mencengkeram sprei putih. Ia berusaha duduk, mencoba menegakkan punggung.

Ia memperhatikan sekeliling. Ruangan itu berbentuk persegi. Tidak banyak ornamen di sana, hanya terdapat satu ranjang besi yang sekarang sedang didudukinya, dan sebuah meja bundar di sudut kanan. Ruangan itu terkesan dingin dan mencekam. Ini … seperti ruangan isolasi.

Diana bangkit. Jalannya sempoyongan. Pengaruh obat bius masih terasa. Sebelum sempat tangannya menyentuh gagang, tiba-tiba daun pintu terbuka dari luar. Spontan Diana mundur beberapa langkah.

“Sia-pa, ka-u?” Kentara sekali, nada suaranya bergetar.

“Rileks, Honey. I’am, Jane. Aku ditugaskan untuk mendandanimu,” ucap Jane lembut. Ia mendekat. Diana gentar. Kembali mundur, hingga akhirnya tak bisa lagi karena terhalang dinding.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SANG TARGETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang