"Mari kita sudahi hubungan ini,"
Satu kalimat yang masih teringat jelas dalam ingatan.
Ia masih bisa merasakan hawa dingin yang menusuk di kala musim dingin telah datang, mengingat ketika butiran salju pertama di hari itu turun. Ketika itu, dua insan yang dulunya saling mencintai memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang sudah mereka jalin empat tahun lamanya.
Puk!
"Hinata," sebuah suara dan tepukan tangan pada pundaknya membuat wanita itu terperanjat.
"O-oh, Tenten-san." wanita bernama Hinata itu menoleh dan tersenyum tipis saat melihat Tenten.
Tenten -wanita yang tadi memanggil nya- menatap Hinata heran, "kau melamun" ujarnya.
"Maaf, tadi tiba-tiba saja aku teringat sesuatu." ucapnya meminta maaf, Hinata beralih menatap ke arah sebuah keranjang kecil yang Tenten bawa. "Apa itu?" tanya Hinata seraya menunjuk keranjang tersebut.
Tenten tersenyum lebar yang membuat kedua matanya menyipit, "aku membawakan beberapa roti kering untuk kakakmu." jelasnya, kemudian ia memberikan keranjang berisi roti itu pada Hinata.
Hinata menerima keranjang tersebut, ia dapat melihat semburat rona merah di pipi wanita itu saat mengatakannya. Sudah menjadi kebiasaan Tenten datang setiap akhir pekan dengan membawa kue buatannya, Hinata sudah paham betul akan tingkah laku sahabat kakak sepupunya itu, Neji. Datang ke Mansion Hyuga dengan membawa kue kering dan berdalih berkunjung yang sebenarnya hanya modus belaka.
"Neji-nii ada di ruangannya. Kalau kau mau menemuinya aku rasa sekarang ia sedang tidak sibuk," ucap Hinata yang sukses membuat Tenten menjadi salah tingkah.
"A-ah, kenapa tiba-tiba m-mengatakan itu?"
Hinata terkekeh dengan telapak tangannya yang menutupi mulutnya, "datangi saja. Aku yakin Neji-nii sudah tahu kau berada disini, Tenten-san." kemudian Hinata memanggil Kou, salah satu pelayan keluarganya untuk mengantar Tenten, meski ia tahu jika Tenten sudah hafal letak ruangan Neji.
"Terima kasih, Hinata-chan." ucap Tenten sembari melenggang pergi.
"Semoga beruntung," ujar Hinata membuat Tenten kembali merona.
Kemudian Hinata berjalan pergi keluar, ia menatap ke arah layar ponselnya. Sebuah notifikasi yang masuk membuatnya menghela nafas pelan.
"Kau akan datang kan, Hinata?"
Dalam hati ia mendumel enggan, hanya saja jika ia tidak datang bisa-bisa gosip yang tidak baik datang menghampiri-nya. Toh, Hinata juga sudah bersiap-siap dan berdandan sejak satu setengah jam yang lalu. Keraguan kerap kali datang, jika saja tidak karena paksaan sahabatnya, Kiba, maka sudah dipastikan Hinata tidak akan datang ke sebuah acara yang sudah teman-temannya persiapkan.
Hinata menancapkan gas mobil keluar area perkarangan Mansion Hyuga, dan melaju pergi ke tempat yang akan ia tuju.
Jalanan kota Tokyo tak sepadat biasanya, hari ini jalanan cukup senggang dan itu berarti tak membuat Hinata membutuhkan waktu lama untuk sampai ke tempat yang ia tuju. Mobilnya terparkir rapi pada tempat yang sudah di khususkan area parkir kendaraan beroda empat, setelah selesai memarkirkan mobilnya, ia berjalan keluar dan masuk ke dalam sebuah caffe.
Caffe itu tak ramai pengunjung, hanya ada sekitar dua sampai empat pengunjung saja yang datang. Mungkin saja karena hari ini caffe tersebut dipesan secara khusus oleh teman-temannya untuk acara kali ini.
"Hinata!" suara teriakan seorang pria membuat Hinata langsung menoleh, melihat siapa yang baru saja berteriak memanggil-nya.
Hinata dapat melihat Kiba yang melambaikan tangannya di udara, beberapa orang yang ia kenal juga berada disana. Kaki jenjangnya melangkah mendekat ke arah teman-temannya berada. Jantungnya berpacu lebih cepat dari pada biasanya, perasaan gugup tiba-tiba menjalar di hatinya, tangannya memegang erat tali tas selempang yang ia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Break Up [NaruHina]
FanfictionSebuah kisah yang masih berlanjut meski telah usai. Kedua insan yang dulu-nya pernah saling memadu kasih, kini memutuskan untuk saling berjalan membahui. Meski sudah saling berpisah, akan tetapi kenangan tetap hidup dalam hati. Perpisahan terkadang...