03 - Alice and Hanahaki Disease

80 9 2
                                    

Alice memiliki hanahaki disease. Ya, Ia jatuh cinta kepada seorang lelaki yang bersamanya sejak berumur 1 Tahun. Namun, Alice belum menyadari bahwa Ia telah jatuh cinta kepada lelaki itu dan Ia juga tidak tahu mengapa paru-paru nya terasa sesak dan terasa gatal saat Ia melihat lelaki itu tersenyum ke arahnya.

Alice saat berumur 14 tahun

“ALICEEE!!” teriak lelaki itu kegirangan. Alice hanya menatap nya aneh dan sangat terkejut ketika lelaki itu memeluk dirinya. Setelah pelukan mereka terlepas, Alice pun menunggu lelaki itu membuka suara.
“Gue juara 2 Olimpiade IPA, Al!” Lelaki itu kegirangan. Alice hanya tertawa kecil.
“Selamat yaa! Akhirnya lo bisa bawa nama sekolah kita ke tingkat nasional!” seru Alice.
“Kalo bukan karna lo juga, gue ga bakalan bisa juara, Al. Terima kasih udah bantuin gue belajar, hehe,” ucap lelaki tersebut.
“Gue juga bantuin lo karena lo yang minta, Bagas,” ucap Alice kepada lelaki bernama Bagas tersebut. Bagas mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Dunia berasa milik berdua ya!” seru Karina yang merupakan teman Alice. “Kita nya dianggap udara, nih!” sahut Arka teman Bagas. Alice dan Bagas pun saling pandang dan tertawa bersama.
“Yaudah, gue duluan ke kelas ya, Al! See you.” Bagas melambaikan tangannya kepada Alice dan Alice pun membalasnya. Bagas menghilang dari pandangan Alice.

Alice tiba-tiba merasa sedikit sesak. Alice terbatuk-batukdan memukul dadanya pelan. Alice merasakan ada sesuatu yang aneh pada paru-paru nya. Ia merasakan ada sesuatu yang tumbuh di dalam sana. Namun, Alice tidak yakin apa itu.

“Lo gapapa, Al?” tanya Karina yang sudah berada di sebelah Alice. Alice pun mengangguk. “Gue gapapa kok,” jawab Alice.

***

Alice saat berumur 17 Tahun

Alice dapat mendengar bahwa suara Bagas menggema di seluruh penjuru ruangan kelas. Meski kelas terasa berisik namun, suara Bagas adalah suara yang paling menarik perhatian telinganya. Alice pun melirik Bagas sebentar dan tersenyum kecil. Bagas menyadari bahwa Alice sedang meliriknya pun tersenyum kepada Alice dan kembali hanyut bersama teman-teman laki-lakinya.

Alice tiba-tiba merasa sesak dan pergi ke kamar mandi dengan cepat. Di kamar mandi, Alice terbatuk-batuk dan seperti berusaha mencoba mengeluarkan sesuatu. Tiba-tiba, beberapa kelopak bunga keluar tepat disaat Ia berhenti terbatuk.

Kelopak bunga Mawar Light Pink

Alice tersenyum kecil dan menyentuh salah satu kelopak bunga tersebut. Alice menyimpannya di saku rok nya. Alice sudah terbiasa menyimpan kelopak bunga yang keluar dari mulutnya karena, Alice ingin menyimpannya didalam sebuah buku. Alice tahu betul apa makna bunga tersebut. Alice tahu bahwa Ia akan selalu mengagumi lelaki tersebut. Karina tiba-tiba datang dengan nafas terengah-engah kepada Alice. Alice menatap Karina dengan penuh tanda tanya.

“Lo gapapa?” tanya Karina panik. Alice hanya tersenyum. Kedua matanya sedikit tertutup karena senyumannya. “Dih, malah senyum. Lo gapapa, kan?” tanya Karina kepada Alice. Alice hanya melihat kelopak bunga yang kini berada di wastafel. Karina mengikuti arah pandang Alice. Karina hanya mengangguk pertanda mengerti. Meski Karina tidak terlalu mengerti-mengerti sekali.

“Ayo balik ke kelas. Eh, tapi tunggu kelopak bunganya di buang dulu. Nanti kelihatan jejaknya,” ucap Karina sambil memunguti kelopak bunga mawar light pink dan membuangnya. Karina pun meraih tangan Alice dan membawanya kembali ke kelas.

Alice menatap Karina lekat-lekat. Ia tersenyum. Ia kembali mengingat memori-memori saat mereka berumur 16 tahun.

Alice dan Karina saat berumur 16 Tahun.

Alice saat ini berada di kamarnya sambil mendengarkan sebuah lagu dari laptopnya. Ia memandang ke luar jendela kamarnya. Tepat di sebelah rumahnya, terdapat rumah Bagas. Bahkan jendela kamar mereka saja berhadap-hadapan. Kadang kala, Bagas dan Alice berbicara melalui jendela.

Saat itu, Bagas berada di dalam kamar sambil memainkan gitarnya. Alice memelankan volume suara laptopnya dan mendengar petikan gitar dan suara Bagas yang tengah bernyanyi. Alice menikmatinya. Sangat menikmatinya. Suara Bagas sangat menenangkannya. Setelah merasa Bagas sudah selesai bernyanyi dan memetik gitarnya, Ia tersenyum kepada Bagas. Bagas membalas senyuman Alice.

“Gimana, Al? Bagus ga?” tanya Bagas melalui jendela.
“Bagus dan selalu bagus,” jawab Alice sambil bertepuk tangan.
“Hahaha, Thanks Al! Btw, gue turun dulu ya. Gue mau makan siang. Lo jangan lupa makan ya, bye!” Bagas pun menghilang dari pintu kamarnya seketika.

Setelah Bagas pergi, Alice tiba-tiba terbatuk dan sesuatu terasa semakin tumbuh di dalam paru-parunya. Alice merasa paru-parunya gatal dan sesuatu memaksa ingin keluar saat itu. Alice mengeluarkan beberapa kelopak bunga berbeda. Alice sulit untuk bernafas saat itu juga. Ia menghirup dalam-dalam udara yang berada di sekitar nya dan mencoba bernafas kembali. Rasa gatal dan sesak itu hilang seketika ketika beberapa kelopak bunga keluar. Alice terengah-engah.

Alice sedikit terkejut karena melihat kelopak bunga keluar dari dalam tubuhnya. Bahkan dengan warna yang berbeda pula. Alice mencoba mencari arti dari setiap kelopak bunga. Krisan merah, anggrek pink, anggrek putih, tulip jingga.
Setelah mengetahui artinya, Alice hanya tersenyum tipis.
“Emang warna kelopak bunga nya terlalu jujur ya. Padahal gue ga tau gimana ngungkapin perasaan gue gimana. Haha,” ucap Alice. Matanya berkaca-kaca. Alice menundukkan kepalanya.

“Lo kok disini sih, Rin? Gue tau lo liat semuanya...” lirih Alice tanpa berani mengangkat kepalanya. Karina pun berjalan pelan ke arah Alice dan membawa perempuan tersebut ke dalam dekapan nya.
“Namanya apa?” pertanyaan Karina sedikit ambigu. Namun, Alice mengerti bahwa yang Karina maksud adalah sesuatu yang telah berada di paru-parunya itu.
Hanahaki byou. Di mana penyakit ini menyerang saluran pernapasan manusia. Penyakit ini mengakibatkan tumbuhnya kebun bunga di paru-paru manusia. Bunga-bunga itu akan terus mekar dan bertumbuh hingga menyumbat sistem pernapasan. Biasanya penyakit ini tumbuh karena... Cinta sepihak...” jelas Alice. Alice semakin menangis dalam diam. Karina mencoba menahan tangis nya sedari tadi.

“Kok lo ngalamin hal mengerikan gini sih, Al? Dari kapan?”
“Dari kita berumur 14 Tahun, Rin. Hahhh. Masih kecil tapi udah ada aja hal kaya gini muncul dalam diri gue,” jawab Alice dengan lirih.

Katrina semakin mengeratkan dekapan nya. Selama hampir 2 tahun Ia tidak tahu bahwa sahabatnya telah melewati fase-fase mengerikan. Pantas saja setiap Alice batuk, Ia selalu menghilang secara tiba-tiba. Karina akhirnya mengetahui alasannya meski, Ia sedikit tidak yakin akan hal itu. Karina merasa bahwa dirinya adalah sahabat yang buruk karena tidak mengetahui hal-hal yang telah terjadi pada Alice.

“Lo tau kan gue sayang sama lo. Kenapa lo ga ngasih tau gue, sih? Lo tau ga kalo lo itu berharga banget buat gue! Keluarga lo udah tau belum?” Karina menghapus jejak air mata Alice dengan lembut. Alice sedikit ragu untuk menjawab. Ia pun menggelengkan kepalanya dengan pelan. Tahan Karina untuk tidak semakin menangis dan mengumpat sekarang.

“Maaf.” Hanya itu yang dapat Alice ucapkan dari mulutnya. Alice tidak tahu harus bagaimana. Katakan saja Alice bodoh. Tetapi, fakta bahwa Ia tidak tahu harus memberitahu keluarganya bagaimana. Ia tidak tahu harus memulainya dari mana. Ia takut. Ia merasa sangat takut. Ia takut keluarganya akan sedih mendengar hal ini langsung keluar dari bibirnya. Alice takut bahwa keluarganya tidak dapat menerima fakta ini.

Alice hanya dapat terdiam saat Karina menangis dalam diam. Alice tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Bagaimana ia dapat menghibur Karina jika, Ia adalah orang yang membuat Karina menangis.

“Saat gue berumur 19 tahun, gue janji gue bakalan beritahu keluarga gue tentang hal ini. Pegang janji gue Rin dan kalo gue lupa akan hal ini, ingetin gue disaat gue udah berumur 19 tahun,” pesan Alice sambil mengarahkan jari kelingking nya kepada Karina. Karina hanya menatap Alice dalam diam dan membuat jari kelingking nya ke jari Alice.

Karina dan Alice hanya dapat menunggu sampai Alice berumur 19 tahun. Karina juga tidak dapat memaksa Alice untuk mengatakan kepada keluarganya saat itu juga tentang "sesuatu" yang berada di tubuh Alice meski, Karina ingin sekali memberitahu keluarga Alice tentang hal ini. Namun, Karina tahu bahwa itu akan melewati batasannya. Biar saja ini akan menjadi urusan Alice bersama keluarganya sendiri. Karina hanya dapat menyakinkan Alice dan menjaga Alice semampu yang Ia bisa.

Hanahaki Byou 🥀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang